Langsung ke konten utama

#SebulanCurcol #Day24: Senja di Tanah Dewi Anjani

Baik, hari ini mari kita membicarakan senja. Senja terbaik.


Belum banyak memang tempat yang pernah aku kunjungi, jadi mungkin saja postingan ini akan berubah satu saat nanti. Menurutku, tempat bersenja terindah yang pernah aku kunjungi adalah LOMBOK! Mungkin karena letak geografisnya, mungkin juga karna polusi yang belum separah di tanah Jawa, Lombok punya langit yang indah dan menyenangkan. Itulah mengapa perpaduan langit dan senja di sana jadi hal yang luar biasa.

Sejujurnya, saat travelling aku jarang sekali mengambil gambar, menurutku, momen indah lebih baik diabadikan dalam memori otak. Kebanyakan dari kita selalu sibuk mengambil gambar, sibuk mencari angle foto terbaik, tapi lupa menikmatinya. Dan aku salah satu orang yang jarang mengabadikan momen lewat foto. Setiap aku pergi ke tempat baru dan menikmati alam indah, yang aku lakukan hanya diam saja, menikmati suasana, terpaku pada apa yang tergambar di depan mata. mengisi otakku dengan semua memori tentang tempat itu. merasakan udaranya, merasakan anginnya, pasirnya, sengatan surya, dan senja yang kadang beruntung aku temui. Kadang pula aku mengabadikan momen itu lewat tulisan. Dengan menulis dan membacanya ulang aku bisa mengulang perasaanku di tempat yang pernah aku kunjungi berkali-kali. Bagiku tulisan lebih banyak menyimpan memori daripada hanya sebuah gambar, yang hanya membangkitkan ingatan bagi indra penglihatan saja. Itu menurutku, kalau kamu tak sependapat ya tak apa.

Walau banyak senja yang aku nikmati di Lombok, ternyata hanya di dua pantai yang aku punya fotonya. Dua hari di antara empat belas hari aku di sana. Selebihnya hanya dinikmati saja. Tanpa diabadikan.


Senja di Pantai Senggigi

Dan 


Senja di pantai yang aku lupa namanya. Pantai yang jaraknya hanya 10 menit dari pusat kota.

Tapi senja terindahku di Lombok bukan senja yang sempat aku abadikan ini. Senja terindahku adalah senja yang hanya sempat aku nikmati di dalam mobil saat perjalanan pulang dari kaki gunung Rinjani menuju Mataram. Tepatnya saat kami melewati perbukitan di atas pantai Batu Bolong, Lombok. Matahari tepat di tengah karang yang berlubang, menyala berani dan luar biasa indah. Yang walaupun aku tak punya fotonya, tapi selalu berhasil aku visualisasikan ulang di kepala.


Ah, tanah Dewi Anjani, aku sungguh rindu berlari di atas tanahmu, menikmati senjamu yang selalu indah, dan rindu orang-orang baik yang selalu menawarkan singgah di tiap tempat. Semoga secepatnya aku dapat kembali. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pada p

#SebulanCurcol #Day12: Aku #SobatDrakor

Hari ini masuk ke tema yang lumayan receh dan ringan nih di #SebulanCurcol setelah kemarin mengharu biru ngomongin pesan buat anak kita kelak. Kalau ngomongin hobi, di CV aku cuma masukin empat padahal sebenarnya ada lima hobi yang aku selalu lakukan. 1. Dengerin musik 2. ‎Baca buku fiksi 3. ‎Nonton 4. ‎Jelajah pantai Dan yang terakhir, yang terlalu random untuk ditulis di CV adalah 5. ‎Nyampul buku Kalau dengerin musik kayanya bukan hobi lagi ya, tapi sudah masuk kebutuhan bagi aku. Disaat apapun, kondisi apapun musik adalah hal esensial buat aku. Musik itu elemen penting untuk menambah konsentrasi bagiku. Belajar, nyetir, bahkan dulu saat rapat-rapat penting dan krusial aku selalu butuh musik supaya tetap waras dan bisa konsentrasi jauh lebih lama. Oke, lain kali mungkin aku akan cerita soal musik di hidupku. Kalau poin kedua dan keempat sepertinya sudah sering masuk dicerita-cerita lainku di blog ini. Soal hobi menyampul buku pun sepertinya pernah aku baha

Senandika

Yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati. Ada banyak hal yang tandang dalam pikir. Sebagian pergi, sebagian mampir sejenak, dan sebagian lagi menetap. Mengakar dan dalam. Pernah ada yang datang mengancapkan akar, cukup kuat nan mengubah perjalanan. Dunia berubah, kenyataan berubah, dan ia pun sama berubahnya. Kemudian kemarin, rasanya baru kemarin satu lagi mampir. Terlampau indah untuk dilewatkan, tapi pun terlalu mengawang membawanya datang di pangkuan. Kemudian pertanyaan datang, apa saatnya rehat? Apa memang saatnya mengembalikannya lagi mengawang? Jalannya redup nan pincang. Hanya saja harapan masih menyala redup menantang. Apakah ini saatnya? Atau apakah boleh merayu sekali lagi? Apakah boleh mengetuk kembali ke pintu yang sama, harapan yang sama? Tapi yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati.