“Sudah, mari kita bicarakan soal senja.”
“Senja sudah lama pergi, untuk apa dibicarakan?
Mengapa tak kita bicarakan saja soal malam?”
“tapi aku hanya
mau berceloteh tentang senja”
Ternyata kita memang berbeda, kau mencintai malam, sedang
aku mencintai senja. Kalau kau mengartikan senja adalah saat diamana matahari
dipeluk malam, bagiku senja adalah segalanya.
Bagiku, senja adalah ia yang akan memelukku saat aku
terlewat kelelahan menghadapi dunia, yang hanya dengan aroma tubuhnya saja
dapat membuatku tersenyum sejenak. Bagiku senja adalah ia yang akan selalu
membawakanku secangkir harapan, mengingatkanku untuk bermimpi, dan
membangunkanku untuk berlari.
Senjaku adalah ia yang kelak akan menawarkanku untuk berbagi
masa depan, yang kelak akan ku lengkapi kekurangannya dan kusyukuri
kelebihannya. Senja yang akan aku kecup tangannya dikala pagi dan aku peluk
saat senja benar-benar menyapa.
Senjaku adalah kamu yang namanya akan bersanding
bersamaku di sebuah akta, yang akan bersama menghadapi apapun yang datang. Ia
yang menawarkan kebahagiaan saat harapan kadang tak menyapa. Orang yang akan
melengkapiku sekaligus aku lengkapi.
Senja yang sampai saat ini aku belum tau seperti apa
sosoknya, yang pasti akan menyapa suatu saat nanti, yang hadirnya kelak akan diamini semesta.
Komentar
Posting Komentar