Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

Tentang Kalian, Sahabat Perjalanan

Bisa dibilang aku adalah pecandu perjalanan alam, walaupun bisa dibilang aku hanya orang baru. Ternyata aku sudah merelakan diriku jatuh mencintai birunya laut, mencintai damainya pantai, mencintai indahnya bukit hijau.  Senja Di Pantai Pulau Impian Pantai Pribadi Bukit di Perjalanan Menuju Pantai Pribadi Sudah berkali kali aku akhirnya angkat ransel, jalan ke pelosok kabupaten bahkan hutan untuk memuaskan rasa rindu. kadang memang aku harus berangkat sendiri, tapi lebih sering aku berangkat bersama beberapa sahabat, sahabat yang memang akhirnya terbentuk karena kebutuhan kami akan pertemuan dengan alam indah. Pemberangkatan pertama kami yang tak sengaja, bahkan beberapa dari kami baru berkenalan di dalam mobil menuju perjalanan. Berakhir dengan persahabatan tak terpisahkan dengan banyak perbedaan tapi selalu dekat dalam doa. Dari perjalanan itulah akhirnya aku jadi pecandu kebersamaan yang akut, karena kadang bukan hanya alam yang menjadi alasan utama kami be

Ritual Ulang Tahun

Ini memang soal kebiasaan. Kebiasaan ini dimulai ketika umur kami masih 13. Kami adalah sahabat yang saling mengagumi dalam diam, sahabat yang saling mengasihi dalam doa. Bukan lewat sentuhan. Kami duduk di sekolah dan kelas yang sama saat itu, kami mengenal bukan karena kebiasaan yang sama, bagaimana bisa aku yang tak dapat duduk tenang ini bisa bersahabat dengan dia yang jarang mengeluarkan suara, ya, ini  kekuasaan Tuhan yang berkata demikian.          Kami jadi sepasang sahabat yang serasi karena kami saling melengkapi, dia yang selalu menjadi pendengar setiaku, sedangkan akulah orang yang selalu mengutarakan maksudnya kepada orang lain saat ia malas berkata melebihi kebiasaannya.           Kebiasaan kami dimulai ketika pergantian umur kami yang ke 13. Setiap tanggal 10 Februari, ia akan selalu mengucapkan selamat ulang tahun, menyelipkan bingkisan kecil dalam tas sekolahku, dan yang pasti sebait doa agar aku tetap bahagia. Begitu pula setiap 7 April, aku akan melakuka

Sederhana Ternyata Lebih Punya Makna

Satu renunganku disaat aku menyendiri di kamar setelah aku bebas memilih bahagia. Siapapun boleh mencela atau bebas berkomentar. Tenyata Negara ini masih Negara bebas. Lalu sampai disatu titik aku semangat untuk mencela diriku sendiri. Diriku yang terlalu banyak berkomentar tentang banyak hal. Terlalu banyak menilai. Seharusnya pemerintah bisa melakukan ini, seharusnya Negara bisa menjamin ini untuk masyarakatnya, seharusnya organisasi ini bisa dong melakukan ini untuk masyarakat, dan banyak seharusnya. Sampai akhirnya aku lelah berkomentar, lelah mencoba berbicara di banyak rapat yang diadakan di pemerintahan yang memang ujungnya dilakuan karena ada anggaran, tapi tujuan tidak dipikirkan dengan matang. Aku pun kemudian hanya duduk di ruang rapat tanpa banyak mengubah keadaan karena aku memang hanya orang dilingkaran luar yang kebetulan mengkoordinatori satu organisasi yang bergerak di kesehatan masyarakat, sehingga aku turut diundang. Satu tahun lebih aku berkutat dengan b

Pelajaran Dibalik Aku Berhenti Menangis

Hari ini entah hari yang seperti apa untukku. Tapi hari ini aku rasanya lelah menangis, lelah menitikan air mata. Tetapi akhirnya air mata ini mengingatkanku akan kisah hidupku beberapa tahun terakhir. Mungkin baru dua tahun belakangan ini aku bisa menangis. Aku ingat, bertahun-tahun lalu, menitikan air mata adalah hal yang haram dihidupku, dipikiranku lebih tepatnya. Aku sudah lupa awal alasan aku mau berhenti menangis, yang pasti disaat itu diumurku yang mungkin masih belia ada konsep aneh yang tertanam diotakku. “Kalau mau menjadi perempuan yang dihargai, jangan pernah terlihat lemah dimata banyak orang”. Dan akhirnya, di dalam pikiranku yang picik itu, menangis adalah hal yang terlihat sangat lemah. Kemudian terbentuklah aku yang keras, tak pernah sekalipun menitikan air mata, bahkan disaat dunia keras ini menghimpit, aku tak sekalipun menangis. Saat aku menghabiskan buku yang mengharu biru aku bergeming menghabiskan halamannya dalam diam. Bahkan untuk satu tayanga

Adikku dan Ketulusan

Hari ini entah mengapa aku ingin menceritakan tentang Adikku, seorang yang umurnya hanya beda beberapa tahun dari ku, jarang sekali kita berbincang lama. Aku sibuk dengan dunia yang aku bangun sendiri, begitu pula dia, kami bahkan sedekat nadi dengan sahabat kami tapi sejengkalpun kami tak pernah sedekat itu. Sampai suatu saat dia harus pergi ke suatu pulau untuk tugas kuliahnya, sedangkan pulau itu pula tempat yang menjadi mimpiku berkelana, mungkin Tuhan memang menjodohkan kami, dia dijadwalkan berangkat 2 minggu sebelum tanggal di tiket pesawatku. Selain pertengkaran tak banyak yang kami obrolkan, tapi disana murni aku punya beberapa hari bersama dia menjelajah alam, bersama sahabatnya tentunya. Awalnya aku mengenalnya sebagai sosok manja yang menyebalkan, mungkin dia hanya mengenalku sebagai seorang kakak yang keras dan menyebalkan pula, tapi beberapa hari itu merubah banyak pemikiran kami. Akhirnya aku mengenalnya sebagai sosok rapuh yang ingin menaklukkan dunia. Dengan bebera

Kita dan Pagi

Aroma ini, aroma khas yang selalu sama. Aroma yang selalu berhasil mengingatkanku kepada kamu. Aroma seduhan kopi pekat ditengah aroma pagi yang masih semerbak. Pagi ini masih pagi yang sama seperti waktu kita pernah menghabiskannya bersama. Pagi saat kulihat kau masih terlelap di sampingku dengan lengan yang melingkar di badanku. Satu kondisi yang dapat dipastikan tidak memiliki kesadaran, tapi aku selalu mencintai keadaan ini. Tak banyak memang pagi yang pernah kita lalui, karena memang tak banyak waktu yang kita habiskan  bersama. Tapi taukah kau, akulah yang mencintaimu sehangat pagi, semenyenangkan pagi, dan setulus pagi. Bagiku selalu ada memori di sela seruan Tuhan saat fajar mulai datang. Di saat itu hanya ada kita dan pagi. Kau pernah menangis di sana, akupun demikian. Kita pernah setiap hari menghabiskan pergantian malam dan pagi dengan bertukar cerita, cerita sederhana, kadang cerita masa lalu yang saat itu kita tertawakan berdua. Cerita tentang mimpimu, mimpiku, d

Melogika Cinta

Baru berapa lama lalu aku menonton sebuah film. ya lagi-lagi memang tentang cinta. Satu rasa yang didengungkan semua orang. Dicari sampai ke ujung dunia kesejatiannya. Sebagian menemukan, sebagian pun tidak. berkali-kali didengar pun cerita penemuan cinta yang sejati selalu berhasil membuat setiap orang yang mendengarkan terbawa bahagia, Begitu pula cerita kegagalan meraih cinta sejati, berkali pun diceritakan kembali tak banyak yang tak menitikan air mata. Yah walaupun kisah cintaku sendiri belum menemui akhirnya, pelabuhannya, sebenarnya ada kisah cinta yang ingin aku ceritakan. Kisah ini tentang sahabat ku. Dia merupakan pacar dari seorang lelaki yang beristrikan satu perempuan luar biasa yang telah dikaruniai dua malaikat kecil. Bukan hanya wanita ini yang luar biasa, bagiku sahabatku pun luar biasa adanya, mampu bertahan melawan lingkungan, melawan egonya dan melawan jahatnya penilaian masyarakat. Boleh jadi akulah orang yang tak pernah paham artinya cinta, bagiku cint

“Saya Berhak Bahagia” Cerita tentang Kerelawanan

Pernahkah Kau menjadi pemimpin, tapi kau dikekang? Mungkin aku salah satu korbannya. Sudah dua tahun aku memimpin satu organisasi semi independen yang punya Direktur sebagai atasan di Daerah maupun Pusat. Saat pertama kali diangkat aku baru 22 tahun. Membawahi beberapa divisi dan belasan relawan. Iya, organisasi ini adalah organisasi anak muda yang berbasis relawan. Awalnya tak ada tantangan berat yang hadir, aku dapat memimpin dengan gayaku yang mungkin disebut demokrasi. Walaupun banyak persoalan yang harus diselesaikan, dan banyak pula tantangan yang kami lawan bersama. Team ini sempurna untuk aku. Sayangnya, kebebasan berfikir ini digadaikan dengan sejumlah uang yang memang luar biasa jumlahnya oleh pemimpin di atasku. Persoalan rumit mulai datang. Tatanan yang sudah dibangun sedikit demi sedikit luntur. Yang awalnya kami bergerak dengan hati dan semangat untuk berbagi, semuanya berganti dengan semangat untuk mencapai targetan. Menghitung banyak kepala yang kami jadikan

Masih Tentang Kamu

26/05/2015 4.27 Sudah dua tahun cintaku tertambat. Kamu masih satu yang bertahta diatas segalanya. Diatas cintaku akan dunia. Mimpiku masih sama seperti dahulu. Saat dua tahun lalu aku tertegun tak sengaja mengcopy kepribadianmu di otakku. Kau mungkin tak tau seberapa besar mimpi ini tumbuh. Ia mengakar dalam. Saat ini batangnya makin kuat. Akarnya makin memanjang bercokol dalam hati. Bahkan daunnya kini makin lebat makin hijau karna pertemuan kita. Pertemuan kita yg teramat singkat untuk melebur rindu. Berkali kali aku terbangun disampingmu. Berkali kali pula pelukanmu membangunkan sadarku. Tapi kamu tetap tak tergapai olehku. Riuhnya percakapan di pagi harilah yang selalu menamparku. Kau bukan milikku. Tapi harapan ini masih tetap menyala. Mimpi ini masih tumbuh dengan suburnya. Kamu masih lelaki yang selalu membuatku berhenti. Kamu masih selalu jadi sosok yg melindungiku dalam perbuatan. Kamu masih orang yang memperhatikanku dalam diam. Hanya dari cerita merek

Saya, Perempuan Pemimpi

Perkenalkan, Saya adalah perempuan bebas, tak pernah terikat, mengikat ataupun merelakan untuk diikat. Saya hanya perempuan biasa yang masih terus belajar. Belajar memahami arti kehidupan, memahami arti perjalanan, dan artinya cinta jangan berharap aku akan mengisi halaman ini hanya dengan cerita menarik, aku juga akan mengisinya dengan kisah sedih, mengharukan dan cerita pembangkit impian. Impian untuk terus mengejar arti hidup. Hidup dengan arti sebenarnya, hidup dengan kebaikan. Silahkan Menikmati