Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Menjadi Manusia yang Jujur dan Baik

Banyak hal yang akhirnya membentuk seorang Ismi Minarsy hari ini, banyak pelajaran hidup, jurang besar di depan mata, sabetan cambuk, rasanya hampir menyerah dan juga tentunya kebahagian yang seringkali dirayakan. Setiap ditanya, "mau dikenal seperti apa kamu Mi?" Jawaban yang selalu terlintas hanya "jadi manusia yang baik dan jujur". Sesederhana itu memang harapan saya. Ini satu hal yang selalu saya pegang teguh. Saya bukan orang yang punya kuasa juga harta berlimpah yang dengan gampangnya bisa meluruskan jalan siapapun, tapi satu hal yang selalu menjadi keyakinan, kejujuran dan perbuatan baik tak pernah berkhianat. Sejahat apapun dunia, saya selalu yakin suatu saat kebaikanlah yang akhirnya akan membukakan jalan disaat nanti saya menemui kebuntuan. Saya mengadopsi prinsip ini dari ayah dan ibu. Mereka adalah contoh nyata kebaikan yang setiap hari saya lihat dan perhatikan. Ayah sungguh bukan seorang yang bisa membukakan banyak pintu kesempatan bagi saya,

Memori Nasi Serundeng Dan Telur Bacem

Pernahkah kamu merasakan satu rasa masakan, kemudian teringat masa lalu? Aku pernah. Tapi jarang terjadi, karena terlalu otentik rasanya. Nasi, mie goreng serundeng dan telur bacem. Memori terbaikku adalah saat aku kecil. Saat itu kami sekeluarga tinggal di rumah kontrakan kecil di tengah gang Surabaya. Umurku 4 tahun mungkin, aku dan ibu terbiasa jalan kaki menuju sekolah TKku, jaraknya memang dekat. Setiap pagi juga aku selalu diberi sarapan nasi, mie goreng, serundeng dan telur bacem setengah butir yang dibeli ibu di perjalanan menuju sekolah. Aku ingat, aku selalu dibekali makanan yang hampir selalu sama selama dua tahun. Penjualnya adalah dua orang nenek yang baik dan suka memberiku rempeyek sebagai bonus bekal makanku. Setiap pagi ibu selalu membawa kotak makan kosong yang kemudian diisi sajian lezat oleh nenek. Iya, aku memanggil beliau nenek. Aku tak ingat menu apa saja yang selalu nenek sajikan tiap pagi, yang aku inget, semua masakannya luar biasa enak. Aroma m

Apa Kabar Hari Ini? Hariku Diselamatkan Film

Sebelum masuk ke cerita, boleh lah aku menerangkan soal project menulis ini. Jadi, pasca #sebulanCurcol lalu, ternyata ada seseorang yang tertarik dengan project nulis yang sama dan mengajak kami, tapi sayangnya kami sudah menyerah. NGGAK SANGGUP KAK NULIS TIAP HARI! Seperti yang pernah aku tulis juga, ternyata menulis setiap hari butuh perjuangan, walaupun tema sudah ditentukan, tetapi ternyata menulis juga butuh effort, apa yang mau aku tulis? Kapan aku sempat menulis? Dll, dll, dll. Kemudian jadilah grup #PenulisMusiman personilnya masih alumni #SebulanCurcol dan satu personil tambahan yang kekeuh meminta #SebulanCurcol dibuat lagi. Temanya tetap ditentukan diawal, tetap ditagih tulisan dengar barbar juga, tapi bedanya kami meringankan beban kami dengan menulis hanya tiga kali dalam seminggu: rabu, jumat dan minggu. Temanya? Tetap lah random dan membuat kita memikirkan masa lalu, tetap isinya curhatan. Kalau ada yang mau bergabung lagi, please let me know! Supaya bisa d

200 km Melawan Ketakutan

Jelajah pantai adalah salah satu hal yang paling menyenangkan menurutku. Masuk ke area pantai yang terpencil, menatap layar handphone dengan informasi rute google maps, juga asiknya momen tersesat, dan bercanda selama perjalanan dengan sahabat jalan. Puluhan perjalanan dengan banyak kondisi sudah pernah aku lalui, tapi perjalanan yang membekas diingatan ya perjalanan bulan Agustus lalu. Surabaya - Trenggalek bersama dua kesayangan, Gio (motorku) dan Dania. Sembilan jam perjalanan, 200 km, dan hutan rapat diwaktu malam. Kami pernah juga bermalam di pantai berdua, naik motor pula, tapi perjalanan Agustus lalu berbeda. Pukul 7 malam kami baru masuk kawasan desa, 20 km sebelum bibir pantai. Hal pertama yang kami temui adalah jalanan tanpa lampu yang berkelok diantara hutan, dan jarang berpapasan dengan kendaraan lainnya. Kami sama-sama ketakutan sebenarnya, tapi kami memilih diam dan meyakinkan diri sendiri untuk berani. Dan yah, kami sampai di area pantai tepat pukul 9 malam dise

Kota Batu

Aku mengenang banyak kota dengan perasaan yang berbeda-beda. Semarang dengan rasa nyaman dan aroma persahabatan yang kental, karna pertama kali aku menginjakkan kaki aku disambut oleh peluk sahabat. Banyuwangi, kota yang selalu ingin aku datangi lagi dan lagi karna pantainya selalu meninggalkan memori. Jogja dengan keramahan dan aroma mistis yang kental. Dan yah tentunya Surabaya, tempat selama ini aku tinggal. Tapi kalau bicara soal kota yang punya kenangan paling menyenangkan jawabannya adalah kota Batu. Aku adalah orang yang mengingat sesuatu dari kejadian yang aku alami. Beberapa tahun lalu di Batu aku pernah mengalami kejadian yang menyenangkan, iya ini soal cinta anak umur 20-an yang manis, yang tiap aku menginjakkan kaki ke sana kejadian itu selalu berulang. Walaupun kisahnya sudah berlalu, rasa nyaman dan menyenangkan itu selalu tertinggal. Menyusuri jalanannya, sejuk udaranya, suasana alun-alunnya yang tak pernah sepi, dan tentu saja antrian ramai di Pos Ketan. Hal it

Kulari Ke Pantai, Mimpi Saya Yang Divisualisasikan

Akhir bulan lalu tepatnya tanggal 28 Juni akhirnya apa yang ditunggu sejak tahun lalu bisa ditemui langsung di bioskop. Yha! Film KULARI KE PANTAI! Sejak rencana produksinya dibocorkan di akun Miles Film sejujurnya saya jadi salah satu orang yang tak sabar ingin segera menontonnya. Pertama, karna sejujurnya saya rindu menonton film anak yang punya mood seperti "Petualangan Sherina", Kedua karna saya amat rindu merasakan kembali ke pemikiran sederhana masa kecil. Ketiga, hey, ini projek Mira Lesmana & Riri Riza lho! Siapa yang nggak nungguin? Yang terakhir, jelas karna ada kata terakhir di judul film ini PANTAI. Saya sudah membayangkan akan banyak shot keren menggambarkan samudra, pantai, dan ombak yang pasti akan membuat saya lupa diri. Jadi gimana ekspektasi VS realitanya? Saya ingin membungkus semua pemandangan selama film ini tetap ada dalam otak. SUNGGUH SHOT PANTAINYA KEREN DAN INDAH. *mau nangis waktu nonton* Apalagi shot saat surfing! Sun

15 Tahun Penantian

Dari video di atas, udah berhasil nebak dong kali ini aku akan membahas tentang apa?  iya, tentang Harry Potter. Ada hubungan apa aku dan Harry Potter? Kalau mau tau ya silahkan dilanjut baca :) Hari ini aku mau berbagi sedikit cerita yang bisa jadi memilukan atau kalau bahasa kekiniannya ngenes, atau malah membahagiakan. walaupun bagiku, cerita ini punya dua unsur itu didalamnya. Aku mengenal dunia Harry Potter sejak 2002. Waktu itu aku masih duduk di bangku sekolah dasar, aku mengenalnya lewat media film (Harry Potter and the Sorcerer's Stone). Aku bahkan tak sempat menonton film pertamanya di bioskop, pertama kali aku mengenal dunia sihir ini lewat VCD. VCD yang dipertontonkan seseorang lewat layar dinding bersama banyak kawan. Aku menontonnya beberapa bulan sebelum film keduanya (Harry Potter and the Chamber of Secrets) rilis sepertinya. Lewat perkenalan yang tak terlupakan itu aku jatuh cinta pada dunia fiksi maha karya J.K. Rowling ini. Selama beberap

"Penggaris" Dan "Tangga" Sendiri

Dua tahun lalu adekku pernah datang kepadaku mengeluh karna salah satu teman sekelasnya ditawari ke luar negeri untuk sekolah lagi oleh seseorang yang mengenalnya baik dan berkuasa, padahal kalau mau diurutkan dengan rangking, adekku jauh di atas temannya yang beruntung ini. Dia menangis karena merasa dunia ini tidak adil.  Saat itu aku beritahu dia soal posisi keluarga kami “Ayah sama Ibu itu nggak punya lift buat kita naik, kamu tau kan? Mungkin orang lain bisa seenaknya aja naik tanpa susah payah karna ya memang orang tua mereka ngebangunin lift buat dia, tapi kan kita nggak. Kalau kita mau ada di puncak ya kita harus bangun tangga kita sendiri” .  Begitulah keluarga kami, orang tua kami bukan orang kaya raya yang punya kasta dan kuasa. Sesungguhnya kalimat itu yang selalu aku tanam untuk diriku sendiri saat aku sedang merasa iri dan kurang beruntung melihat seseorang yang hidupnya terlihat kelewat mudah karna orang tuanya punya kuasa sedangkan aku harus bersusah payah demi m

Aku: Perempuan Pecinta Kesendirian Dan Kehidupan

Sebenarnya, ini adalah tulisan lama yang aku tulis Agustus 2015 lalu, sempat terposting, tapi entah mengapa kusembunyikan kemudian. Pagi ini aku kembali membuka draff postinganku dan membaca lagi tulisan ini. Dan kemudian aku tergerak membagikannya lagi. Selamat mengenal "Ismi Minarsy" :) Hay, perkenalkan aku perempuan aquarius 24 tahun bergolongan darah B. Perindu setia pantai, maka saat aku lebih rindu seseorang dibanding pantai, dia istimewa dihidupku. Tetapi bukan berarti akhirnya aku kan setia selamanya. Terkadang aku juga perindu sunset, sunrise dan keheningan. Karna mereka juga seindah pantai, jangan tanyakan saat aku bisa bertemu senja di pantai, dihari itu aku bisa jamin bahwa aku adalah manusia terbahagia.  Walaupun aku buta nada, aku salah satu yang tak dapat hidup tanpa music, tapi aku benci berisik, aku benci riuhnya orang berbicara, oleh karena itu aku sangat membutuhkan music. Saat banyak orang riuh berceloteh aku yang akan menyumbat telinga dengan nada.

Sam: "Petasan" Yang Berhenti Meledak

Beberapa hari lalu aku mendapat permintaan “Mi, bikinin tulisan dong, ceritakan perubahan pribadiku dari awal kamu kenal aku sampai sekarang. Menurut pengalamanmu aja, tulisan asal aja”. Ya, aku ini pribadi yang sungguh random- nya nggak ada obat, tapi sebenarnya yang random bukan Cuma aku lho, teman-teman di lingkaranku juga. Terbukti dengan pernyataan di atas kan? Alasan itulah mungkin ya yang membuat kami berkawan baik, jadi tak apa lah. Jadi mari aku perkenalkan dengan salah satu kawanku ini. Namanya Sam, aku tak kenal siapa nama lengkapnya, kapan ulang tahunnya, dan aku tak peduli apa agamanya. Iya, aku memang salah satu dari beberapa gelintir orang yang berteman dengan seseorang tanpa peduli latar belakangnya, aku rasa Sam juga salah satu dari segelintir orang tersebut.   2012 akhir, itu awal pertemuanku dan Sam. Aku mengenal Sam secara kebetulan. Kebetulan kami bergerak di-isu yang sama saat itu, maka dengan kebetulan pula kami diundang dalam satu pelatihan yang

Tentang Pagi, Kamu, Dan Aku

Tulisan ini tentang pagi Pagi yang pernah begitu kucintai hadirnya Pagi yang punya kita sebagai porosnya Dan pagi yang kita pernah sesap perlahan Tulisan ini juga tentang kamu Kamu yang pernah membawaku berlayar dalam dunia khayal kita Kamu yang pernah menjangkarkan senyum kepadaku Dan kamu yang diam-diam berlalu Tulisan ini pun juga tentang aku Aku yang pernah begitu bahagia menikmati guliran waktu di sisimu Aku yang bersyukur atas pertemuan kita Dan aku yang melepasmu perlahan tanpa pernah berucap pamit

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pada p

Penutup #SebulanCurcol

Akhirnya #SebulanCurcol sampai pada akhir perjalanannya. 30 hari yang diikat oleh kewajiban menulis yang kadang aku jalani dengan biasa-biasa saja, bersemangat, atau kadang dengan susah payah. Pengalaman sebulan ini sedikit membuat aku merasakan hidup sebagai penulis yang punya target mengikat. Aku jadi semakin menghormati mereka yang bekerja untuk menulis. Pekerjaan mereka ternyata berat, dan aku belum sanggup menjadi seperti mereka. Menulis dengan target dan tema ini juga membuat aku bertemu banyak situasi dalam proses menulis (padahal bukan nulis yang serius lho). Ide yang tiba-tiba hilang, harus menulis tema haru biru dan galau saat suasana hati sedang berbunga-bunga, menulis hal membahagiakan saat hari dan hati sedang abu-abu juga pernah aku lakoni. Yang pasti aku jadi sangat belajar untuk dapat menata hati. Kata siapa menulis nggak butuh suasana hati yang sesuai? Butuh banget ternyata. Tapi kalau ternyata tidak sesuai? Nah, saatnya mengolah hati. Dalam 30 hariku, beberapa d

#SebulanCurcol #Day30: Falling In Love With Prague

Tenyata udah sebulan bener ya #SebulanCurcol kita. Terharu. Walaupun sepuluh hari terakhir mulai terseok-seok buat nulis. Terutama aku yang utang tulisannya bertumpuk persis lapisan wafer. Ternyata beneran susah buat memelihara komitmen dan menjalankan hal yang rutin disaat hari luar biasa random. Tapi akhirnya terselesaikan juga komitmen sebulan ini buat nulis *hembus napas lega* ------------------------------------------------- Kalau ngomongin destinasi impian, aku punya banyak. Banyak banget bahkan, walaupun kebanyakan destinasi di Indonesia. Keinginanku sejak 5 tahun lalu sampai sekarang sungguh tidak pernah bergeser. Aku mau keliling Indonesia. Menjelajah dari bukit tertinggi sampai laut terdalam yang dapat aku capai. Menjajaki Aceh sampai Papua. Aku mungkin berbeda dari kebanyakan orang yang punya cita-cita ke luar negeri. Selama ini aku tidak pernah berkeinginan untuk itu. Bahkan dulu saat aku masih aktif di organisasi yang sering menawarkan beasiswa untuk pelatihan di lua

#SebulanCurcol #Day29: Leader

2014. Aku masih menjadi koordinator program di salah satu organisasi remaja. Hari itu adalah hari kami melaunching satu program berskala Internasional di Jawa Timur. dance4life. Program pertama yang aku awali perjalanannya di sini, dan untuk pertama kalinya aku berkesempatan menjadi Project Manager. Kegiatan launching ini adalah kegiatan pertama yang aku lead dari awal sampai selesai. Pertama kali pula aku menjadi penanggung jawab tertinggi. Tanpa seniorku sebagai bayang-bayang dan juga Direktur yang melepas saja kami tanpa peduli. Kegiatan ini sebetulnya kerja sama antara Dinas Kesehatan dangan organisasiku, dan aku ingat betul organisasi kami baru bergabung 3 minggu sebelum hari H, sedangkan acaranya akan diadakan di salah satu mall besar di Surabaya yang pastinya tidak mentolerir adanya kesalahan. Aku ingat betul hari-hariku yang penuh dengan rapat persiapan, badan terduduk di depan laptop merevisi banyak hal, telfon yang selalu berdering, dan koordinasi yang tak henti. Aku sung

#SebulanCurcol #Day28: Tentang Mereka

Sejujurnya postingan ini adalah postingan terakhir yang aku tulis dari beberapa hutang postingan yang harus aku bayar. Ternyata tema ini adalah tema terberat untuk ditulis. Tema yang aku tak tau harus bagaimana menulisnya dengan positif. Sebenarnya aku bukan family person. Tidak pernah mengutamakan keluarga, dan bukan juga orang yang menaruh keluarga sebagai gantungan saat aku tak kuat berpijak. Aku terlahir sebagai sulung dari dua bersaudara. Adekku perempuan, hanya berselisih 3 tahun dari umurku. Aku dibesarkan oleh ibu yang keras dan ayah yang penyabar. Sejak kecil aku terbiasa untuk menahan keinginan. Karna tak semua yang aku butuh dan inginkan selalu berhasil diwujudkan. Setelah aku beranjak dewasa barulah aku dapat sedikit demi sedikin merasakan keinginanku yang menjadi nyata dengan segera, tanpa menunggu terlalu lama seperti saat sebelumnya. Tentunya, segalanya dengan usahaku sendiri. Kemudian aku terlalu terbiasa berjuang sendirian. Memaknai bahwa aku sendiri di dunia ini.

#SebulanCurcol #Day27: Menjadi Pelukis

Seandainya reinkarnasi ada, kamu mau reinkarnasi jadi siapa atau apa? Aku? Seandainya aku percaya dan reinkarnasi benar ada, aku akan tetap bereinkarnasi sebagai diriku, tapi dengan tambahan kemampuan. Yaitu kemampuan melukis. (Lukisan Keenan di film Perahu Kertas) Dulu aku pernah bercita-cita sebagai polisi, dokter, atau wartawan. Tapi sejak SMP, dalam hati kecilku aku sungguh ingin terlahir sebagai pelukis. Aku ingat dulu saat belia aku pernah diajak berkunjung ke Balai Pemuda Surabaya untuk melihat pameran lukisan. Aku masih terlalu kecil untuk memahami lukisan. Tapi aku ingat, hari itu aku menangis di depan salah satu lukisan abstrak. Lukisan yang aku bahkan tak tau apa yang sedang digambarkan, tapi berhasil aku rasakan. Momen itu lah yang sampai saat ini selalu membuatku iri kepada mereka. Pelukis. Karna aku sadar aku tak punya bakat bermain kuas. Tapi aku sungguh ingin bisa menggambarkan isi kepala, bahkan isi hati di atas kanvas dengan torehan warna yang indah. Ingin

#SebulanCurcol #Day26: Dinikahi Musisi

Adakah yang pernah berkhayal, saking khayalnya sampai yakin bahwa khayalan itu tidak mungkin terwujud. Kalau tidak pernah, kamu logis sekali ya? Kalau sering, yes! Mari kita bergandengan tangan dan membentuk sekutu. Hahahaha Aku biasa menyebut khayalan yang kelawatan ini dengan "mimpi babu" mimpi yang selalu berhasil membuat senyum-senyum tapi kita paham betul kalau mimpi itu tidak akan jadi kenyataan. Sebagai seorang yang selalu bernyanyi di manapun dan kapanpun berada, aku selalu berkhayal punya pendamping hidup yang bisa memainkan alat musik. Dan entah kapan dimulainya tapi aku punya "mimpi babu" dinikahi seorang Adera Ega. Iya, Adera Ega yang penyanyi itu, anak dari penyanyi legendaris Ebiet G Ade. YHA! YANG ITU! Sebentar, mari kita menyelami mimpi ini. Silahkan di-play agar lebih syahdu. Jadi gimana? Mulai mimpi babu juga? Sekarang coba bayangkan bang Dera nyanyi lagunya Brian McKnight yang judulnya Marry Your Daughter langsung di depan ayah den