Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Menjadi Manusia yang Jujur dan Baik

Banyak hal yang akhirnya membentuk seorang Ismi Minarsy hari ini, banyak pelajaran hidup, jurang besar di depan mata, sabetan cambuk, rasanya hampir menyerah dan juga tentunya kebahagian yang seringkali dirayakan. Setiap ditanya, "mau dikenal seperti apa kamu Mi?" Jawaban yang selalu terlintas hanya "jadi manusia yang baik dan jujur". Sesederhana itu memang harapan saya. Ini satu hal yang selalu saya pegang teguh. Saya bukan orang yang punya kuasa juga harta berlimpah yang dengan gampangnya bisa meluruskan jalan siapapun, tapi satu hal yang selalu menjadi keyakinan, kejujuran dan perbuatan baik tak pernah berkhianat. Sejahat apapun dunia, saya selalu yakin suatu saat kebaikanlah yang akhirnya akan membukakan jalan disaat nanti saya menemui kebuntuan. Saya mengadopsi prinsip ini dari ayah dan ibu. Mereka adalah contoh nyata kebaikan yang setiap hari saya lihat dan perhatikan. Ayah sungguh bukan seorang yang bisa membukakan banyak pintu kesempatan bagi saya,

Memori Nasi Serundeng Dan Telur Bacem

Pernahkah kamu merasakan satu rasa masakan, kemudian teringat masa lalu? Aku pernah. Tapi jarang terjadi, karena terlalu otentik rasanya. Nasi, mie goreng serundeng dan telur bacem. Memori terbaikku adalah saat aku kecil. Saat itu kami sekeluarga tinggal di rumah kontrakan kecil di tengah gang Surabaya. Umurku 4 tahun mungkin, aku dan ibu terbiasa jalan kaki menuju sekolah TKku, jaraknya memang dekat. Setiap pagi juga aku selalu diberi sarapan nasi, mie goreng, serundeng dan telur bacem setengah butir yang dibeli ibu di perjalanan menuju sekolah. Aku ingat, aku selalu dibekali makanan yang hampir selalu sama selama dua tahun. Penjualnya adalah dua orang nenek yang baik dan suka memberiku rempeyek sebagai bonus bekal makanku. Setiap pagi ibu selalu membawa kotak makan kosong yang kemudian diisi sajian lezat oleh nenek. Iya, aku memanggil beliau nenek. Aku tak ingat menu apa saja yang selalu nenek sajikan tiap pagi, yang aku inget, semua masakannya luar biasa enak. Aroma m

Apa Kabar Hari Ini? Hariku Diselamatkan Film

Sebelum masuk ke cerita, boleh lah aku menerangkan soal project menulis ini. Jadi, pasca #sebulanCurcol lalu, ternyata ada seseorang yang tertarik dengan project nulis yang sama dan mengajak kami, tapi sayangnya kami sudah menyerah. NGGAK SANGGUP KAK NULIS TIAP HARI! Seperti yang pernah aku tulis juga, ternyata menulis setiap hari butuh perjuangan, walaupun tema sudah ditentukan, tetapi ternyata menulis juga butuh effort, apa yang mau aku tulis? Kapan aku sempat menulis? Dll, dll, dll. Kemudian jadilah grup #PenulisMusiman personilnya masih alumni #SebulanCurcol dan satu personil tambahan yang kekeuh meminta #SebulanCurcol dibuat lagi. Temanya tetap ditentukan diawal, tetap ditagih tulisan dengar barbar juga, tapi bedanya kami meringankan beban kami dengan menulis hanya tiga kali dalam seminggu: rabu, jumat dan minggu. Temanya? Tetap lah random dan membuat kita memikirkan masa lalu, tetap isinya curhatan. Kalau ada yang mau bergabung lagi, please let me know! Supaya bisa d

200 km Melawan Ketakutan

Jelajah pantai adalah salah satu hal yang paling menyenangkan menurutku. Masuk ke area pantai yang terpencil, menatap layar handphone dengan informasi rute google maps, juga asiknya momen tersesat, dan bercanda selama perjalanan dengan sahabat jalan. Puluhan perjalanan dengan banyak kondisi sudah pernah aku lalui, tapi perjalanan yang membekas diingatan ya perjalanan bulan Agustus lalu. Surabaya - Trenggalek bersama dua kesayangan, Gio (motorku) dan Dania. Sembilan jam perjalanan, 200 km, dan hutan rapat diwaktu malam. Kami pernah juga bermalam di pantai berdua, naik motor pula, tapi perjalanan Agustus lalu berbeda. Pukul 7 malam kami baru masuk kawasan desa, 20 km sebelum bibir pantai. Hal pertama yang kami temui adalah jalanan tanpa lampu yang berkelok diantara hutan, dan jarang berpapasan dengan kendaraan lainnya. Kami sama-sama ketakutan sebenarnya, tapi kami memilih diam dan meyakinkan diri sendiri untuk berani. Dan yah, kami sampai di area pantai tepat pukul 9 malam dise

Kota Batu

Aku mengenang banyak kota dengan perasaan yang berbeda-beda. Semarang dengan rasa nyaman dan aroma persahabatan yang kental, karna pertama kali aku menginjakkan kaki aku disambut oleh peluk sahabat. Banyuwangi, kota yang selalu ingin aku datangi lagi dan lagi karna pantainya selalu meninggalkan memori. Jogja dengan keramahan dan aroma mistis yang kental. Dan yah tentunya Surabaya, tempat selama ini aku tinggal. Tapi kalau bicara soal kota yang punya kenangan paling menyenangkan jawabannya adalah kota Batu. Aku adalah orang yang mengingat sesuatu dari kejadian yang aku alami. Beberapa tahun lalu di Batu aku pernah mengalami kejadian yang menyenangkan, iya ini soal cinta anak umur 20-an yang manis, yang tiap aku menginjakkan kaki ke sana kejadian itu selalu berulang. Walaupun kisahnya sudah berlalu, rasa nyaman dan menyenangkan itu selalu tertinggal. Menyusuri jalanannya, sejuk udaranya, suasana alun-alunnya yang tak pernah sepi, dan tentu saja antrian ramai di Pos Ketan. Hal it