Aku pernah di sana menangis meminta diberi seorang yang akan membawakanku segelas air putih hangat beserta sup panas dan sebutir paracetamol saat aku sedang demam. Aku lupa, aku pun pernah dipeluk saat lemas, dirapatkan selimutnya saat aku menggigil, dan dibawakan bubur panas setiap kali ingin makan.
Aku pun pernah menangisi keadaan, keadaan dimana aku harus membanting tulang membiayai hidupku sendiri saat belia. Tapi aku lupa aku pernah di sana, tertawa bahagia karna semua keinginanku diwujudkan tanpa aku harus berusaha.
Aku pun pernah merasa marah pada semesta karna tak mengabulkan inginku. Aku mengutuknya hingga lelah, bahkan aku mengabaikan rayuannya. Tapi aku melupakannya, semesta yang meringakan jalanku, yang selalu memberi keberuntungan untukku. Semesta yang luar biasa baik mengaminkan banyak keinginanku. Aku melupakannya.
Sungguh, aku bukan pemaaf seperti yang banyak orang lihat. Aku pun bukan seorang yang selalu ikhlas menerima segalanya. Sesungguhnya aku hanya seorang pendendam kecil di semesta yang maha luas ini, yang terlalu banyak menuntut dan terlalu sering marah.
Aku melupakan rasanya beruntung, aku melupakan rasanya bersyukur karna hal-hal yang datang bagai kilatan cahaya, cepat, terang, dan membuat bahagia. Aku memang pelupa ulung. Maka dari itu hari ini kutulis segalanya agar satu hari nanti aku akan ingat, dibalik segala yang berat aku juga pernah tertawa bahagia, bersinar hingga menyilaukan banyak mata, sebelum akhirnya melupa bahwa aku pernah di sana dan kembali mengutuk semesta.
Komentar
Posting Komentar