Langsung ke konten utama

#SebulanCurcol #Day20: Sekolah ala Meteor Garden


#SebulanCurcol udah masuk hari ke-20an nih, udah mulai ada yang bolong-bolong postingannya, ada yang ngerapel postingan pun. TERMASUK SAYA! HAHAHA. Jadi sedikit merasakan jadi penulis, mau keadaan kayak gimana juga tulisan harus tetap jalan terus. Ternyata susah ya. Gara-gara #SebulanCurcol ini pernah nulis yang galau mendayu-dayu tapi hati sedang cerah ceria. Pernah pula suasana hati sedang mendung, tapi temanya jatuh cinta yang berbunga-bunga. Yang terakhir ini akhirnya aku bolos nulis deh, nggak sanggup buat nulis yang bahagia padahal lagi abu-abu hatinya. Yep! Aku emang belum bisa profesional buat nulis. Makanya jadi pemimpi aja dulu, penulis masih ntar dulu lah ya. Nggak sanggup adek.

Dan yah, hari ini ngerapel tulisan lagi deh akhirnya. Bukan karna suasana hati. BUKAN! Tapi karna kemarin ada yang harus dikerjain sampe malem dan nyampe rumah tiba-tiba jaringan ilang. Nggak bisa buka blog. Udah deh, bolos akhirnya. A.L.E.S.A.N..A.J.A..L.A.U..M.I.!

Temanya cerita masa sekolah. Ini masa terseru. Iya, walaupun sebenarnya aku membenci system sekolah yang aku jalani selama ini, tapi masa bandel-bandelnya pas sekolah itu emang priceless. Banget.

Waktu SD aku punya 3 sekolah, kelas satu SD di Surabaya, lupa juga dulu ngapain aja waktu kelas satu. Ingetnya cuma bagian jajan es wawan di depan sekolah doang. Itu lho es yang diwadahin plastik, yang kalo beli bisa full bisa juga setengah, ntar kalo belinya setengah abangnya bakalan motong bagian tengahnya gitu. Ada banyak rasa, tapi rasa coklatnya JUWARAK sih! (yang baca ini trus girang fix seangkatan. Dah pada ditanyain kapan kawin nih pasti!)

Kelas 2 sampai pertengahan kelas 5 ku, dihabiskan di desa. Babat, Lamongan. Aku sekolah di salah satu sekolah swasta unggulan di sana. Sering ikutan lomba, seringnya lomba nyanyi sih kalau aku. Pernah nyumbang piala juga (agak sombong). Yang aku ingat dari sekolah di desa ini adalah memori lari-lari di tanggul, main di pinggir sungai bengawan solo, dan jangan lupa juga memori nyari ikan di selokan tiap banjir. Iya, tiap desaku banjir aku nggak pernah mau berangkat sekolah karna lebih seru nyari ikan ketimbang duduk di kelas. Setelah drama-drama dalam keluarga yang menyertai, akhirnya aku numpang lulus SD di salah satu SD Negeri di Surabaya.

Masa SMPku kuhabiskan di satu sekolah swasta berbasis islam yang terkenal luar biasa. Terkenal bagus dan sudah dapat dipastikan terkenal juga mahal bayarnya. Kamu pernah nonton Meteor Garden atau serial Korea judulnya Boys Before Flowers? Kalau nggak ingat, nih aku kasih posternya. Mungkin ingat.


Poster Boys Before Flowers/Boys Over Flowers
Di sana diceritakan tentang sekolah anak tajir yang juga menerima murid biasa aja, atau sebutan zaman sekarangnya misqin. Sekolahku ini juga sama, muridnya dibagi jadi dua golongan yang tajir melintir sama yang misqin. Kalau kamu liat di dua serial itu banyak adegan pem-bully-an oleh murid kaya, nah di sekolahku kejadian ini juga terjadi. Walaupun nggak separah di dua serial itu sih. Zaman SMPku dulu lagi berkembang banget HP Nokia series yang keluarnya deketan banget waktunya, di sekolahku juga ketularan trennya tuh. Hari ini keluar seri terbaru Nokia, besoknya semua anak bawa HP yang sama. Berselang beberapa bulan kemudian, Nokia ngeluarin seri terbarunya lagi, besoknya mereka-mereka serentak ganti HP juga.

Nah berarti aku juga ganti-ganti HP dong. OH, TENTU TIDAK SODARA-SODARA! Kebetulan aku bukan termasuk di geng tajir melintir, tapi geng misqin yang sering jadi sasaran bullying. Tapi untungnya aku termasuk murid unggulan, geng anak piter maksudnya. Jadi nggak pernah dibully. HP saya? Tentu Nokia juga, 3315. Bukan 6600 seperti teman-teman sekolah saya yang lain. Ini juga yang membuat aku nggak pernah bingung saat razia sekolah. Pasti dibalikin dah HPku, mau nyimpen bokep? Nggak bisa juga, bisanya juga buat nimpuk penjahat doang itu, ampe pingsan atau minimal benjol lah. Jadi aman! Kalau mau tau HPnya, nih aku kasih tau.



Nggak banyak memori yang aku simpan saat SMP, bahkan nggak banyak juga teman yang bertahan sampai hari ini. Walaupun ada juga sih kisah cinta yang melekat di memori, kalau mau baca aja nih 7April. Tapi ya biasa aja.

Okee, kita beralih kemasa SMA. Lagi-lagi aku sekolah di SMA swasta berbasis islam, sama seperti sekolah SMPku, tapi kalau dirangking SMAku ini punya urutan kedua. Jadi muridnya nggak pada tajir melintir, nggak pinter-pinter banget juga kaya di sekolah SMPku. Malahan banyak anak biasa aja dan bandel luar biasa. Di bangku SMA ini lah pengalaman sekolah terseru yang pernah aku alami. Di sekolahku ini, yang namanya bolos berjamaah itu udah jadi hal yang wajar banget, ketauan ngerokok di sekolah pun udah jadi makanan sehari-hari. Aku? Kalo ngerokok mah nggak doyan, sampai sekarang, tapi kalau bolos? Ya pernah lah. Main, nongkrong. Kalo bosen, balik lagi ke sekolah. Hahaha. Lagi-lagi di sekolahku ini aku termasuk golongan anak pintar yang dipercaya oleh guru, tapi ya namanya bandel nggak ada hubungannya ya ama pinter atau nggak. Jadi aku kalau mau bolos seringnya pakai cara legal, minta surat izin ke guru dengan alasan yang ada aja di kepala, kemudian bolos deh nggak balik ke sekolah. Begitu.

Semasa SMA aku juga aktif di kegiatan jurnalistik dan mading sekolah, yang waktu itu dipandang sebelah mata oleh kepala sekolahku. Gara-gara ini juga ni aku dan teman-teman pernah marah-marah ke kepala sekolahku, ngomel panjang lebar, nasehatin dari a sampe z urusan mading dan mengharumkan nama sekolah blablabla. Tentu saja yang berada di garda depan dan paling banyak ngomel yah jelas, Mimi. Ini kalau diinget bikin ketawa sih. zaman dulu aku sotoy banget dah anaknya. Hahaha. Mana setelah kepala sekolahnya diomelin panjang lebar, dan berakhir mau mempertimbangkan usulan kami, tahun ajaran berikutnya KEPALA SEKOLAHNYA DIMUTASI! Yatuhan, aku gondok luar biasa itu! Ditambah lagi yang ngegantiin posisinya tu guru musuh bebuyutanku. Makin gondok lah aku! Orangnya congkak, kebanyakan nyombong, dan super nyebelin. Bukan musuh bebuyutanku doang sih. tapi satu sekolahan. Sejak saat itu, dimulailah hari-hari Ismi Minarsy nggak pernah datang tepat waktu ke sekolah. Alasannya? Biar kepala sekolah sebel. Udah itu doang. Kadang bahkan udah nyampe di sekolah sebelum bel tuh, tapi aku nggak masuk sekolah, masuknya nunggu 15 menit setelah bel masuk. Iya, aku dulu sebandel itu.

Pernah juga, masih di aksi menelatkan diri yang sama. Mungkin karna saking keselnya kepala sekolah tu ya. Aku disuruh balik pulang karna telat. Beliau juga bilang bakalan telfon orang tuaku kalau aku disuruh pulang dan nggak boleh sekolah hari itu, juga bakalan ngecek di kelas, memastikan aku di kelas atau nggak. Intinya nggak boleh masuk sekolah deh. Tapi hari itu ada 2 ulangan harian di kelasku. Sebagai geng anak pintar, batinku berteriak. NGGAK! AKU HARUS IKUT ULANGAN! Akhirnya sekongkol lah sama ayah, aku ceritain semuanya ke ayah, dan bilang juga aku mau tetep di sekolah, mau ikut ulangan. Dikasih alasan begitu, ayah mana yang nggak mendukung kan? Berhasil deh. Selama pelajaran aku sembunyi di ruang OSIS (iya, aku juga aktif sebagai anggota OSIS jadi dikasih kunci ruangan juga), baru pas ujian aku masuk kelas. Nggak jadi nggak dapet nilai deh.

Begitulah kira-kira cerita kebandelanku yang gatau deh kenapa bisa gitu amat. Masih banyak sebenarnya cerita yang seru, apalagi waktu SMA. Tapi lain kali aja lah ya ceritanya biar masih ada bahan buat nulis blog.


BYE ….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terima Kasih Dewi Lestari

Pagi ini entah mengapa saya iseng membaca twitter teh @deelestari . Penulis favorit saya, dan saya menyadari beberapa hal. Buku pertama yang saya baca adalah Perahu Kertas (tahun 2011) saya masih 20 tahun saat itu. sedang berkasus dengan cinta. Cinta kepada orang yang sedekat hubungan kakak adik tapi tak berani memutuskan untuk melanjutkan atau mengakhiri. Buku ini adalah hal yang tak bisa saya ucapkan maknanya. Saat itu saya stug di satu kondisi. Tak bisa bercerita kepada siapapun. Sangat iseng membuka google dan memasukkan kata kunci “kisah kakak adik ketemu gede” dan dengan lucunya semesta ini mempertemukan saya dengan eBook Perahu Kertas. Tanpa banyak pikir saya mendownloadnya. Membacanya di layar laptop, bahkan sampai empat kali sebelum akhirnya membeli buku cetaknya sebagai penghargaan untuk diri sendiri baru pada 2012. Saya aquarius, pecinta laut, pecinta lelaki pendiam nan misterius. Entah guyonan semesta macam apa ini. Tapi yang pasti setelah membaca buku itu saya ber...

Pelukan Kebebasan

Pukul 22.00. waktu dimana SMSmu hadir. Selalu di waktu ini. Terkadang sebelumnya, saat kamu terlalu cepat pulang dari ritualmu menghirup kopi. Kadang pula setelahnya, saat kamu terlalu sibuk dengan kawan bicaramu. Kita bisa berbicara berjam-jam di waktu malam, sebelum aku akhirnya sempat pensiun sebagai nocturnal. Saat bersamamu, aku selalu berfikir, ternyata jarak Surabaya – Semarang hanya sejengkal di dalam obrolan kita. Tak pernah lebih jauh. Kamu orang yang menyadarkan aku akan banyak hal yang berkaitan dengan hukum. Orang yang selalu berkata padaku, “Sekarang orang baik sudah langka, aku mau kita jadi salah satunya.” Dan kemudian aku selalu mengingat itu saat aku acuh terhadap orang lain. Saat itu kita memang sama-sama mengejar mimpi. Mimpi masing-masing yang memang tinggal selangkah dalam genggaman. Hubungan pertamaku dengan orang yang tak pernah protes dengan segala kesibukanku, karena kamu pun demikian sibuknya. kamu yang sebegitu dewasanya menanggapi aku yang khawa...

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pa...