Langsung ke konten utama

Menjadi Manusia yang Jujur dan Baik

Banyak hal yang akhirnya membentuk seorang Ismi Minarsy hari ini, banyak pelajaran hidup, jurang besar di depan mata, sabetan cambuk, rasanya hampir menyerah dan juga tentunya kebahagian yang seringkali dirayakan.

Setiap ditanya, "mau dikenal seperti apa kamu Mi?" Jawaban yang selalu terlintas hanya "jadi manusia yang baik dan jujur". Sesederhana itu memang harapan saya. Ini satu hal yang selalu saya pegang teguh. Saya bukan orang yang punya kuasa juga harta berlimpah yang dengan gampangnya bisa meluruskan jalan siapapun, tapi satu hal yang selalu menjadi keyakinan, kejujuran dan perbuatan baik tak pernah berkhianat.

Sejahat apapun dunia, saya selalu yakin suatu saat kebaikanlah yang akhirnya akan membukakan jalan disaat nanti saya menemui kebuntuan. Saya mengadopsi prinsip ini dari ayah dan ibu. Mereka adalah contoh nyata kebaikan yang setiap hari saya lihat dan perhatikan. Ayah sungguh bukan seorang yang bisa membukakan banyak pintu kesempatan bagi saya, bukan pula manusia super power yang selalu ada di garda depan untuk membela. Ayah adalah sosok yang menangis kala sedih, mengeluh saat harinya berat, dan orang yang tertawa paling lebar saat orang di sekitarnya berbahagia. Ia bukan seorang penuntut, ayah adalah orang paling demokratis yang pernah saya temui. Ayah tak pernah menghakimi kegagalan yang saya alami, ayah juga tak pernah memaksakan apa yang ia inginkan, ayah adalah seorang yang membiarkan saya berkubang sejenak dalam kegagalan, membiarkan saya berpikir jernih dan kemudian membiarkan saya memutuskan apapun yang terbaik menurut saya bahkan sejak saya kecil.

Ibu sesungguhnya adalah sosok yang emosional sikap dan tindakannya, tapi dibalik segala bentuk emosinya, ia adalah orang yang selalu hadir di barisan terdepan saat siapapun butuh bantuan. Ibu selalu memberikan hal terbaik yang bisa ia berikan untuk seseorang.

Dari merekalah akhirnya saya belajar, kebaikan memang tak pernah salah. Kebaikan adalah hal utama yang harusnya saya tanamkan dalam segala hal, sesuatu yang saya bisikkan pada diri sendiri saat dunia kelewat jahat, bahkan saat seseorang menghianati saya.

Empat bulan terakhir hidup saya sedang kelewat lancar jalannya, terlalu ringan untuk dijalani. Saya yakin segalanya terjadi karna banyak kebaikan yang kemudian membawa kami ke sini, hari ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pada p

#SebulanCurcol #Day12: Aku #SobatDrakor

Hari ini masuk ke tema yang lumayan receh dan ringan nih di #SebulanCurcol setelah kemarin mengharu biru ngomongin pesan buat anak kita kelak. Kalau ngomongin hobi, di CV aku cuma masukin empat padahal sebenarnya ada lima hobi yang aku selalu lakukan. 1. Dengerin musik 2. ‎Baca buku fiksi 3. ‎Nonton 4. ‎Jelajah pantai Dan yang terakhir, yang terlalu random untuk ditulis di CV adalah 5. ‎Nyampul buku Kalau dengerin musik kayanya bukan hobi lagi ya, tapi sudah masuk kebutuhan bagi aku. Disaat apapun, kondisi apapun musik adalah hal esensial buat aku. Musik itu elemen penting untuk menambah konsentrasi bagiku. Belajar, nyetir, bahkan dulu saat rapat-rapat penting dan krusial aku selalu butuh musik supaya tetap waras dan bisa konsentrasi jauh lebih lama. Oke, lain kali mungkin aku akan cerita soal musik di hidupku. Kalau poin kedua dan keempat sepertinya sudah sering masuk dicerita-cerita lainku di blog ini. Soal hobi menyampul buku pun sepertinya pernah aku baha

Senandika

Yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati. Ada banyak hal yang tandang dalam pikir. Sebagian pergi, sebagian mampir sejenak, dan sebagian lagi menetap. Mengakar dan dalam. Pernah ada yang datang mengancapkan akar, cukup kuat nan mengubah perjalanan. Dunia berubah, kenyataan berubah, dan ia pun sama berubahnya. Kemudian kemarin, rasanya baru kemarin satu lagi mampir. Terlampau indah untuk dilewatkan, tapi pun terlalu mengawang membawanya datang di pangkuan. Kemudian pertanyaan datang, apa saatnya rehat? Apa memang saatnya mengembalikannya lagi mengawang? Jalannya redup nan pincang. Hanya saja harapan masih menyala redup menantang. Apakah ini saatnya? Atau apakah boleh merayu sekali lagi? Apakah boleh mengetuk kembali ke pintu yang sama, harapan yang sama? Tapi yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati.