Langsung ke konten utama

#SebulanCurcol #Day4: Rajegwesi

Bagi sebagian orang, pantai adalah tempat mereka menghabiskan hari liburnya. Tapi tidak bagiku.

Pantai, laut, samudra bagiku adalah tempat dimana segala hal yang membuatku sesak dihempas. dimana kebahagiaan terasa pekat dan membuatku penuh, dan dimana hati punya pegangannya.

Hembusan angin yang membasuh, irama ombak yang teratur & memekakkan telinga, serta aroma samudra yang menenangkan. Seandainya kedamaian dapat digambarkan, begitulah aku menggambarkannya.

Pantai bukan hanya sekedar destinasi, pantai adalah tempatku pulang. Tempat dimana "rumah"ku punya bangunannya.

Banyak pantai yang sudah kukunjungi, entah berapa jam yang aku habiskan dengan hanya duduk, memandang ke arahnya tanpa melakukan apapun kecuali bernapas dan berdialog dengan semesta.

Semua pantai yang pernah kujejak belum pernah lagi kukunjungi, tapi seandainya boleh meminta, aku akan serius merayu semesta untuk menjodohkanku lagi kepadanya.

Rajegwesi.
Pantai pembuka di deretan pantai menuju Sukamade Banyuwangi. Pantai pertamaku. Pembuka pintu petualangan baru. Dan pantai dengan pagi terindah yang pernah aku cecap.


Kemiripan aroma laut dan aroma tubuh membuatku mulai percaya bahwa manusia pertama lahir dari rahim samudra. Kami hadir di sini karena terpanggil wangi leluhur. (Dee Lestari, Aroma Karsa)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pada p

#SebulanCurcol #Day12: Aku #SobatDrakor

Hari ini masuk ke tema yang lumayan receh dan ringan nih di #SebulanCurcol setelah kemarin mengharu biru ngomongin pesan buat anak kita kelak. Kalau ngomongin hobi, di CV aku cuma masukin empat padahal sebenarnya ada lima hobi yang aku selalu lakukan. 1. Dengerin musik 2. ‎Baca buku fiksi 3. ‎Nonton 4. ‎Jelajah pantai Dan yang terakhir, yang terlalu random untuk ditulis di CV adalah 5. ‎Nyampul buku Kalau dengerin musik kayanya bukan hobi lagi ya, tapi sudah masuk kebutuhan bagi aku. Disaat apapun, kondisi apapun musik adalah hal esensial buat aku. Musik itu elemen penting untuk menambah konsentrasi bagiku. Belajar, nyetir, bahkan dulu saat rapat-rapat penting dan krusial aku selalu butuh musik supaya tetap waras dan bisa konsentrasi jauh lebih lama. Oke, lain kali mungkin aku akan cerita soal musik di hidupku. Kalau poin kedua dan keempat sepertinya sudah sering masuk dicerita-cerita lainku di blog ini. Soal hobi menyampul buku pun sepertinya pernah aku baha

Senandika

Yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati. Ada banyak hal yang tandang dalam pikir. Sebagian pergi, sebagian mampir sejenak, dan sebagian lagi menetap. Mengakar dan dalam. Pernah ada yang datang mengancapkan akar, cukup kuat nan mengubah perjalanan. Dunia berubah, kenyataan berubah, dan ia pun sama berubahnya. Kemudian kemarin, rasanya baru kemarin satu lagi mampir. Terlampau indah untuk dilewatkan, tapi pun terlalu mengawang membawanya datang di pangkuan. Kemudian pertanyaan datang, apa saatnya rehat? Apa memang saatnya mengembalikannya lagi mengawang? Jalannya redup nan pincang. Hanya saja harapan masih menyala redup menantang. Apakah ini saatnya? Atau apakah boleh merayu sekali lagi? Apakah boleh mengetuk kembali ke pintu yang sama, harapan yang sama? Tapi yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati.