Langsung ke konten utama

#SebulanCurcol #Day2: Absolute Boyfriend


Oke, hembus napas.
Seberat itu emang memilih satu judul film yang mau aku tulis hari ini.

Dari banyak sekali film yang aku tonton, aku harus milih satu yang banyak mengubah diriku. Agak susah ya. Sebagian adalah film bagus yang bahkan aku tonton berulang kali, sebagian lagi film yang bikin ngakak ampe perut kaku, dan beberapa film yang bikin nangis ampe besokannya dikira baru putus. Ada beberapa yang sangat berkesan dan aku merasa sedang ditampar keras-keras oleh film itu. Salah satunya adalah film ini, serial sih sebenarnya.


Zettai Kareshi. Pernah dengar atau nonton nggak? Judul internasionalnya Absolute Boyfriend. Serial Jepang 11 episode + 1 episode spesial. Awalnya aku nggak tau kalo sebenernya Zettai Kareshi ini serial TV, karna yang aku tonton pertama kali adalah episode spesialnya yang berdurasi 1 jam 30 menit. Setelah kelar nonton dan nanya kanan kiri baru tau kalau ternyata Zettai Kareshi ini ternyata serial TV.


Zettai Kareshi bercerita tentang seorang profesor pencipta robot yang menyerupai manusia, bukan cuma soal fisik tapi juga soal kerja otak dan bagaimana mengerti perasaan. Robot ini diciptakan memang khusus untuk seseorang, semacam pacar idaman gitu lah. Namanya Tenjo Night. Lalu ada Riiko, perempuan yang bermimpi menjadi koki dibidang pastry yang akhirnya dijadikan "kelinci percobaan" pengujian Night oleh profesor. Gimana caranya supaya Night jadi pacar impian Riiko? Riiko harus mengisi semacam kuesioner berisi hal-hal yang dia sukai, benci, dan sekaligus bagaimana cara terbaik memperlakukan Riiko.

Awalnya Riiko risih luar biasa. Ada laki, ganteng, ikut campur bener urusannya di rumah, di tempat kerjanya, dan diki-dikit bilang kalau dia mau membahagiakan Riiko, sayangnya dia robot.

Tapiiiii, karna Night memang dirancang sesuai dengan pacar idaman Riiko, perempuan ini pun luluh. Baper luar biasa, yah sama lah kaya kita sekarang yang baper luar biasa liat dek Iqbaal tatap-tatapan ama meluk Vanessa. Bahkan aku sampe mimpiin dek Iqbaal tadi pagi. Sial bener. #terDilan

"MBAK, SING ELING MBAK"
Maaf maaf kelepasan *sungkem 🙏

Oke, balik ke cerita Riiko & Night. Ternyata teknologi Night nggak sempurna, tanpa sengaja profesor menciptakan Night persis seperti manusia yang punya perasaan dan bisa jatuh cinta bakhan sampai beberapa kali mengalami kecelakaan. Melihat keadaan ini, akhirnya semua orang memutuskan Night harus "dimatikan" bahkan Night sendiri yang meminta 💔 dan Riiko harus memulai hidup tanpa Night

Lalu mengapa cerita soal robot dan manusia yang saling jatuh cinta ini banyak mengubah cara pikirku?
2009, pertama kalinya aku menonton Zettai Kareshi. Baru lulus SMA. Dan sebagai informasi (tolong jangan diketawain) selama SMA aku nggak pernah pacaran. Karna Ismi Minarsy ABG punya standart yang luar biasa tinggi untuk kriteria pacar. Harus a, b, c, d, sampe z mungkin. Aku terlalu terobsesi dengan kesempurnaan. Hal itu berefek ke aku yang sering tiba-tiba nggak suka seseorang karna alasan kecil, nggak mudah menerima perbedaan dan jadi pribadi yang minim sahabat dan peluk.

Serial ini sangat amat menamparku saat itu, bahkan efek nontonnya masih berasa sampai hari ini.

Sejak saat itu aku banyak sekali mengubah diriku dan cara pandangku "karna yang sempurna ya cuma ada di film. Itu pun robot. Bukan manusia"

Aku belajar bahwa dalam hubungan dengan siapapun dan dalam hubungan apapun, sebenarnya tidak ada istilah sempurna. Yang ada adalah orang-orang dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing yang membuat hubungan itu sempurna.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pada p

#SebulanCurcol #Day12: Aku #SobatDrakor

Hari ini masuk ke tema yang lumayan receh dan ringan nih di #SebulanCurcol setelah kemarin mengharu biru ngomongin pesan buat anak kita kelak. Kalau ngomongin hobi, di CV aku cuma masukin empat padahal sebenarnya ada lima hobi yang aku selalu lakukan. 1. Dengerin musik 2. ‎Baca buku fiksi 3. ‎Nonton 4. ‎Jelajah pantai Dan yang terakhir, yang terlalu random untuk ditulis di CV adalah 5. ‎Nyampul buku Kalau dengerin musik kayanya bukan hobi lagi ya, tapi sudah masuk kebutuhan bagi aku. Disaat apapun, kondisi apapun musik adalah hal esensial buat aku. Musik itu elemen penting untuk menambah konsentrasi bagiku. Belajar, nyetir, bahkan dulu saat rapat-rapat penting dan krusial aku selalu butuh musik supaya tetap waras dan bisa konsentrasi jauh lebih lama. Oke, lain kali mungkin aku akan cerita soal musik di hidupku. Kalau poin kedua dan keempat sepertinya sudah sering masuk dicerita-cerita lainku di blog ini. Soal hobi menyampul buku pun sepertinya pernah aku baha

Senandika

Yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati. Ada banyak hal yang tandang dalam pikir. Sebagian pergi, sebagian mampir sejenak, dan sebagian lagi menetap. Mengakar dan dalam. Pernah ada yang datang mengancapkan akar, cukup kuat nan mengubah perjalanan. Dunia berubah, kenyataan berubah, dan ia pun sama berubahnya. Kemudian kemarin, rasanya baru kemarin satu lagi mampir. Terlampau indah untuk dilewatkan, tapi pun terlalu mengawang membawanya datang di pangkuan. Kemudian pertanyaan datang, apa saatnya rehat? Apa memang saatnya mengembalikannya lagi mengawang? Jalannya redup nan pincang. Hanya saja harapan masih menyala redup menantang. Apakah ini saatnya? Atau apakah boleh merayu sekali lagi? Apakah boleh mengetuk kembali ke pintu yang sama, harapan yang sama? Tapi yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati.