Langsung ke konten utama

#SebulanCurcol #Day5: Supernova Partikel

Mau cerita dikit deh soal #SebulanCurcol. Jadi seperti yang aku dan Dania ceritakan, tantangan nulis ini emang rencana random kami supaya kami belajar nulis lagi dan upaya beresin blog yang sudah lumayan lama nggak keurus karna sibuk menata hati. Ehh bukan hati doang deh yang lain juga, tapi banyakan nata hati sih. (Kok curcol beneran?) Awalnya tantangan ini emang khusus buat kami berdua, eh kok secara random juga kami jadi mempublis tantangan ini dan jadi ada beberapa yang tertarik buat ikut. Terima kasih ya buat yang udah ikut ngeramein dan istiqomah buat nulis per hari. Kami senang! Aku bahkan selalu nunggu cerita-cerita kalian setiap hari. Berasa langganan majalah gitu.

Dan gara-gara #SebulanCurcol ini blogku jadi punya pembaca militan. Jumlahnya segelintir doang, tapi kalo nagih postingan buset bener galaknya. Ada juga yang jadi bacain blogku dari zaman bahela dan jadi galau berat gara-gara postingan lama yang mengharu biru. Hay Okta, jangan kebanyakan baca. Hatimu lhooo kak.

Hahaha. Kok malah salam-salam kek radio.

Bocoran satu lagi ni, 30 tema yang kami share itu adalah hasil rembukan berdua aku dan Dania. Kami buat masing-masing 15 tema lalu digabungkan. Dari beragam tema yang muncul dari kami berdua, ada beberapa yang ternyata serupa. Salah satunya soal buku. Yha! Kami ini memang pembaca buku, walaupun beda genre.

Dari kecil aku memang pembaca buku, nurun dari ayah yang majalah Tempo-nya selemari. Ke mana-mana selalu bawa buku, bahkan rela nggak jajan demi pasokan buku yang mumpuni. Tapi nggak semua buku mau aku baca, aku benci buku-buku ilmiah dan non fiksi. Karna otakku ini otak pemimpi, buku yang aku baca selalu buku fiksi, lebih banyak lagi fiksi fantasi. Kisah petualangan, kisah fiktif orang-orang yang punya kemampuan aneh dengan berbagai macam misi, dll.

(Ini adalah sebagian dari koleksi bukuku)
Kalau harus memilih satu buku yang banyak mengubah hidupku, orang sekitarku pasti langsung paham "ah, pasti bukunya mbak Dee". Aku setuju dengan pendapat itu. Entahlah, tapi karya mbak Dewi selalu saja dekat dengan kehidupanku (aku penah nulis soal ini di sini). Aku curiga, jangan-jangan sebenarnya kami adalah peretas satu gugus yang belum ingat tugas kami #terSupernova (maaf ya guyonannya untuk kalangan terbatas).

Dari semua karya mbak Dee yang aku baca, ada satu yang paling aku cinta dan paling banyak membuka pikiranku. Yaitu Partikel.

Kisah Zarah Amala yang dididik oleh ayahnya sendiri tanpa harus bersekolah di sekolah formal menguatkan lagi keyakinanku. Aku nggak mau nyekolahin anakku! Iya, sebelum membaca Partikel pun pikiran ini sudah selalu ada di otakku. Berkali-kali kutimbang, berkali-kali pula ku pikir ulang. Setelah aku membaca proses Firas (ayah Zarah) menciptakan sekolahnya sendiri bersama Zarah, aku jadi makin yakin mau melakukan hal yang sama pada anakku nanti.

Kisah Zarah, perempuan mandiri, cuek nekad, dan berani yang hidupnya penuh dengan kejutan, kesialan dan banyak keberuntungan juga membuatku percaya hidup ini ada untuk dijalani saja. Boleh merasa takut tapi jangan pernah mundur karna semesta ini luar biasa baiknya. Aku sekarang meyakini, masalah itu sebenarnya nggak ada, yang ada hanya tantangan. Tantangan yang datang untuk ditaklukkan.

Partikel adalah salah satu buku serial Supernova yang membahas tentang bumi, keragaman flora, fauna, dan fungi. Buku ini juga banyak menggambarkan tentang keadaan lingkuang sekarang ini, tentang perjuangan Bumi untuk bertahan dari kerusakan yang dibuat oleh manusia. Sejak aku jatuh cinta dengan buku ini, aku banyak mengubah kebiasaan burukku berkaitan dengan lingkungan. Mulai cerewet soal penggunaan kertas, bawa botol air minum ke mana-mana, meminimalkan penggunaan kresek. Bahkan sekarang setiap aku menikmati pantai, hutan, dan bukit aku selalu menyempatkan diri untuk diam, memejamkan mata dan mendengarkan detak bumi.

Kalau kalian belum pernah baca serial Supernova, nggak ada salahnya kok mulai membaca. Walaupun genrenya fiksi fantasi, tapi banyak sekali hal-hal yang dekat dengan kehidupan kita, soal keyakinan, soal mencari jati diri, dan tentang cara kita mencari kedamaian diri. Dari yang aku simpulkan setelah tandas membaca serial ini adalah "segala pertanyaan dalam hidup kita itu jawabannya bukan di luar, tapi di dalam diri kita. Semakin banyak kita menyelami diri kita, makin banyak pula kita mendapat jawabannya"
Aku sungguh bersyukur bertemu serial ini di saat yang tepat, karenanya masa pencarian jati diriku jadi jauh lebih berwarna dan jadi banyak dapat bocoran. *senyum


Salam
Peace, love, and gaul

Ps: kalau mulai keracunan Supernova dan mau tanya-tanya, aku siap menjawab lhoooo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terima Kasih Dewi Lestari

Pagi ini entah mengapa saya iseng membaca twitter teh @deelestari . Penulis favorit saya, dan saya menyadari beberapa hal. Buku pertama yang saya baca adalah Perahu Kertas (tahun 2011) saya masih 20 tahun saat itu. sedang berkasus dengan cinta. Cinta kepada orang yang sedekat hubungan kakak adik tapi tak berani memutuskan untuk melanjutkan atau mengakhiri. Buku ini adalah hal yang tak bisa saya ucapkan maknanya. Saat itu saya stug di satu kondisi. Tak bisa bercerita kepada siapapun. Sangat iseng membuka google dan memasukkan kata kunci “kisah kakak adik ketemu gede” dan dengan lucunya semesta ini mempertemukan saya dengan eBook Perahu Kertas. Tanpa banyak pikir saya mendownloadnya. Membacanya di layar laptop, bahkan sampai empat kali sebelum akhirnya membeli buku cetaknya sebagai penghargaan untuk diri sendiri baru pada 2012. Saya aquarius, pecinta laut, pecinta lelaki pendiam nan misterius. Entah guyonan semesta macam apa ini. Tapi yang pasti setelah membaca buku itu saya ber...

Pelukan Kebebasan

Pukul 22.00. waktu dimana SMSmu hadir. Selalu di waktu ini. Terkadang sebelumnya, saat kamu terlalu cepat pulang dari ritualmu menghirup kopi. Kadang pula setelahnya, saat kamu terlalu sibuk dengan kawan bicaramu. Kita bisa berbicara berjam-jam di waktu malam, sebelum aku akhirnya sempat pensiun sebagai nocturnal. Saat bersamamu, aku selalu berfikir, ternyata jarak Surabaya – Semarang hanya sejengkal di dalam obrolan kita. Tak pernah lebih jauh. Kamu orang yang menyadarkan aku akan banyak hal yang berkaitan dengan hukum. Orang yang selalu berkata padaku, “Sekarang orang baik sudah langka, aku mau kita jadi salah satunya.” Dan kemudian aku selalu mengingat itu saat aku acuh terhadap orang lain. Saat itu kita memang sama-sama mengejar mimpi. Mimpi masing-masing yang memang tinggal selangkah dalam genggaman. Hubungan pertamaku dengan orang yang tak pernah protes dengan segala kesibukanku, karena kamu pun demikian sibuknya. kamu yang sebegitu dewasanya menanggapi aku yang khawa...

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pa...