Aku tak punya banyak memori tentang pacaran, cinta-cintaan, atau sekedar pendekatan yang manis. Sejak remaja sampai sekarang lebih tepatnya, aku terlalu nyaman dengan kesendirian, menikmati hari tanpa harus repot memikirkan perasaan orang lain yang kebetulan menjangkarkan hatinya padaku. Tentu saja ini hanya pemikiran pribadiku, tapi entah mengapa pemikiran satu ini susah sekali digoyahkan. Sebagian menilai aku hanya takut berkomitmen, sebagian lagi menilai “ya kamu aja belum nemu yang cocok”. Ya, mungkin benar.
Dari semua kisah cinta yang pernah aku jalani, dari yang berhasil membuat aku kelimpungan, mereka yang pernah singgah sebentar sampai aku lupa namanya, atau bahkan dia yang datang tiba-tiba, tinggal sementara kemudian berpisah, aku selalu berusaha mengingat kisah itu lewat momen manis dan mencoba mengesampingkan segala yang membuat kami akhirnya menyudahi kisah kami. Itulah mengapa aku tidak pernah membenci mereka yang pergi atau yang memang sengaja aku tinggalkan.
Kalau ditanya tentang jatuh cinta terindah? Ya, dia orangnya. Seorang yang datang lewat jalan yang tak terduga, yang hanya dengan dua kali pertemuan sudah berhasil membuat aku berani berkomitmen. Dia dengan segala pemikiran bijaksananya yang tidak pernah sedikitpun meragukan keputusanku. Dia yang selalu meminta waktu untuk dirinya sendiri, begitupun dia yang dengan rela memberikanku waktu untuk diriku sendiri.
Kami menjalani lima bulan LDR Surabaya-Semarang saat itu, aku ingat bulan itu kegiatan kami luar biasa padatnya, sampai bertukar kabar pun jarang, bahkan ritual telfon malam kami juga jarang kami lakoni karna kelewat kelelahan. Aku ingat, saat itu hanya ada satu akhir pekan kami yang kebetulan kosong kegiatan. Dengan nada bercanda diakhir obrolan telfon kami, aku dengan santai berujar "enak kali bang kalo besok kamu ke sini, nggak pengen ngobrol yang beneran ketemu apa?" Keesokan paginya tanpa ada kabar sebelumnya dia menelfon untuk berkata "dek, bangun. Jemput di stasiun dong. Aku udah di sini" dan hari itu kuawali dengan mandi terburu-buru.
Begitulah dia. Bukan seorang yang sering melontarkan kalimat manis, tapi selalu punya cara membuatku terkesan dengan banyak tindakannya.
Bersama dia adalah waktu dimana aku belajar teramat banyak. Salah satunya menjadi seorang yang belajar untuk lebih banyak mendengar dibanding menuntut. Dia selalu meyakini, dibalik suatu tindakan selalu ada alasan yang baik. Kalau kita hanya menuntut tanpa mendengar, selamanya kita tak akan pernah mengerti.
Waktu bersamanya pun menjadi waktu dimana lompatanku terasa lebih tinggi dan jauh. Bukan karna dia selalu membantu, tidak. Semuanya karna dia yang selalu melebur segala kekhawatiranku sampai tak bersisa, hingga aku hanya terfokus pada tujuanku.
Sampai saat ini, bertahun setelah kami berpisah, dia masih menjadi seorang yang sering mampir, berucap rindu dan menyemangati. Dia masih tetap dia yang luar biasa di mataku. Dia yang tau betul apa maunya dan selalu fokus pada tujuannya.
Bersama dia, waktuku tak pernah sedikitpun kusesali berlalunya. Bersama dia aku sungguh merasakan menjadi diriku sendiri yang berani. Seandainya kesempatan itu datang kembali aku sungguh akan berdoa supaya keyakinan akan menjadi bener-benar milik kami. Tapi kalau memang tidak begitu, semoga aku dapat mengulang kisah yang sama dengan orang yang berbeda. Begitupun dia.
Ps: kalau mau baca cerita lain tentang dia, klik di sini ya
Dari semua kisah cinta yang pernah aku jalani, dari yang berhasil membuat aku kelimpungan, mereka yang pernah singgah sebentar sampai aku lupa namanya, atau bahkan dia yang datang tiba-tiba, tinggal sementara kemudian berpisah, aku selalu berusaha mengingat kisah itu lewat momen manis dan mencoba mengesampingkan segala yang membuat kami akhirnya menyudahi kisah kami. Itulah mengapa aku tidak pernah membenci mereka yang pergi atau yang memang sengaja aku tinggalkan.
Kalau ditanya tentang jatuh cinta terindah? Ya, dia orangnya. Seorang yang datang lewat jalan yang tak terduga, yang hanya dengan dua kali pertemuan sudah berhasil membuat aku berani berkomitmen. Dia dengan segala pemikiran bijaksananya yang tidak pernah sedikitpun meragukan keputusanku. Dia yang selalu meminta waktu untuk dirinya sendiri, begitupun dia yang dengan rela memberikanku waktu untuk diriku sendiri.
Kami menjalani lima bulan LDR Surabaya-Semarang saat itu, aku ingat bulan itu kegiatan kami luar biasa padatnya, sampai bertukar kabar pun jarang, bahkan ritual telfon malam kami juga jarang kami lakoni karna kelewat kelelahan. Aku ingat, saat itu hanya ada satu akhir pekan kami yang kebetulan kosong kegiatan. Dengan nada bercanda diakhir obrolan telfon kami, aku dengan santai berujar "enak kali bang kalo besok kamu ke sini, nggak pengen ngobrol yang beneran ketemu apa?" Keesokan paginya tanpa ada kabar sebelumnya dia menelfon untuk berkata "dek, bangun. Jemput di stasiun dong. Aku udah di sini" dan hari itu kuawali dengan mandi terburu-buru.
Begitulah dia. Bukan seorang yang sering melontarkan kalimat manis, tapi selalu punya cara membuatku terkesan dengan banyak tindakannya.
Bersama dia adalah waktu dimana aku belajar teramat banyak. Salah satunya menjadi seorang yang belajar untuk lebih banyak mendengar dibanding menuntut. Dia selalu meyakini, dibalik suatu tindakan selalu ada alasan yang baik. Kalau kita hanya menuntut tanpa mendengar, selamanya kita tak akan pernah mengerti.
Waktu bersamanya pun menjadi waktu dimana lompatanku terasa lebih tinggi dan jauh. Bukan karna dia selalu membantu, tidak. Semuanya karna dia yang selalu melebur segala kekhawatiranku sampai tak bersisa, hingga aku hanya terfokus pada tujuanku.
Sampai saat ini, bertahun setelah kami berpisah, dia masih menjadi seorang yang sering mampir, berucap rindu dan menyemangati. Dia masih tetap dia yang luar biasa di mataku. Dia yang tau betul apa maunya dan selalu fokus pada tujuannya.
Bersama dia, waktuku tak pernah sedikitpun kusesali berlalunya. Bersama dia aku sungguh merasakan menjadi diriku sendiri yang berani. Seandainya kesempatan itu datang kembali aku sungguh akan berdoa supaya keyakinan akan menjadi bener-benar milik kami. Tapi kalau memang tidak begitu, semoga aku dapat mengulang kisah yang sama dengan orang yang berbeda. Begitupun dia.
Ps: kalau mau baca cerita lain tentang dia, klik di sini ya
Komentar
Posting Komentar