Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

The Nice Guy, Kang Ma Ru

Melindungi, tetapi kemudian dicaci. Melakukan, tetapi dianggap diam. Menyelamatkan, tetapi ditikam. Ku mau seperti ia saja, berarti tapi tak  ingin dimengerti. Cukup hanya berbuat tanpa kemudian berharap piala. Dihina, bahkan dituduh tetapi menyelesaikan semua hal. Aku mau diam saja, tak menyangkal, pun tak membela diri. Sudah, cukup hanya membungkam kata. Hanya mendengar, mengumpulkan emosi untuk kemudian diakumulasi untuk menyemangati diri. Biarlah seperti ini saja, biarlah semuanya hanya mengerti dari spekulasi, karna sudah bukan saatnya mengklarifikasi. Karna ucapan sungguh tak berarti, sekali lagi, biarlah begini. Semoga suatu saat akan terbukti, kalaupun tak terbukti, biarkan saja mereka mengamini spekulasinya sendiri. Jika kau ingin mengerti seperti apa aku sedang berdiri. Buka saja kisahnya, cerita fiksi, walaupun ceritaku tak sempurna fiksinya. Tapi kisahku nyata adanya. Kemudian biar saja ku adopsi caranya, caranya membungkam banyak kata. Hey, Kang Ma RU

Organisasi Impian

Organisasi gigantis yang ada di hampir seluruh Provinsi. Berdiri karena kepedulian terhadap sesama yang meregang nyawa saat melakukan tugas mulia, melahirkan. Berdiri bahkan hampir seumuran dengan Negara yang menaunginya. Sanggup bertahan karena masing-masing penggiatnya yang bekerja tulus karena gelar terhormat, relawan. Organisasi pelopor yang menjadi motor kepedulian terhadap anak dan orang muda. Sudah tak terhitung kepercayaan yang berhasil dikembalikan dengan sangat apik. Sungguh saya tak mampu lagi memenerangkannya disini, sungguh terlalu indah dimata nasional dan banyak kepala. Lalu tolong perbolehkan saya bercerita tentang organisasi ini di daerah saya. Saya mengenal organisasi ini hampir lima tahun, waktu yang cukup singkat untuk belajar, tapi waktu yang sangat panjang untuk sekedar bergelut dengan banyak permasalahan, politik dan ketidakadilan. Yang menjadi konsen dari organisasi ini didaerah saya adalah isu perempuan, anak, dan remaja yang berkaitan dengan kesehatan

Rasanya Utuh

Berdiri kemudian kau mendekat. Mendekap kemudian berbisik "biar saja tetap begini, jangan beranjak". Siapa pula yang ingin beranjak dari dekapanmu. Aku memang hanya ingin berdiam saja. Memejamkan mata. Cukup merasakan nafasmu yang turun naik. Hanya menghitung detak jantungmu yang seirama dengan detakan jantungku. Satu dua tiga, hanya merasakan hangatnya cinta yang kau alamatkan untukku. Waktu berlalu. Kau meregangkan pelukmu untuk kemudian berucap rindu. Aku kembali terdiam meresap ucapanmu dan mencerna rindu. Entah rinduku atau rindumu aku tak pandai membedakan. Aku tertunduk tak kuasa menahan buncahnya bahagia. Menitikan air mata haru. Kau masih disana hanya dua jengkal dihadapku. Berdiri menungguku yang masih tertunduk menangis. Tanganmu kemudian membuatku terpaksa mendongak. Kau terkejut. Tak menyangka aku kan menangis. Jarimu yang bebas kemudian mengusap air mataku yang masih menetes satu satu. Aku hanya membalasmu dengan senyum "terima kasih pernah mengucap rind

Senja Dilautan

Sore di tengah kapal yang akan membawaku ke pelabuhannya. Dengan mentari yang mulai beranjak turun bersama semburat jingganya. Aku sungguh mencintainya. Mencintai saat-saat dimana hanya aku, laut, dan senja. Aku akan selalu diam disana. Hadir tanpa cela, hanya menatap tanpa berkedip pada peristiwa alam yang selalu berlangsung beberapa menit tapi berhasil membuatku damai hingga hari aku kan kembali lagi ke sana.  Di dunia ini hanya dua hal yang membuatku terdiam tak berkedip pun tak berceloteh. Dua hal yang selalu berhasil membuat damai sampai saatnya aku datang kembali. Itu senja dilautan, dan kamu.

Sungguh Aku Ingin

Aku ingin terbiasa dengan kesakitan. Menerima saja tanpa melawan. Memaafkan kemudian mengikhlaskan. Untuk kemudian tak kembali mengenang. Aku ingin membungkam kata saja. Tidak banyak berceloteh. Hanya tersenyum mengiyakan banyak hal. Kemudian bertutur kebaikan lewat tindakan. Sudah, biarlah mereka mencaci. Aku akan tetap disini. Tidak kemudian membela diri apapun yang terjadi. Bukannya membenarkan dan mengamini cacian. Sungguh aku hanya ingin berdamai saja. Tak memperkeruh suasana. Aku hanya ingin diabaikan. Tak usah dikoreksi, apalagi dikritisi. Karna sungguh, terabaikan lebih menyenangkan dibanding disalahkan dan kemudian dibenci adanya. Jangan pernah memujiku. Benar benar jangan pernah. Karna aku tak ingin melayang karna ucapan. Biarlan saja aku di bumi. Biar saja begini. Izinkan aku begini saja. Iya. Hanya seperti ini. Tak membenci. Biarkan saja aku jadi salah satu yang kalian lupakan ditiap obrolan. Karna sungguh aku hanya ingin mendoakan, bukan yang kalian bicarakan dibelak

Untukmu, Hadiah Tuhan

26 purnama, sempurna ku habiskan untuk terjebak di satu nama, KAMU. Hanya butuh sekali aku membaca kepribadianmu kala itu, Mei 2013 diperjalanan kembali dari Banyuwangi. Lihat, aku sungguh tak pandai mengingat, tapi aku mengingat kejadian itu dengan sempurna. Aku menunggu sampai usiaku 22 tahun untuk dapat bertemu sosok yang selalu hadir dalam khayalanku. Mulai hari itu aku kenal siapa yang selalu hadir di mimpi panjangku, orang yang aku yakin akan ada sosoknya. Hari itu aku kenal namanya. Enam tahun terpaut dari usiaku, tapi ia yang bisa membuatku tak tidur setelah aku sempurna membaca semua yang ada di pikirannya, termasuk jalan hidup dan mimpinya. Sosok yang membuatku terjaga malam itu, bahkan menangis karna haru. Akhirnya orang yang aku impikan bukan hanya khayalan. Bukan hal yang mudah mencintaimu, bahkan aku harus berkali-kali meyakinkan diriku. Terkadang bahkan aku sungguh ingin melempar kepalamu dengan beton, supaya kamu tau, sesakit itu aku mencintaimu. Beratus malam k