Langsung ke konten utama

#SebulanCurcol #Day18: Oyasumi Nasai, Oniisan


Seperti yang sering aku curhatkan di sini, kisah cintaku jarang berakhir dengan bersama. Saat punya kata bersama pun tak lama juga berakhir begitu saja. Pernah berakhir indah dengan peluk di bandara, itu kalau aku beruntung bersama orang yang luar biasa, kadang bahkan aku berpisah hanya dengan lisan, tanpa pelukan terakhir, bahkan seringnya dengan kemarahannya. Atau lebih sering lagi perpisahan yang kuucap sendiri. Tapi beruntungnya, aku selalu punya momen manis yang bisa aku ingat tanpa rasa marah apalagi menyesal, salah satunya kisah yang ini.

2010 lalu aku dikenal sebagai “Duta Kakak-Adek Nasional” dikalangan teman-temanku karna seseorang ini. Dia adalah kakak angkatanku di kampus, kebetulan dia juga kakak kelasku saat SMP, dan kebetulan pula kami punya nama yang sama. Karna nama yang sama ini akhirnya kami dekat dan mentasbihkan diri menjadi kakak-adik. Aku yang dasarnya memang big brother complex dari kecil, ditawarin jadi adek ya pasti girang lah pasti. Di mana ada mas Mimi, disanalah ada adek Mimi. Begitu pula sebaliknya.

Sebagai anak sulung yang terbiasa melakukan apapun sendiri, kemudian ada seseorang kakak laki-laki yang sering antar-jemput, setiap hari ngajak makan siang bareng, ngajarin pelajaran yang aku nggak bisa, bahkan sering ngajak nonton bareng, siapa yang nggak jadi bahagia? Iya, awalnya memang seperti kakak-adik pada umumnya, tapi pernah satu malam, kami yang memang anak BEM di jurusan punya acara di kampus selama tiga hari dua malam. Karna kami panitia, tentunya kami hanya punya tenda yang seadanya dan alas tidur yang seadanya pula, dengan panitia yang jumlahnya banyak. Aku ingat malam itu tak ada tempat lagi di dalam tenda untuk aku tidur, akhirnya aku lari mengungsi ke masjid kampus untuk numpang tidur. Tak lama mas Mimi menyusul, bukan untuk mengungsi tidur sepertiku, tapi untuk memberikan jaketnya, menyelimutkannya padaku yang setengah tertidur sambil mengelus kepalaku. Kemudian dia meninggalkanku. Untuk pertama kalinya setelah aku menjadi adiknya aku merasakan panas di pipi dan hati yang rasanya ingin lompat dari tempatnya. Hilang sudah kantukku.

Sepertinya gara-gara kegiatan ini kami sudah melupakan hubungan kakak-adik kami. Berganti dengan hubungan “yang katanya kakak-adik tapi rasa pacaran” iya, itulah yang aku jalani berbulan-bulan setelah malam itu. Walaupun kami toh memutuskan berhenti, lebih baik berteman saja. Tanpa jebakan hubungan tanpa status yang mengatas namakan kakak-adik. Aku mulai memanggilnya dengan nama depannya dan dia memanggilku nama saja, tanpa sebutan adek diawal.

Tapi aku bersyukur kami mengakhirinya dengan baik. Saat ini aku mengingat namanya dengan momen yang manis. Tanpa rasa marah. Dia seorang yang sering merapatkan jaketku sebelum pulang dari kampus, yang selalu pamit ke orang tuaku saat kami pergi nonton, dia yang setiap hari jumat selalu membawakanku bekal yang dia masak sendiri, dia yang sering aku repoti untuk sekedar membantuku mengetik tugasku, dan dia yang pernah jadi orang pertama yang aku sapa dipagi hari dan selalu kuucapkan selamat malam setiap akhir harinya.

Oyasumi nasai, oniisan.


Ps: Teman kampusku yang baca ini pasti senyum-senyum ni. Tapi hussssttt, jangan berisik ya kalian! hahaha

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terima Kasih Dewi Lestari

Pagi ini entah mengapa saya iseng membaca twitter teh @deelestari . Penulis favorit saya, dan saya menyadari beberapa hal. Buku pertama yang saya baca adalah Perahu Kertas (tahun 2011) saya masih 20 tahun saat itu. sedang berkasus dengan cinta. Cinta kepada orang yang sedekat hubungan kakak adik tapi tak berani memutuskan untuk melanjutkan atau mengakhiri. Buku ini adalah hal yang tak bisa saya ucapkan maknanya. Saat itu saya stug di satu kondisi. Tak bisa bercerita kepada siapapun. Sangat iseng membuka google dan memasukkan kata kunci “kisah kakak adik ketemu gede” dan dengan lucunya semesta ini mempertemukan saya dengan eBook Perahu Kertas. Tanpa banyak pikir saya mendownloadnya. Membacanya di layar laptop, bahkan sampai empat kali sebelum akhirnya membeli buku cetaknya sebagai penghargaan untuk diri sendiri baru pada 2012. Saya aquarius, pecinta laut, pecinta lelaki pendiam nan misterius. Entah guyonan semesta macam apa ini. Tapi yang pasti setelah membaca buku itu saya ber...

Pelukan Kebebasan

Pukul 22.00. waktu dimana SMSmu hadir. Selalu di waktu ini. Terkadang sebelumnya, saat kamu terlalu cepat pulang dari ritualmu menghirup kopi. Kadang pula setelahnya, saat kamu terlalu sibuk dengan kawan bicaramu. Kita bisa berbicara berjam-jam di waktu malam, sebelum aku akhirnya sempat pensiun sebagai nocturnal. Saat bersamamu, aku selalu berfikir, ternyata jarak Surabaya – Semarang hanya sejengkal di dalam obrolan kita. Tak pernah lebih jauh. Kamu orang yang menyadarkan aku akan banyak hal yang berkaitan dengan hukum. Orang yang selalu berkata padaku, “Sekarang orang baik sudah langka, aku mau kita jadi salah satunya.” Dan kemudian aku selalu mengingat itu saat aku acuh terhadap orang lain. Saat itu kita memang sama-sama mengejar mimpi. Mimpi masing-masing yang memang tinggal selangkah dalam genggaman. Hubungan pertamaku dengan orang yang tak pernah protes dengan segala kesibukanku, karena kamu pun demikian sibuknya. kamu yang sebegitu dewasanya menanggapi aku yang khawa...

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pa...