Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

#SebulanCurcol #Day24: Senja di Tanah Dewi Anjani

Baik, hari ini mari kita membicarakan senja. Senja terbaik. Belum banyak memang tempat yang pernah aku kunjungi, jadi mungkin saja postingan ini akan berubah satu saat nanti. Menurutku, tempat bersenja terindah yang pernah aku kunjungi adalah LOMBOK! Mungkin karena letak geografisnya, mungkin juga karna polusi yang belum separah di tanah Jawa, Lombok punya langit yang indah dan menyenangkan. Itulah mengapa perpaduan langit dan senja di sana jadi hal yang luar biasa. Sejujurnya, saat travelling aku jarang sekali mengambil gambar, menurutku, momen indah lebih baik diabadikan dalam memori otak. Kebanyakan dari kita selalu sibuk mengambil gambar, sibuk mencari angle foto terbaik, tapi lupa menikmatinya. Dan aku salah satu orang yang jarang mengabadikan momen lewat foto. Setiap aku pergi ke tempat baru dan menikmati alam indah, yang aku lakukan hanya diam saja, menikmati suasana, terpaku pada apa yang tergambar di depan mata. mengisi otakku dengan semua memori tentang tempat itu. me

#SebulanCurcol #Day23: Jawabannya. Yes, I do

*datang ke blog dengan terseok-seok* AKU MAU CURHAT! Jadi memasuki #SebulanCurcol hari ke-20-an ini sejujurnya aku jadi males-malesan buat nulis. Ada aja alasan, dan nggak lagi menyiapkan waktu dan pikiran untuk menulis. Apakah anak aquarius satu ini sudah mulai bosan? Sepertinya iya. Tapi yah namanya dah komit ya, jadi MARI DISELESAIKAN! *pasang iket kepala* Jadi gimana yang ikutan #SebulanCurcol? MASIH PADA SEMANGAT?! *arahin mic ke depan* --------------------------------------------------------- Pertanyaan apa yang ingin kamu jawab? Ini tema aku sendiri yang mengajukan. Hari itu sih aku punya banyak pertanyaan, jawaban, dan apa yang mau aku jelaskan. Sebenarnya tema ini adalah ajang narsis kita menunjukkan jati diri kita. Awalnya. Iya, awalnya. Karna hari ini saat temanya bergulir, semua ide itu hilang! Aku bingung sendiri mau narsis soal apa. Gini lah ya kalau niatnya mau sombong duluan. Jadi aku mau cerita aja lah. Kali aja timbul pertanyaan yang mau aku jawab. B

#SebulanCurcol #Day22: Teman-teman!

Yang paling aku syukuri di hidupku sekarang? Jelas! BEAUTY AND GLORY! HAHAHAHAHAHA Maaf maaf, abis nonton film ni. Masih kebawa. Glory, glory, apaan glory? masi jauh wey! Mau beli sepatu diskonan aja masih mikir berkali-kali gitu lau Mi. Baik, ini yang serius nih. Dari banyak hal yang aku punya hari ini, aku sungguh sangat bersyukur punya teman-teman yang masih mau menemani. Sejujurnya aku bukan seorang yang sangat menyenangkan dan luar biasa baik sehingga banyak orang yang mau berkawan. Aku juga bukan orang sering menanyakan kabar dan secara rutin mengabsen mereka lewat telfon. Aku jauh lebih senang dan menyenangkan saat bertemu dan banyak bertukar obrolan secara langsung dibanding hanya bertukar obrolan lewat layar. Sedangkan sekarang ini bertukar cerita secara langsung sungguh jarang kita lakukan, lebih praktis menggunakan layar pintar kita. Sayangnya aku belum terlalu menyukainya. Beginilah aku, orang yang mungkin kurang menyenangkan bagi sebagian

#SebulanCurcol #Day21: Dia

Aku tak punya banyak memori tentang pacaran, cinta-cintaan, atau sekedar pendekatan yang manis. Sejak remaja sampai sekarang lebih tepatnya, aku terlalu nyaman dengan kesendirian, menikmati hari tanpa harus repot memikirkan perasaan orang lain yang kebetulan menjangkarkan hatinya padaku. Tentu saja ini hanya pemikiran pribadiku, tapi entah mengapa pemikiran satu ini susah sekali digoyahkan. Sebagian menilai aku hanya takut berkomitmen, sebagian lagi menilai “ya kamu aja belum nemu yang cocok”. Ya, mungkin benar. Dari semua kisah cinta yang pernah aku jalani, dari yang berhasil membuat aku kelimpungan, mereka yang pernah singgah sebentar sampai aku lupa namanya, atau bahkan dia yang datang tiba-tiba, tinggal sementara kemudian berpisah, aku selalu berusaha mengingat kisah itu lewat momen manis dan mencoba mengesampingkan segala yang membuat kami akhirnya menyudahi kisah kami. Itulah mengapa aku tidak pernah membenci mereka yang pergi atau yang memang sengaja aku tinggalkan. Kalau di

#SebulanCurcol #Day20: Sekolah ala Meteor Garden

#SebulanCurcol udah masuk hari ke-20an nih, udah mulai ada yang bolong-bolong postingannya, ada yang ngerapel postingan pun. TERMASUK SAYA! HAHAHA. Jadi sedikit merasakan jadi penulis, mau keadaan kayak gimana juga tulisan harus tetap jalan terus. Ternyata susah ya. Gara-gara #SebulanCurcol ini pernah nulis yang galau mendayu-dayu tapi hati sedang cerah ceria. Pernah pula suasana hati sedang mendung, tapi temanya jatuh cinta yang berbunga-bunga. Yang terakhir ini akhirnya aku bolos nulis deh, nggak sanggup buat nulis yang bahagia padahal lagi abu-abu hatinya. Yep! Aku emang belum bisa profesional buat nulis. Makanya jadi pemimpi aja dulu, penulis masih ntar dulu lah ya. Nggak sanggup adek. Dan yah, hari ini ngerapel tulisan lagi deh akhirnya. Bukan karna suasana hati. BUKAN! Tapi karna kemarin ada yang harus dikerjain sampe malem dan nyampe rumah tiba-tiba jaringan ilang. Nggak bisa buka blog. Udah deh, bolos akhirnya. A.L.E.S.A.N..A.J.A..L.A.U..M.I.! Temanya cerita masa seko

#SebulanCurcol #Day19: Menjadi Seorang Ibu

Hari ini mari kita berkhayal, siapa Ismi Minarsy di tahun 2028? Umurku 37 tahun saat itu, aku sudah dapat memeluk Samudra, atau mungkin aku juga sudah dapat memeluk Seruni, adiknya. 10 tahun dari sekarang, selain ingin dikenal sebagai seorang ibu, seorang istri yang menyenangkan, dan aku juga ingin dikenal sebagai pengusaha muda yang berhasil. Summer Bliss sudah punya gerainya sendiri, aku pun sudah punya tempat tinggal bertaman luas dan punya joglo di belakang rumah utama. Ah, tidak lupa studio mini di rumah kami, yang penuh dengan spidol warna-warni berbagai ukuran, cat air dan cat minyak yang lengkap, dan tembok yang penuh dengan coretan indah. Samudra berumur enam tahun dan Seruni dua tahun. Kami menghabiskan waktu bersama berempat dengan ayahnya. Mengisi hari dengan menggambar, bercerita, membaca dongeng dan makan camilan di dapur kami. Pada hari yang spesial kami bersama pergi ke kebun raya untuk “bersekolah” mengenalkan banyak jenis pohon kepada Samudra dan Seruni, ata

#SebulanCurcol #Day18: Oyasumi Nasai, Oniisan

Seperti yang sering aku curhatkan di sini, kisah cintaku jarang berakhir dengan bersama. Saat punya kata bersama pun tak lama juga berakhir begitu saja. Pernah berakhir indah dengan peluk di bandara, itu kalau aku beruntung bersama orang yang luar biasa, kadang bahkan aku berpisah hanya dengan lisan, tanpa pelukan terakhir, bahkan seringnya dengan kemarahannya. Atau lebih sering lagi perpisahan yang kuucap sendiri. Tapi beruntungnya, aku selalu punya momen manis yang bisa aku ingat tanpa rasa marah apalagi menyesal, salah satunya kisah yang ini. 2010 lalu aku dikenal sebagai “Duta Kakak-Adek Nasional” dikalangan teman-temanku karna seseorang ini. Dia adalah kakak angkatanku di kampus, kebetulan dia juga kakak kelasku saat SMP, dan kebetulan pula kami punya nama yang sama. Karna nama yang sama ini akhirnya kami dekat dan mentasbihkan diri menjadi kakak-adik. Aku yang dasarnya memang big brother complex dari kecil, ditawarin jadi adek ya pasti girang lah pasti. Di mana ada mas Mimi

Mengingat yang Dilupakan

Aku pernah di sana menangis meminta diberi seorang yang akan membawakanku segelas air putih hangat beserta sup panas dan sebutir paracetamol saat aku sedang demam. Aku lupa, aku pun pernah dipeluk saat lemas, dirapatkan selimutnya saat aku menggigil, dan dibawakan bubur panas setiap kali ingin makan. Aku pun pernah menangisi keadaan, keadaan dimana aku harus membanting tulang membiayai hidupku sendiri saat belia. Tapi aku lupa aku pernah di sana, tertawa bahagia karna semua keinginanku diwujudkan tanpa aku harus berusaha. Aku pun pernah merasa marah pada semesta karna tak mengabulkan inginku. Aku mengutuknya hingga lelah, bahkan aku mengabaikan rayuannya. Tapi aku melupakannya, semesta yang meringakan jalanku, yang selalu memberi keberuntungan untukku. Semesta yang luar biasa baik mengaminkan banyak keinginanku. Aku melupakannya. Sungguh, aku bukan pemaaf seperti yang banyak orang lihat. Aku pun bukan seorang yang selalu ikhlas menerima segalanya. Sesungguhnya aku hanya se

#SebulanCurcol #Day17: Playlist (Random) Pembangkit Semangat

Kalau ngomongain soal musik dan playlist, sejujurnya hal ini juga salah satu yang random dihidupku. Aku adalah pendengar segala genre musik, walaupun lebih banyak musik pop dan easy listening sih. Dan aku juga pendengar lagu dari banyak Negara. Bukan hanya lagu dari Amerika yang memang selalu jadi lagu hits dunia tapi juga lagu dari beberapa Negara Asia. Dalam playlistku kamu tidak hanya menemukan lagu berbahasa Indonesia & Inggris, kamu juga bisa menemukan lagu berbahasa Jepang, Korea, bahkan Thailand disatu playlist. Iya, serandom itu. Sejak Kecil, aku adalah penggila lagu-lagu Jepang. Awalnya memang karena keseringan nonton kartun. Iya, kartun yang diputar di-TV tiap hari minggu itu, yang tayang dari selesai kultum sholat subuh sampai siang baru kelar. Anak generasi 90an pasti paham nih. Nah aku termasuk anak yang setiap hari males-malesan bangun pagi buat sekolah, tapi hari minggu pagi bener udah bangun padahal nggak ada yang ngebanguin. Dari soundtrack kartun itu aku

#SebulanCurcol #Day16: Menggambar

Haeeee *dadah-dadah* Hari ini aku mau berbagi cara bahagia nih. Versi aku tapi yaa. Mulai pertengahan tahun 2017 lalu, sejak ngefollow duo suami istri om Pinot & mbak Ditut di instagram aku mulai menggambar lagi. Awalnya sih nontonin videonya mereka doang, tapi lama-lama kok gatel ya mau ikut menggambar juga. Akhirnya beli deh water colour pencil dan buku gambar kecil. Iya, buku gambar yang 2.500an itu lho, yang tipis bener kaya curhatan colongan kita biasanya. Awalnya ya seadanya banget hasilnya, tapi lama-lama bisa dinikmati lah hasilnya. Sampai akhirnya aku beli sketchbook yang rada niatan. Ternyata benar kata mereka, menggambar itu bisa bikin stress kita ilang. Nggak usah mikir soal gambarnya yang bagus atau nggak, pokoknya gambar aja yang ada di otak, ikutin aja tangan kita mau ngapain. Proses itulah yang meredam stress dan bikin bahagia. Kemarin pun aku sempat di titik yang luar biasa sedih, putus asa, dan stress. Besoknya aku ke toko buku, random beli cat air

#SebulanCurcol #Day15: Terinspirasi Oleh Mas Alitt

Seseorang yang mengispirasi? Harus satu ni? Nggak boleh banyak orang? Agak susah memilih ya, sebenarnya aku sering terinspirasi dari hidup banyak orang, merekalah yang memberi andil untuk caraku berpikir dan bertindak hari ini. Tapi kalau ditanya siapa orang yang sangat mengispirasiku untuk terus berjuang melawan hidup? Mas Alitt jawabnya. Lelaki asal Sragen, yang bahkan belum pernah menjabat tanganku tapi sudah banyak mengubah cara pikirku. 2011. Aku mengenalnya lewat twitter (@shitlicious). Saat itu mas Alitt masih tinggal di Yogyakarta, masih jadi seorang reporter sepertinya, dan masih membranding dirinya sebagai "mahasiswa abadi" yang sering menggantungkan hidup pada indomie. Masih sering ngetwit galau ketimbang bahas sesuatu yang agak serius. Itu mas Alitt 7 tahun lalu, hari ini? Selain sebagai penulis, entrepreneur, namanya bahkan lebih terkenal dikalangan pecinta motor modif. Imagenya jauh berubah dari pertama kali aku mengenalnya. Banyak hal yang me

#SebulanCurcol #Day14: Untuk K

Karena kau ada untuk diriku Sampai mana pun ku sanggup melangkah Di saat yang sulit ku lihat ke belakang Untuk melihat ke sosok dirimu Karena kau ada untuk diriku Tanpa menyerah ku sanggup bertahan karena bagi diriku engkau selalu ada Di sana dan selalu menjagaku, home town Dukungan itulah, home town ~Karena Kau Ada Untuk Diriku - JKT48~ "Sepenggal lirik dari lagu yang tak sengaja kudengar setelah aku menutup telfonmu hari itu. Hari dimana keluhku lebih berat dari biasanya. Lagu yang menggambarkan kamu, dihidupku" ------------------------------------------------------ Aku pernah sendiri menantang dunia yang luar biasa jahat ini. Tak percaya akan orang lain dan selalu mengutuk semesta sampai muak dan lelah. Aku bahkan berkali-kali hampir menyerah kalah, kemudian dia datang mengetuk pintu dengan keras, memaksa masuk, tinggal, dan tak mau pergi. Sampai hari ini. Dibalik aku yang selalu ceria di mana pun berada, adalah dia yang menyimp

#SebulanCurcol #Day13: Drama Pesawat dan Bandara

Becandaan Semesta? Wah, kalo ngomongin ini banyak banget becandaannya, kadang lucu bener, kadang kelewatan, kadang ngeselin, kadang jg bangke bener becandaannya. Tapi aku nggak mau cerita yang sedih-sedih ah. Aku mau cerita soal becandaan Semesta yang beneran lucu, tapi sangat disyukuri. Ini tentang aku, pesawat, dan bandara. Sejujurnya aku bukan orang yang selalu on time. On time bagi aku ya 5 menit sebelum jamnya. Seringnya sih kelewat 5 sampai 15 menit lah ya. Nggak pernah sampe berjam-jam kok. Karna aku menghargai mereka yang berjanji bertemu. Ceilahhhh. Jadi dimaafkan dong ya. Nah. Dengan jam terbang (arti sebenarnya) yang tinggi dulu, bandara sudah jadi tempat yang sangat sering aku kunjungi. Kadang sebulan bisa PP tiga kali Surabaya-Jakarta bahkan. Alhamdulillah sih dibayarin kantor. Dengan tingkat ke-on time-an ku yang seperti itu, kerempongan kantor yang kadang take off jam 2 siang tapi jam 12 masih harus ngurusin ina-inu, serta kesantaianku yang kadang auk am

#SebulanCurcol #Day12: Aku #SobatDrakor

Hari ini masuk ke tema yang lumayan receh dan ringan nih di #SebulanCurcol setelah kemarin mengharu biru ngomongin pesan buat anak kita kelak. Kalau ngomongin hobi, di CV aku cuma masukin empat padahal sebenarnya ada lima hobi yang aku selalu lakukan. 1. Dengerin musik 2. ‎Baca buku fiksi 3. ‎Nonton 4. ‎Jelajah pantai Dan yang terakhir, yang terlalu random untuk ditulis di CV adalah 5. ‎Nyampul buku Kalau dengerin musik kayanya bukan hobi lagi ya, tapi sudah masuk kebutuhan bagi aku. Disaat apapun, kondisi apapun musik adalah hal esensial buat aku. Musik itu elemen penting untuk menambah konsentrasi bagiku. Belajar, nyetir, bahkan dulu saat rapat-rapat penting dan krusial aku selalu butuh musik supaya tetap waras dan bisa konsentrasi jauh lebih lama. Oke, lain kali mungkin aku akan cerita soal musik di hidupku. Kalau poin kedua dan keempat sepertinya sudah sering masuk dicerita-cerita lainku di blog ini. Soal hobi menyampul buku pun sepertinya pernah aku baha

#SebulanCurcol #Day11: Teruntuk Samudra

Hay Udra, sejujurnya aku tak tau kapan kamu akan dilahirkan. Saat kamu lahir mungkin di luar hujan dan petir sedang bersaut-sautan, mungkin juga matahari sedang terik-teriknya, atau mungkin purnama sedang mekar hari itu. Yang pasti, saat itu adalah saat yang paling tepat untukmu menyapa dunia. Samudra, walaupun tempatmu pertama kali merasakan udara kelak adalah tempat yang hening, sesungguhnya tempat itu adalah ruangan paling riuh dalam hidupku. Riuh akan kebahagiaan yang membuncah dari kami berdua, karna akhirnya hadiah kami selamat dihaturkan Tuhan. Samudra, tumbuhlah dengan berbahagia. Aku tau dunia bukan tempat yang nyaman seperti saat kamu meringkuk berbulan-bulan. Dunia akan luar biasa kejam, tapi besarlah untuk melawan, Samudra. Dunia membutuhkanmu, manusia yang tau apa yang dia mau, manusia yang memilih dengan hati yang bebas dan berani. Dunia kelak akan luar biasa bising bagimu, tak apa jangan menghindar, teruslah berjalan Samudra. Bila jengah membuatmu leng

#SebulanCurcol #Day10: Jerapah Nonton Konser

Kalau seandainya kamu jadi hewan, mau jadi hewan apa? Temanya agak random ya. Tapi maklumin aja, kan temanya emang random semua, yang ini aja berarti kadarnya agak tinggi 😂😂 Jujur aja aku pribadi nggak pernah tuh kepikiran pengen jadi hewan atau ngayal babu mau jadi hewan apa gitu. Tapi waktu tema ini tercetus, yang kepikiran pertama adalah JERAPAH Kelintas aja gitu di otak. Selain warnanya yang menurutku lucu dan perpaduannya sering aku pakai dalam desain (kuning & coklat) dan karakternya yang selalu digambarkan dengan lucu di setiap kartun, jerapah yang tinggi itu juga menimbulkan pikiran babu-ku ini menggeliat. "Enak kali ya jadi jerapah, kalo nonton konser gausah jinjit-jinjit" Ya begitulah nasib anak bogel, hampir tiap nonton konser, yang sering aku tonton adalah punggung orang-orang di depanku. Belum lagi zaman sekarang kayaknya kebutuhan update makin tinggi kadarnya, jadi orang-orang yang biasanya di depanku itu, udah jangkung, angkat tangan

#SebulanCurcol #Day9: Kebahagiaan Musim Panas

Mimpi, bucket list, target, atau kadang juga disebut cita-cita. Yah, dibalik aku yang terlihat selengekan, guyonan mulu, dan suka receh ini, sebenarnya aku selalu punya list "100 MIMPI" yang aku tulis dengan rinci dan selalu aku perbarui paling tidak tiga tahun sekali. Aku pun tak segan untuk cerewet ke mereka yang lebih muda untuk ayok menulis mimpi. Aku sangat meyakini, keinginan setinggi atau bahkan sereceh apapun, saat dituliskan akan membuat alam bawah sadar kita merecordnya untuk kemudian mengingatkannya terus dan terus lewat cara yang tak kentara. (Aku juga punya cerita soal mimpiku yang sudah terwujud. Klik di sini yaaa ) Apa isi "100 Mimpi"ku? Aku sebutkan beberapa saja ya: Ketemu mbak Dewi Lestari Berani ke Bromo Balik ke Lombok lagi Bisa photoshop Bisa nyupir mobil sendiri Punya rumah sendiri Dan Nikah umur 28 Coba yang terakhir itu aku tolong dibantu ngaminin. Secara sekarang udah umur 27 tapi belom punya calon diajak b

#SebulanCurcol #Day8: Memutuskan Bersenang-senang

Keputusan gila? Agak susah ya memutuskan mana keputusanku yang memang benar-benar gila, karna hampir semua keputusan yang aku ambil selalu mengundang komentar yang sama: "gila lu mi!" Jadi mari kita kerucutkan saja menjadi "keputusan gila terakhir yang aku ambil" ternyata saat dikerucutkan jadi lebih gampang untukku memilih mau bercerita tentang apa. Keputusannya aku ambil bulan Juni 2017 lalu. Keputusan yang dianggap gegabah oleh banyak orang, bahkan selalu dibahas di rumah dengan embel-embel yang tak enak didengar. Saat itu aku memutuskan resign dari tempat kerjaku, alasannya? Banyak, karna sistem yang kuanggap tidak menyenangkan, karna pekerjaan yang kuanggap kurang cocok denganku, karna alasan mengejar mimpi lain yang jauh lebih menantang, dan satu alasan yang paling besar mengambil porsi. Aku ingin rehat, aku ingin menikmati hidup. Saat 19 tahun aku menjalani kuliah sekaligus menjadi relawan. Aku sangat bekerja keras di dua hal itu, bahka