Langsung ke konten utama

Kulari Ke Pantai, Mimpi Saya Yang Divisualisasikan

Akhir bulan lalu tepatnya tanggal 28 Juni akhirnya apa yang ditunggu sejak tahun lalu bisa ditemui langsung di bioskop. Yha! Film KULARI KE PANTAI!


Sejak rencana produksinya dibocorkan di akun Miles Film sejujurnya saya jadi salah satu orang yang tak sabar ingin segera menontonnya. Pertama, karna sejujurnya saya rindu menonton film anak yang punya mood seperti "Petualangan Sherina", Kedua karna saya amat rindu merasakan kembali ke pemikiran sederhana masa kecil. Ketiga, hey, ini projek Mira Lesmana & Riri Riza lho! Siapa yang nggak nungguin? Yang terakhir, jelas karna ada kata terakhir di judul film ini PANTAI. Saya sudah membayangkan akan banyak shot keren menggambarkan samudra, pantai, dan ombak yang pasti akan membuat saya lupa diri.

Jadi gimana ekspektasi VS realitanya?
Saya ingin membungkus semua pemandangan selama film ini tetap ada dalam otak. SUNGGUH SHOT PANTAINYA KEREN DAN INDAH. *mau nangis waktu nonton*
Apalagi shot saat surfing! Sungguh masterpiece.
Eits, buakan hanya shot pemandangannya yang keren, jalan ceritanya juga dan keadaannya dibuat sangat dekat dengan keadaan sekarang dikalangan anak-anak. Film ini juga punya banyak pelajaran yang disampaikan tanpa menggurui sedikitpun. Bahkan di satu scene saya nggak kuat menahan tangis karna memang menyentuh hati, yang rapuh ini. 

Sampai hari ini saya menuliskannya di blog, saya sudah menonton film ini dua kali. Saking cinta matinya! Iya, sesuka itu saya dengan film ini. selain karna memang filmnya yang digarap dengan serius, film ini juga sangat dekat dengan kehidupan saya, film ini seolah jadi mimpi saya pribadi yang divisualkan.

2015 lalu saya bermimpi, suatu saat nanti saya ingin mengitari (bahasa kerennya "roadtrip") pulau jawa bersama Gio (nama motor mio saya). Setahun lalu, saya bahkan mengajak salah satu sahabat saya bersama mewujudkan mimpi ini dan dia menyetujuinya. Yah walaupun sampai saat ini belum terealisasi karna waktu dan ATM kami yang belum mendukung. Film ini akhirnya yang membuat saya semakin ingin mewujudkan mimpi saya yang tertunda cukup lama.

Selain itu, gara-gara roadtrip yang dilakukan Uci, Sam, dan Happy saya jadi rindu Banyuwangi. Iya, Banyuwangi adalah salah satu destinasi favorit saya. Pantai indah, hutan, ladang coklat, penangkaran penyu dan jangan lupa rujak soto dan nasi tempong, hahaha. Selesai menonton film ini rasanya saya ingin mengulang lagi perjalanan ke Banyuwangi dengan mobil. Menikmati perjalanan, mencoba banyak makanan khas sesuai tempat berhenti, bernyanyi sepanjang perjalanan, dan mencoba banyak kamar mandi pom bensin. Ah, rindu!

Walaupun saya belum menikah, saya adalah salah satu perempuan yang sudah punya perencanaan soal anak. Menjadi ibu yang seperti apa kelak, mau mendidik anak dengan model yang bagaimana, termasuk siapa nama anak pertama saya. Selama ini, yang selalu saya bayangkan, saya akan menjelma menjadi ibu yang membebaskan anak saya, yang selalu mengajak mereka bermain di alam terbuka tanpa gadget, dan lebih banyak mendengar mereka. Sepanjang nonton film ini saya selalu membatin "ya, aku mau jadi ibu persis Ibu Uci". 

Termasuk nama anak, kalau kalian pernah kepo blog saya ini dan jadi langganan pembaca #SebulanCurcol pasti tau bahwa saya ingin menamai anak pertama saya dengan nama Samudra. Hati saya sungguh hangat saat Sam (tokoh utamanya) dipanggil dengan nama panjangnya "Samudra Biru". Samudra yang saya doakan hadirnya itu. Bedanya, dalam angan saya, anak pertama saya seorang lelaki yang saya panggil Udra, suku kata terakhir namanya. Kalau mau baca tulisannya, klik di sini ya!

Itulah mengapa saya suka sekali dengan film ini, iya, karna film ini sungguh dekat. Film ini adalah "mimpi babu" saya yang terasa nyata.

Jadi apakah film ini recommended untuk ditonton? JELAS IYA!
Film ini menyuguhkan petualangan yang kental dan terasa. Bukan hanya anak-anak yang sangat menikmati, bahkan saya dan banyak penonton seumuran saya sangat terhibur sepanjang menonton film ini. Film ini adalah film keluarga yang dikemas lengkap dengan banyak tawa, keindahan Indonesia, dan jangan lupakan pula kritik sosialnya yang disampaikan dengan apik dan epic. Ditambah soundtrack yang digarap serius sesuai mood filmnya oleh RAN. Makin sempurnalah film ini.

Jadi kalau film ini masih bertengger di bioskop kotamu, segeralah tonton sebelum menghilang dari peredaran. Ajak semua orang yang kamu kenal, adik, ponakan, ayah, ibu, tante, om, budhe, pakde, SIAPAPUN! Rasakan sendiri sensasi menyenangkannya setelah filmnya selesai.

oh iya, buat kamu yang kenal baik dengan orang bernama Wahyu, kamu juga wajib nonton supaya tau bagaimana cara terbaik memanggil si Wahyu. HAHAHA




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pada p

#SebulanCurcol #Day12: Aku #SobatDrakor

Hari ini masuk ke tema yang lumayan receh dan ringan nih di #SebulanCurcol setelah kemarin mengharu biru ngomongin pesan buat anak kita kelak. Kalau ngomongin hobi, di CV aku cuma masukin empat padahal sebenarnya ada lima hobi yang aku selalu lakukan. 1. Dengerin musik 2. ‎Baca buku fiksi 3. ‎Nonton 4. ‎Jelajah pantai Dan yang terakhir, yang terlalu random untuk ditulis di CV adalah 5. ‎Nyampul buku Kalau dengerin musik kayanya bukan hobi lagi ya, tapi sudah masuk kebutuhan bagi aku. Disaat apapun, kondisi apapun musik adalah hal esensial buat aku. Musik itu elemen penting untuk menambah konsentrasi bagiku. Belajar, nyetir, bahkan dulu saat rapat-rapat penting dan krusial aku selalu butuh musik supaya tetap waras dan bisa konsentrasi jauh lebih lama. Oke, lain kali mungkin aku akan cerita soal musik di hidupku. Kalau poin kedua dan keempat sepertinya sudah sering masuk dicerita-cerita lainku di blog ini. Soal hobi menyampul buku pun sepertinya pernah aku baha

Senandika

Yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati. Ada banyak hal yang tandang dalam pikir. Sebagian pergi, sebagian mampir sejenak, dan sebagian lagi menetap. Mengakar dan dalam. Pernah ada yang datang mengancapkan akar, cukup kuat nan mengubah perjalanan. Dunia berubah, kenyataan berubah, dan ia pun sama berubahnya. Kemudian kemarin, rasanya baru kemarin satu lagi mampir. Terlampau indah untuk dilewatkan, tapi pun terlalu mengawang membawanya datang di pangkuan. Kemudian pertanyaan datang, apa saatnya rehat? Apa memang saatnya mengembalikannya lagi mengawang? Jalannya redup nan pincang. Hanya saja harapan masih menyala redup menantang. Apakah ini saatnya? Atau apakah boleh merayu sekali lagi? Apakah boleh mengetuk kembali ke pintu yang sama, harapan yang sama? Tapi yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati.