Langsung ke konten utama

#SebulanCurcol #Day30: Falling In Love With Prague

Tenyata udah sebulan bener ya #SebulanCurcol kita. Terharu. Walaupun sepuluh hari terakhir mulai terseok-seok buat nulis. Terutama aku yang utang tulisannya bertumpuk persis lapisan wafer. Ternyata beneran susah buat memelihara komitmen dan menjalankan hal yang rutin disaat hari luar biasa random. Tapi akhirnya terselesaikan juga komitmen sebulan ini buat nulis *hembus napas lega*

-------------------------------------------------

Kalau ngomongin destinasi impian, aku punya banyak. Banyak banget bahkan, walaupun kebanyakan destinasi di Indonesia. Keinginanku sejak 5 tahun lalu sampai sekarang sungguh tidak pernah bergeser. Aku mau keliling Indonesia. Menjelajah dari bukit tertinggi sampai laut terdalam yang dapat aku capai. Menjajaki Aceh sampai Papua.

Aku mungkin berbeda dari kebanyakan orang yang punya cita-cita ke luar negeri. Selama ini aku tidak pernah berkeinginan untuk itu. Bahkan dulu saat aku masih aktif di organisasi yang sering menawarkan beasiswa untuk pelatihan di luar negeri dengan berbagai syarat yang relatif mudah, aku tak pernah tertarik untuk mengajukan diri. Ke luar negeri bukan salah satu dari 100 keinginanku. Kecuali satu tempat ini.


(Pic: pinterest)

Prague. Atau di indonesia biasa disebut Praha, Ibukota negara Ceko, salah satu negara di benua Eropa yang punya gedung tua dan kastil menjulang dan punya jembatan indah. Suatu hari aku akan pergi ke sana.

Awalnya aku tak pernah mendengar nama kota ini. Sampai suatu hari aku berkenalan dengan novel berjudul "Love in Prague" karya Riheam. Buku ini menggambarkan kehidupan Yudith yang selalu beruntung memenangkan banyak kuis, salah satunya Yudith juga memenangkan tiket pergi ke Prague selama beberapa hari. Di buku ini Riheam menuliskan kisah perjalan Yudith dengan bahasa yang ringan dan menyenangkan serta penjelasan tentang perjalanan menjelajah kota Praha yang mendetail dan sungguh menarik sampai akhirnya aku menjangkarkan hatiku ke kota ini walaupun belum pernah menjejakkan kaki.

Buku ini sudah lewat aku baca 14 tahun lalu. Tapi keinginanku untuk menjelajah Praha masih kental di angan. Beberapa kali aku bahkan ikut kegirangan saat beberapa orang yang aku kenal menginjakkan kaki di Praha.

Aku masih berharap suatu hari aku akan pergi ke sana. Menjelajah kota indahnya, menyusuri sungai Vlatava dimalam hari, dan menghabiskan banyak waktu untuk memandang kota dari menara kastil.

Ah, bisa kali ya aku dibantu ngaminin, netizen.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pada p

#SebulanCurcol #Day12: Aku #SobatDrakor

Hari ini masuk ke tema yang lumayan receh dan ringan nih di #SebulanCurcol setelah kemarin mengharu biru ngomongin pesan buat anak kita kelak. Kalau ngomongin hobi, di CV aku cuma masukin empat padahal sebenarnya ada lima hobi yang aku selalu lakukan. 1. Dengerin musik 2. ‎Baca buku fiksi 3. ‎Nonton 4. ‎Jelajah pantai Dan yang terakhir, yang terlalu random untuk ditulis di CV adalah 5. ‎Nyampul buku Kalau dengerin musik kayanya bukan hobi lagi ya, tapi sudah masuk kebutuhan bagi aku. Disaat apapun, kondisi apapun musik adalah hal esensial buat aku. Musik itu elemen penting untuk menambah konsentrasi bagiku. Belajar, nyetir, bahkan dulu saat rapat-rapat penting dan krusial aku selalu butuh musik supaya tetap waras dan bisa konsentrasi jauh lebih lama. Oke, lain kali mungkin aku akan cerita soal musik di hidupku. Kalau poin kedua dan keempat sepertinya sudah sering masuk dicerita-cerita lainku di blog ini. Soal hobi menyampul buku pun sepertinya pernah aku baha

Senandika

Yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati. Ada banyak hal yang tandang dalam pikir. Sebagian pergi, sebagian mampir sejenak, dan sebagian lagi menetap. Mengakar dan dalam. Pernah ada yang datang mengancapkan akar, cukup kuat nan mengubah perjalanan. Dunia berubah, kenyataan berubah, dan ia pun sama berubahnya. Kemudian kemarin, rasanya baru kemarin satu lagi mampir. Terlampau indah untuk dilewatkan, tapi pun terlalu mengawang membawanya datang di pangkuan. Kemudian pertanyaan datang, apa saatnya rehat? Apa memang saatnya mengembalikannya lagi mengawang? Jalannya redup nan pincang. Hanya saja harapan masih menyala redup menantang. Apakah ini saatnya? Atau apakah boleh merayu sekali lagi? Apakah boleh mengetuk kembali ke pintu yang sama, harapan yang sama? Tapi yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati.