Langsung ke konten utama

#SebulanCurcol #Day11: Teruntuk Samudra


Hay Udra, sejujurnya aku tak tau kapan kamu akan dilahirkan. Saat kamu lahir mungkin di luar hujan dan petir sedang bersaut-sautan, mungkin juga matahari sedang terik-teriknya, atau mungkin purnama sedang mekar hari itu. Yang pasti, saat itu adalah saat yang paling tepat untukmu menyapa dunia.

Samudra, walaupun tempatmu pertama kali merasakan udara kelak adalah tempat yang hening, sesungguhnya tempat itu adalah ruangan paling riuh dalam hidupku. Riuh akan kebahagiaan yang membuncah dari kami berdua, karna akhirnya hadiah kami selamat dihaturkan Tuhan.

Samudra, tumbuhlah dengan berbahagia. Aku tau dunia bukan tempat yang nyaman seperti saat kamu meringkuk berbulan-bulan. Dunia akan luar biasa kejam, tapi besarlah untuk melawan, Samudra. Dunia membutuhkanmu, manusia yang tau apa yang dia mau, manusia yang memilih dengan hati yang bebas dan berani.

Dunia kelak akan luar biasa bising bagimu, tak apa jangan menghindar, teruslah berjalan Samudra. Bila jengah membuatmu lengah, tutup saja telingamu dan lanjutkan perjalananmu.

Udra, pilihan-pilihan sulit akan mampir kepadamu bergantian nanti, jangan takut Samudra, ambillah keputusan dengan pertimbangan yang matang, tanpa rasa takut, yakinlah hatimu akan menuntun ke tempat yang kamu butuhkan.

Kalau kamu merasa dirimu berbeda, tak apa Samudra, kami memang menemanimu tumbuh dengan cara yang berbeda dari dunia. Jangan risau Samudra, kamu tak sendiri, kami berbeda. Kita berbeda, sungguh tak mengapa.

Samudra, aku tak akan pernah menuntutmu menjadi apa yang aku inginkan atau sekitarmu inginkan. Aku hanya mengharuskanmu menjadi salah satu manusia baik di muka bumi ini. Sungguh hanya itu tuntutanku untukmu. Selebihnya kamu adalah manusia merdeka, Samudra.

Hiduplah dengan bebas, terbanglah setinggi yang kamu mau, sejauh yang kakimu bisa tempuh, dan semenyenangkan apa yang otakmu pernah khayalkan, Samudra.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan 30

 Hay Mi, Bagaimana rasanya tumbuh dewasa? Apakah menyenangkan seperti pikiran belasanmu? Aku tau tak mudah berada di titikmu saat ini. Berbanggalah Mi, hari ini kamu bisa meredam amarahmu dengan cukup baik. Berbahagialah Mi, karna hari ini kamu berhasil melewati banyak hal yang sulit. Bersoraklah Mi, karna kamu berhasil mengalahkan egomu yang maha dahsyat itu. Terima kasih untuk selalu berusaha dan kuat Terima kasih sudah melebarkan punggungmu untuk memeluk segala rasa tak nyaman Terima kasih sudah melapangkan dadamu untuk memaafkan segala hal Terima kasih untuk selalu menemukan kebahagian sederhana di sela hari Terima kasih banyak Mi, terima kasih banyak

Terima Kasih Dewi Lestari

Pagi ini entah mengapa saya iseng membaca twitter teh @deelestari . Penulis favorit saya, dan saya menyadari beberapa hal. Buku pertama yang saya baca adalah Perahu Kertas (tahun 2011) saya masih 20 tahun saat itu. sedang berkasus dengan cinta. Cinta kepada orang yang sedekat hubungan kakak adik tapi tak berani memutuskan untuk melanjutkan atau mengakhiri. Buku ini adalah hal yang tak bisa saya ucapkan maknanya. Saat itu saya stug di satu kondisi. Tak bisa bercerita kepada siapapun. Sangat iseng membuka google dan memasukkan kata kunci “kisah kakak adik ketemu gede” dan dengan lucunya semesta ini mempertemukan saya dengan eBook Perahu Kertas. Tanpa banyak pikir saya mendownloadnya. Membacanya di layar laptop, bahkan sampai empat kali sebelum akhirnya membeli buku cetaknya sebagai penghargaan untuk diri sendiri baru pada 2012. Saya aquarius, pecinta laut, pecinta lelaki pendiam nan misterius. Entah guyonan semesta macam apa ini. Tapi yang pasti setelah membaca buku itu saya ber...

Pelukan Kebebasan

Pukul 22.00. waktu dimana SMSmu hadir. Selalu di waktu ini. Terkadang sebelumnya, saat kamu terlalu cepat pulang dari ritualmu menghirup kopi. Kadang pula setelahnya, saat kamu terlalu sibuk dengan kawan bicaramu. Kita bisa berbicara berjam-jam di waktu malam, sebelum aku akhirnya sempat pensiun sebagai nocturnal. Saat bersamamu, aku selalu berfikir, ternyata jarak Surabaya – Semarang hanya sejengkal di dalam obrolan kita. Tak pernah lebih jauh. Kamu orang yang menyadarkan aku akan banyak hal yang berkaitan dengan hukum. Orang yang selalu berkata padaku, “Sekarang orang baik sudah langka, aku mau kita jadi salah satunya.” Dan kemudian aku selalu mengingat itu saat aku acuh terhadap orang lain. Saat itu kita memang sama-sama mengejar mimpi. Mimpi masing-masing yang memang tinggal selangkah dalam genggaman. Hubungan pertamaku dengan orang yang tak pernah protes dengan segala kesibukanku, karena kamu pun demikian sibuknya. kamu yang sebegitu dewasanya menanggapi aku yang khawa...