Banyak hal yang akhirnya membentuk seorang Ismi Minarsy hari ini, banyak pelajaran hidup, jurang besar di depan mata, sabetan cambuk, rasanya hampir menyerah dan juga tentunya kebahagian yang seringkali dirayakan.
Setiap ditanya, "mau dikenal seperti apa kamu Mi?" Jawaban yang selalu terlintas hanya "jadi manusia yang baik dan jujur". Sesederhana itu memang harapan saya. Ini satu hal yang selalu saya pegang teguh. Saya bukan orang yang punya kuasa juga harta berlimpah yang dengan gampangnya bisa meluruskan jalan siapapun, tapi satu hal yang selalu menjadi keyakinan, kejujuran dan perbuatan baik tak pernah berkhianat.
Sejahat apapun dunia, saya selalu yakin suatu saat kebaikanlah yang akhirnya akan membukakan jalan disaat nanti saya menemui kebuntuan. Saya mengadopsi prinsip ini dari ayah dan ibu. Mereka adalah contoh nyata kebaikan yang setiap hari saya lihat dan perhatikan. Ayah sungguh bukan seorang yang bisa membukakan banyak pintu kesempatan bagi saya, bukan pula manusia super power yang selalu ada di garda depan untuk membela. Ayah adalah sosok yang menangis kala sedih, mengeluh saat harinya berat, dan orang yang tertawa paling lebar saat orang di sekitarnya berbahagia. Ia bukan seorang penuntut, ayah adalah orang paling demokratis yang pernah saya temui. Ayah tak pernah menghakimi kegagalan yang saya alami, ayah juga tak pernah memaksakan apa yang ia inginkan, ayah adalah seorang yang membiarkan saya berkubang sejenak dalam kegagalan, membiarkan saya berpikir jernih dan kemudian membiarkan saya memutuskan apapun yang terbaik menurut saya bahkan sejak saya kecil.
Ibu sesungguhnya adalah sosok yang emosional sikap dan tindakannya, tapi dibalik segala bentuk emosinya, ia adalah orang yang selalu hadir di barisan terdepan saat siapapun butuh bantuan. Ibu selalu memberikan hal terbaik yang bisa ia berikan untuk seseorang.
Dari merekalah akhirnya saya belajar, kebaikan memang tak pernah salah. Kebaikan adalah hal utama yang harusnya saya tanamkan dalam segala hal, sesuatu yang saya bisikkan pada diri sendiri saat dunia kelewat jahat, bahkan saat seseorang menghianati saya.
Empat bulan terakhir hidup saya sedang kelewat lancar jalannya, terlalu ringan untuk dijalani. Saya yakin segalanya terjadi karna banyak kebaikan yang kemudian membawa kami ke sini, hari ini.
Komentar
Posting Komentar