Langsung ke konten utama

#SebulanCurcol #Day16: Menggambar

Haeeee *dadah-dadah*

Hari ini aku mau berbagi cara bahagia nih. Versi aku tapi yaa. Mulai pertengahan tahun 2017 lalu, sejak ngefollow duo suami istri om Pinot & mbak Ditut di instagram aku mulai menggambar lagi. Awalnya sih nontonin videonya mereka doang, tapi lama-lama kok gatel ya mau ikut menggambar juga. Akhirnya beli deh water colour pencil dan buku gambar kecil. Iya, buku gambar yang 2.500an itu lho, yang tipis bener kaya curhatan colongan kita biasanya. Awalnya ya seadanya banget hasilnya, tapi lama-lama bisa dinikmati lah hasilnya. Sampai akhirnya aku beli sketchbook yang rada niatan.

Ternyata benar kata mereka, menggambar itu bisa bikin stress kita ilang. Nggak usah mikir soal gambarnya yang bagus atau nggak, pokoknya gambar aja yang ada di otak, ikutin aja tangan kita mau ngapain. Proses itulah yang meredam stress dan bikin bahagia.

Kemarin pun aku sempat di titik yang luar biasa sedih, putus asa, dan stress. Besoknya aku ke toko buku, random beli cat air yang murah banget sama kuas yang seadanya. Beli yang murah dulu, tester masih tangan kuas nggak nih tanganku? Ternyata masih. Kelar melukis sedihku menguap entah ke mana, dan sepertinya tubuh juga menghasilkan hormon serotonin yang banyak sampai bisa bikin senyum lagi.

Di dunia yang bahagia aja kita harus menciptakannya sendiri ini, nggak ada salahnya kok kita mencari bahagia-bahagia yang sederhana, yang bisa kita lakukan kapan saja, di mana saja, dan nggak harus bikin ATM jebol.

Jelajah pantai memang bikin bahagia, tapi kalau nggak bisa? Yah mari menggambar, pantainya. :)

(Ini gambar pertamaku pakai cat air)


Oh iyaaa, buat yang mau mulai. Aku mau ngasih tips nih. Yang pertama dan paling penting adalah jangan naruh ekspektasi terlalu tinggi buat dirimu, menggambar aja udah. Jangan takut dinilai, nikmati prosesnya aja.


Aku bahkan nggak pernah ingat dulu aku bisa gambar nggak sebenarnya. Tapi hari ini aku berhasil dibuat takjub oleh tanganku sendiri. Jadi mulai saja tanpa ekspektasi dan kesampingkan rasa takut.

Nih aku bagi gambar-gambarku, kali mau dijadiin contoh. (maaf ya fotonya miring-miring. Cuma foto asal-asalan pake camera HP soalnya)








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pada p

#SebulanCurcol #Day12: Aku #SobatDrakor

Hari ini masuk ke tema yang lumayan receh dan ringan nih di #SebulanCurcol setelah kemarin mengharu biru ngomongin pesan buat anak kita kelak. Kalau ngomongin hobi, di CV aku cuma masukin empat padahal sebenarnya ada lima hobi yang aku selalu lakukan. 1. Dengerin musik 2. ‎Baca buku fiksi 3. ‎Nonton 4. ‎Jelajah pantai Dan yang terakhir, yang terlalu random untuk ditulis di CV adalah 5. ‎Nyampul buku Kalau dengerin musik kayanya bukan hobi lagi ya, tapi sudah masuk kebutuhan bagi aku. Disaat apapun, kondisi apapun musik adalah hal esensial buat aku. Musik itu elemen penting untuk menambah konsentrasi bagiku. Belajar, nyetir, bahkan dulu saat rapat-rapat penting dan krusial aku selalu butuh musik supaya tetap waras dan bisa konsentrasi jauh lebih lama. Oke, lain kali mungkin aku akan cerita soal musik di hidupku. Kalau poin kedua dan keempat sepertinya sudah sering masuk dicerita-cerita lainku di blog ini. Soal hobi menyampul buku pun sepertinya pernah aku baha

Senandika

Yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati. Ada banyak hal yang tandang dalam pikir. Sebagian pergi, sebagian mampir sejenak, dan sebagian lagi menetap. Mengakar dan dalam. Pernah ada yang datang mengancapkan akar, cukup kuat nan mengubah perjalanan. Dunia berubah, kenyataan berubah, dan ia pun sama berubahnya. Kemudian kemarin, rasanya baru kemarin satu lagi mampir. Terlampau indah untuk dilewatkan, tapi pun terlalu mengawang membawanya datang di pangkuan. Kemudian pertanyaan datang, apa saatnya rehat? Apa memang saatnya mengembalikannya lagi mengawang? Jalannya redup nan pincang. Hanya saja harapan masih menyala redup menantang. Apakah ini saatnya? Atau apakah boleh merayu sekali lagi? Apakah boleh mengetuk kembali ke pintu yang sama, harapan yang sama? Tapi yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati.