Langsung ke konten utama

#SebulanCurcol #Day26: Dinikahi Musisi

Adakah yang pernah berkhayal, saking khayalnya sampai yakin bahwa khayalan itu tidak mungkin terwujud.

Kalau tidak pernah, kamu logis sekali ya?
Kalau sering, yes! Mari kita bergandengan tangan dan membentuk sekutu. Hahahaha


Aku biasa menyebut khayalan yang kelawatan ini dengan "mimpi babu" mimpi yang selalu berhasil membuat senyum-senyum tapi kita paham betul kalau mimpi itu tidak akan jadi kenyataan.

Sebagai seorang yang selalu bernyanyi di manapun dan kapanpun berada, aku selalu berkhayal punya pendamping hidup yang bisa memainkan alat musik. Dan entah kapan dimulainya tapi aku punya "mimpi babu" dinikahi seorang Adera Ega. Iya, Adera Ega yang penyanyi itu, anak dari penyanyi legendaris Ebiet G Ade. YHA! YANG ITU!

Sebentar, mari kita menyelami mimpi ini. Silahkan di-play agar lebih syahdu.



Jadi gimana? Mulai mimpi babu juga? Sekarang coba bayangkan bang Dera nyanyi lagunya Brian McKnight yang judulnya Marry Your Daughter langsung di depan ayah dengan suaranya itu dan genjrengan gitar. Kalo aku sih jelas ya. JELAS NGGAK NOLAK! Ya aku memang semurah itu kalau menyangkut bang Dera. Lagian siapa yang bisa nolak seorang musisi berbakat yang suaranya selalu berhasil melelehkan hati?

Sejak mengenal lagu yang judulnya "Melewatkanmu", aku resmi menjadi penggemar Adera Ega. Suaranya, sepaket dengan genjrngan gitarnya, ditambah lirik lagu yang menyentuh. Aku jatuh hati. Dulu sebelum vlog banyak dibuat, bang Dera sudah rajin membuatnya, tentu saja aku setia jadi penontonnya. Dan yah, aku makin jatuh cinta.

Bahkan lagu "Melewatkanmu" ini selalu jadi soundtrack terbaikku saat patah hati. Patah hatinya dengan lain-lain orang, tapi lagu patah hatinya tetep sama!

Mari kita dengarkan lagunya. Tapi kalau kamu sedang patah hati, heeem, ya gakpapa sih dengerin aja, supaya patah hatimu semakin hqq.


Duh, hatikuuuuuuu.

Ehmmm.
Tapi kalau bukan bang Dera pun, aku slalu berkhayal akan berjodoh dengan seorang yang bisa bermain alat musik. Sejujurnya aku ini seorang yang buta nada, tapi lumayan mahir bernyanyi. Lumayan ya. Sejak aku sekolah pun aku selalu mencoba untuk belajar bermain alat musik. Gitar pernah, piano pun pernah, sampai drum juga pernah ku jajal. Tapi hasilnya gagal total! Nggak ada yang berhasil, sama sekali. Tapi aku selalu berharap, nantinya di rumahku akan bertengger piano di salah satu sudut ruangan atau gitar yang tergeletak di sofa ruang keluarga. Kalau aku jelas tidak mungkin mewujudkannya sendiri, menjadi istri seorang yang bisa bermain alat musiklah satu-satunya harapan, khayalanku akan terwujud.

Menghabiskan sore dengan bernyanyi bersama diiringi gitar, atau memulai pagi dengan alunan piano sebagai alarm. Itu hal yang selalu berhasil membuatku tersenyum dan tersipu.

Jadi kalau dinikah bang Dera terlalu "mimpi babu" boleh lah aku dinikahi seorang yang mahir bermain gitar.

Aminkan, jangan?
Aminkan lah ya. Mengamini harapan toh gratis kan?





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pada p

#SebulanCurcol #Day12: Aku #SobatDrakor

Hari ini masuk ke tema yang lumayan receh dan ringan nih di #SebulanCurcol setelah kemarin mengharu biru ngomongin pesan buat anak kita kelak. Kalau ngomongin hobi, di CV aku cuma masukin empat padahal sebenarnya ada lima hobi yang aku selalu lakukan. 1. Dengerin musik 2. ‎Baca buku fiksi 3. ‎Nonton 4. ‎Jelajah pantai Dan yang terakhir, yang terlalu random untuk ditulis di CV adalah 5. ‎Nyampul buku Kalau dengerin musik kayanya bukan hobi lagi ya, tapi sudah masuk kebutuhan bagi aku. Disaat apapun, kondisi apapun musik adalah hal esensial buat aku. Musik itu elemen penting untuk menambah konsentrasi bagiku. Belajar, nyetir, bahkan dulu saat rapat-rapat penting dan krusial aku selalu butuh musik supaya tetap waras dan bisa konsentrasi jauh lebih lama. Oke, lain kali mungkin aku akan cerita soal musik di hidupku. Kalau poin kedua dan keempat sepertinya sudah sering masuk dicerita-cerita lainku di blog ini. Soal hobi menyampul buku pun sepertinya pernah aku baha

Senandika

Yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati. Ada banyak hal yang tandang dalam pikir. Sebagian pergi, sebagian mampir sejenak, dan sebagian lagi menetap. Mengakar dan dalam. Pernah ada yang datang mengancapkan akar, cukup kuat nan mengubah perjalanan. Dunia berubah, kenyataan berubah, dan ia pun sama berubahnya. Kemudian kemarin, rasanya baru kemarin satu lagi mampir. Terlampau indah untuk dilewatkan, tapi pun terlalu mengawang membawanya datang di pangkuan. Kemudian pertanyaan datang, apa saatnya rehat? Apa memang saatnya mengembalikannya lagi mengawang? Jalannya redup nan pincang. Hanya saja harapan masih menyala redup menantang. Apakah ini saatnya? Atau apakah boleh merayu sekali lagi? Apakah boleh mengetuk kembali ke pintu yang sama, harapan yang sama? Tapi yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati.