Langsung ke konten utama

#SebulanCurcol #Day1: Merayu Semesta

Pernah nonton atau baca Perahu Kertas?
Tokoh utamanya namanya Kugy, seorang aquarius. Di dalam kisahnya Kugy adalah anak buah dewa Neptunus yang secara berkala memberikan "laporan" kehidupannya lewat kertas yang dibentuk perahu lalu dihanyutkan ke aliran air.

Ceritaku kali ini berkaitan dengan kebiasaan kugy itu. 😄

Sejak SD mungkin, aku punya kebiasaan menulis diary, kebiasaan ini berjalan sampai awal masuk SMA. Nggak banyak yang tau kebiasaanku ini, semoga Ibuku juga nggak tau ya. Gila aja aku nyembunyiin buku diary udah pake strategi, udah disembunyiin berpindah tempat juga, ampe ibu tau juga kan ya gimana? 😂😂

Isinya?
Banyak. Ada ketakutan masa anak-anakku, hal menyenangkan, tulisan soal iri-irian ku sebagai kakak ke adekku, soal orang tuaku yang aku anggap jahat saat itu, dan yang paling banyak menyita halaman buku-buku diaryku adalah kisah percintaan.
Semua bukunya masih ada, dan aku sering ketawa-ketawa sendiri baca cerita cintaku sendiri. "BUSETTTT! DULU PERNAH GITU YA LU MI 😂😂😂😂😂"

Sayangnya setelah aku mulai ABG dan sering nongkrong di tempat gaul, make kaos oblong dilipet-lipet lengannya ampe jadi pendek dan mulai merasa "keren", aku mendapati bahwa "nulis diary tuh ngga keren. Cupuuuuu." Dan yah, sebagai ABG gaul ala-ala, aku ngga lagi nulis diary. 😞

Sayangnya hobi nulis masalah ini ngga bisa terbendung. Jadilah jauh sebelum "Perahu Kertas" booming dan akhirnya aku baca, aku sudah melakukan kebiasaan Kugy itu. Tapi ngga melulu jadi perahu sih. Kadang jadi pesawat, kadang jadi love, jadi burung bangau, ah iyaaaa pernah juga aku nulis masalahku di kertas origami yang aku potongin panjang-panjang, digulung, trus dimasukin ke botol bening. Bagus deh pas penuh, warna-warni. 😍

Trus gimana nasib semua kertas itu?
D.I.B.U.A.N.G
Iya, dibuang di mana pun, secara diam-diam pastinya. Ada yang diterbangin, ada yang dicantolin pohon, ada yang dilarung di selokan depan rumah, dan botol isi origamiku aku larung di Kenjeran (pantai di Surabaya yang airnya lebih mirip air comberan)😂😂. Nggak tau tu ada yang nemuin atau nggak. Aku paham sih itu sama aja kaya aku buang sampah sembarangan dan ngotorin laut, tapi ngeliat kertas-kertas yang isinya masalah, patah hati, dan harapan itu pergi menghilang ada rasa damai yang menyusup pelan ke hati lalu plong. Iyaa, begitu rasanya.

Dan waktu aku akhirnya baca Perahu Kertas, aku merasa aku nggak aneh sendirian 😂😂😂😂.
Aku merasa punya kawan. Kugy-ku 😍😘😘😘

Walaupun sekarang aku sudah punya blog pribadi yang isinya curhatan (tetep nggak punya buku diary baru) kebiasaan ini masih terus aku lakukan. Bedanya sekarang perahuku nggak lagi dilarung di Kenjeran, tapi di banyak pantai indah. Yah, walaupun ke pantai bareng-bareng se-geng, aku selalu diam-diam melarung perahu 😂😂😂.

Dan yang beda lagi, perahuku sekarang isinya bukan lagi masalah. Semua isinya doa, mimpi, sesuatu yang aku sangat inginkan, dan harapan. Harapan yang aku mau semesta mengaminkannya untuk kemudian terwujud perlahan. Makanya aku sebut kebiasaan ini "merayu semesta"

Rasanya? Yah masih sama. Ngelihat perahuku yang diombang-ambingkan ombak, hatiku yang awalnya terombang-ambing jadi bisa menjejak dengan kuat. Rasanya harapanku makin dekat ke kenayataan, dan memang banyak yang sudah terwujud. Dan aku bahagia semesta mengaminkan banyak hal 😊😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terima Kasih Dewi Lestari

Pagi ini entah mengapa saya iseng membaca twitter teh @deelestari . Penulis favorit saya, dan saya menyadari beberapa hal. Buku pertama yang saya baca adalah Perahu Kertas (tahun 2011) saya masih 20 tahun saat itu. sedang berkasus dengan cinta. Cinta kepada orang yang sedekat hubungan kakak adik tapi tak berani memutuskan untuk melanjutkan atau mengakhiri. Buku ini adalah hal yang tak bisa saya ucapkan maknanya. Saat itu saya stug di satu kondisi. Tak bisa bercerita kepada siapapun. Sangat iseng membuka google dan memasukkan kata kunci “kisah kakak adik ketemu gede” dan dengan lucunya semesta ini mempertemukan saya dengan eBook Perahu Kertas. Tanpa banyak pikir saya mendownloadnya. Membacanya di layar laptop, bahkan sampai empat kali sebelum akhirnya membeli buku cetaknya sebagai penghargaan untuk diri sendiri baru pada 2012. Saya aquarius, pecinta laut, pecinta lelaki pendiam nan misterius. Entah guyonan semesta macam apa ini. Tapi yang pasti setelah membaca buku itu saya ber...

Pelukan Kebebasan

Pukul 22.00. waktu dimana SMSmu hadir. Selalu di waktu ini. Terkadang sebelumnya, saat kamu terlalu cepat pulang dari ritualmu menghirup kopi. Kadang pula setelahnya, saat kamu terlalu sibuk dengan kawan bicaramu. Kita bisa berbicara berjam-jam di waktu malam, sebelum aku akhirnya sempat pensiun sebagai nocturnal. Saat bersamamu, aku selalu berfikir, ternyata jarak Surabaya – Semarang hanya sejengkal di dalam obrolan kita. Tak pernah lebih jauh. Kamu orang yang menyadarkan aku akan banyak hal yang berkaitan dengan hukum. Orang yang selalu berkata padaku, “Sekarang orang baik sudah langka, aku mau kita jadi salah satunya.” Dan kemudian aku selalu mengingat itu saat aku acuh terhadap orang lain. Saat itu kita memang sama-sama mengejar mimpi. Mimpi masing-masing yang memang tinggal selangkah dalam genggaman. Hubungan pertamaku dengan orang yang tak pernah protes dengan segala kesibukanku, karena kamu pun demikian sibuknya. kamu yang sebegitu dewasanya menanggapi aku yang khawa...

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pa...