Langsung ke konten utama

#SebulanCurcol #Day9: Kebahagiaan Musim Panas

Mimpi, bucket list, target, atau kadang juga disebut cita-cita. Yah, dibalik aku yang terlihat selengekan, guyonan mulu, dan suka receh ini, sebenarnya aku selalu punya list "100 MIMPI" yang aku tulis dengan rinci dan selalu aku perbarui paling tidak tiga tahun sekali.

Aku pun tak segan untuk cerewet ke mereka yang lebih muda untuk ayok menulis mimpi. Aku sangat meyakini, keinginan setinggi atau bahkan sereceh apapun, saat dituliskan akan membuat alam bawah sadar kita merecordnya untuk kemudian mengingatkannya terus dan terus lewat cara yang tak kentara. (Aku juga punya cerita soal mimpiku yang sudah terwujud. Klik di sini yaaa)

Apa isi "100 Mimpi"ku?

Aku sebutkan beberapa saja ya:

Ketemu mbak Dewi Lestari
Berani ke Bromo
Balik ke Lombok lagi
Bisa photoshop
Bisa nyupir mobil sendiri
Punya rumah sendiri
Dan
Nikah umur 28

Coba yang terakhir itu aku tolong dibantu ngaminin. Secara sekarang udah umur 27 tapi belom punya calon diajak bikin buku bareng. (Woy! Curhatnya tipisin woy!)

Iyaa, mimpiku memang serandom itu dan kebanyakan berisi hal receh dan tempat-tempat yang mau aku kunjungi, walaupun ada sebagian yang serius. Tapi diantara banyaknya hal itu aku juga punya mimpi besar yang mulai terwujud 2017 lalu. Mimpi yang aku mulai tiga tahun lalu yang menimbulkan banyak cibiran dan ungkapan mengecilkan dari banyak orang tapi juga punya power besar di hidupku.

Namanya Summer Bliss, kebahagiaan musim panas. 3 tahun lalu aku berharap akan punya usaha sendiri yang akan menampung banyak keinginanku dan yang akan menopang hidupku. Enam bulan aku memikirkan wujudnya, saat aku sudah mulai meraba wujudnya kemudian aku membaginya bersama adekku dan kemudian kami resmi berbagi mimpi. Kebahagiaan musim panas, kami menamainya seperti itu karna memang kami mencintai pantai dan semangat musim panas.

Summer Bliss adalah clothing line yang aku dan adekku bangun dengan tak mendengar komen negatif banyak orang dan keraguan mereka. Jalannya sungguh berat, bahkan beberapa kali kami berhenti karna satu dan lain hal. Tapi aku percaya, mimpi itu nyata akan terwujud walau mungkin caranya harus memutar. Toh anak panah yang jauh terlontar pun harus rela ditarik jauh ke belakang terlebih dahulu kan?

Dalam jangka pendek, mimpi terbesarku selain bisa membeli rumah untuk keluargaku, Summer Bliss adalah satu yang paling banyak menyita semangatku. Yang membuatku berani belajar bisnis dari nol, yang berhasil membuatku yang tak pernah membayangkan akan pernah membuka aplikasi corel draw di laptop jadi menaruh aplikasi ini di taskbar, yang membuat aku belajar bagaimana melakukan pemotretan dan make up yang baik, dan banyak yang lainnya.

Masih jauh jalannya, pasti akan sangat terjal dan berliku untuk sampai ke puncaknya, mungkin harus berhenti sesaat, mungkin juga akan tersandung. Tapi aku masih akan meneruskan perjalanan. Berdiam diri dan tak mempunyai mimpi dan harapan? Aku memilih bebak belur tapi mempunyai keduanya. Mimpi dan harapan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pada p

#SebulanCurcol #Day12: Aku #SobatDrakor

Hari ini masuk ke tema yang lumayan receh dan ringan nih di #SebulanCurcol setelah kemarin mengharu biru ngomongin pesan buat anak kita kelak. Kalau ngomongin hobi, di CV aku cuma masukin empat padahal sebenarnya ada lima hobi yang aku selalu lakukan. 1. Dengerin musik 2. ‎Baca buku fiksi 3. ‎Nonton 4. ‎Jelajah pantai Dan yang terakhir, yang terlalu random untuk ditulis di CV adalah 5. ‎Nyampul buku Kalau dengerin musik kayanya bukan hobi lagi ya, tapi sudah masuk kebutuhan bagi aku. Disaat apapun, kondisi apapun musik adalah hal esensial buat aku. Musik itu elemen penting untuk menambah konsentrasi bagiku. Belajar, nyetir, bahkan dulu saat rapat-rapat penting dan krusial aku selalu butuh musik supaya tetap waras dan bisa konsentrasi jauh lebih lama. Oke, lain kali mungkin aku akan cerita soal musik di hidupku. Kalau poin kedua dan keempat sepertinya sudah sering masuk dicerita-cerita lainku di blog ini. Soal hobi menyampul buku pun sepertinya pernah aku baha

Senandika

Yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati. Ada banyak hal yang tandang dalam pikir. Sebagian pergi, sebagian mampir sejenak, dan sebagian lagi menetap. Mengakar dan dalam. Pernah ada yang datang mengancapkan akar, cukup kuat nan mengubah perjalanan. Dunia berubah, kenyataan berubah, dan ia pun sama berubahnya. Kemudian kemarin, rasanya baru kemarin satu lagi mampir. Terlampau indah untuk dilewatkan, tapi pun terlalu mengawang membawanya datang di pangkuan. Kemudian pertanyaan datang, apa saatnya rehat? Apa memang saatnya mengembalikannya lagi mengawang? Jalannya redup nan pincang. Hanya saja harapan masih menyala redup menantang. Apakah ini saatnya? Atau apakah boleh merayu sekali lagi? Apakah boleh mengetuk kembali ke pintu yang sama, harapan yang sama? Tapi yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati.