Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

Siang, di Dalam Perjalanan

Di dalam bus antar kota yang membawaku hari ini, dengan handsfree yang menyumbat telingaku dengan lagu mendayu dan sebuah buku berkisah syahdu. Diluar terlihat terik matahari yang melelehkan. Aku duduk bersama perempuan muda yang sama sibuknya mendengarkan musik, usianya mungkin hampir sama denganku. Ia mengenakan busana modis dengan hijab yang ditata dengan apik, begitu cantik. Di seberang tempat duduk kami terlihat seorang lelaki sedang mencoba mengacuhkan sekitar dengan mencoba tidur, sang kondektur lalu lalang di tengah koridor bus yang sempit untuk menagih karcis, sepertinya ini sudah kali kelima ia berlalu. Aku kembali mencoba masuk dalam pesona majic salah satu pengarang favoritku, tapi sayangnya tidak berhasil. Kata-kata itu hanya melintas sekelebat lalu hilang tanpa sedikitpun mengurai makna. Akhirnya ku tutup lembaran itu dan aku hanya menatap keluar jendela. Jalanan yang dilewati riuh oleh suasana pasar yang masih ramai walaupun teriknya mentari membuat ubun-ubun s

Membicarakan Senja

“Sudah, mari kita bicarakan soal senja.” “Senja sudah lama pergi, untuk apa dibicarakan? Mengapa tak kita bicarakan saja soal malam?”   “tapi aku hanya mau berceloteh tentang senja” Ternyata kita memang berbeda, kau mencintai malam, sedang aku mencintai senja. Kalau kau mengartikan senja adalah saat diamana matahari dipeluk malam, bagiku senja adalah segalanya. Bagiku, senja adalah ia yang akan memelukku saat aku terlewat kelelahan menghadapi dunia, yang hanya dengan aroma tubuhnya saja dapat membuatku tersenyum sejenak. Bagiku senja adalah ia yang akan selalu membawakanku secangkir harapan, mengingatkanku untuk bermimpi, dan membangunkanku untuk berlari. Senjaku adalah ia yang kelak akan menawarkanku untuk berbagi masa depan, yang kelak akan ku lengkapi kekurangannya dan kusyukuri kelebihannya. Senja yang akan aku kecup tangannya dikala pagi dan aku peluk saat senja benar-benar menyapa. Senjaku adalah kamu yang namanya akan bersanding bersamaku di sebuah akta, yan

Mari Menari

Rintiknya terus datang tanpa jeda, sejuknya kian menusuk pada raga. Dan gaung jatuhnya makin menggema di telinga. Ini hujan pertamaku, setelah musim kemarau yang terlalu lama menghanguskan. Aku memilih kata menghanguskan bukan hiperbola semata, tapi karena memang begitulah adanya.    Aku sedang berjalan di tepian kota saat rintiknya datang tak terduga, tanpa payung, tanpa jas hujan, hanya selembar baju yang melekat. Matahari tlah lama pamit saat airnya tumpah ruah tanpa jeda, membuat dinginnya merambat teramat cepat. Sayangnya aku tak berniat berteduh, apalagi mengeluh. Ini rintik yang aku rindukan hadirnya, bahkan rinduku sama besarnya dengan rindu milik linden yang daunnya tlah jatuh berguguran, menyisakan hanya beberapa helai kuning dipangkal. Diujung bangunan megah, seorang bapak tua sibuk meneriakiku “Mbak, hujan deras, sini berteduh” ucapnya tanpa beranjak dari tempatnya, dan aku hanya menjawabnya dengan senyuman untuk kemudian kembali melangkah. Aku bukan hanya bas

(apalah) Arti Sebuah Nama

  “Apalah arti sebuah nama” begitu ungkapan salah satu sastrawan ternama sepanjang masa. Bagi sebaagian orang, arti sebuah nama memang tidak berarti apapun, sayangnya bagi sebagian lainnya arti nama bahkan segalanya. Lalu, bagaimana arti sebuah nama bagiku? Mari ijinkan aku menceritakannya. Dulunya bagiku arti satu nama seseorang tak terlalu penting. Tetapi semakin aku bertambah usia dan belajar tentang banyak hal, arti atau makna dari sesuatu jadi sangatlah penting. Nama seorang anak, aku yakini adalah doa dari orang tuanya. Nama itulah yang akan melekat selamanya hingga ia tak lagi bernyawa, yang kemudian akan berpengaruh pada bagaimana ia menjalani hidupnya. Aku menemukan seorang yang bernama “Atisha” yang artinya kedamaian.  Jauh sebelum aku tau makna dari namanya, aku adalah pengagumnya, bukan karena apapun, tapi karena saat aku melihat wajahnya aku menukan keteduhan, hanya damai yang merambat. Aku bahkan mengoleksi foto Atisha hanya untuk berlama-lama memandangi