Berdiri kemudian kau mendekat. Mendekap kemudian berbisik "biar saja tetap begini, jangan beranjak". Siapa pula yang ingin beranjak dari dekapanmu. Aku memang hanya ingin berdiam saja. Memejamkan mata. Cukup merasakan nafasmu yang turun naik. Hanya menghitung detak jantungmu yang seirama dengan detakan jantungku. Satu dua tiga, hanya merasakan hangatnya cinta yang kau alamatkan untukku.
Waktu berlalu. Kau meregangkan pelukmu untuk kemudian berucap rindu. Aku kembali terdiam meresap ucapanmu dan mencerna rindu. Entah rinduku atau rindumu aku tak pandai membedakan. Aku tertunduk tak kuasa menahan buncahnya bahagia. Menitikan air mata haru.
Kau masih disana hanya dua jengkal dihadapku. Berdiri menungguku yang masih tertunduk menangis. Tanganmu kemudian membuatku terpaksa mendongak. Kau terkejut. Tak menyangka aku kan menangis. Jarimu yang bebas kemudian mengusap air mataku yang masih menetes satu satu. Aku hanya membalasmu dengan senyum "terima kasih pernah mengucap rindu dengan cara yang indah". Kau mendekapku sekali lagi. Bahkan lebih erat dari sebelumnya.
Bagaimana bisa aku berhenti mencintaimu, kalau hanya dengan mencintaimu saja aku dapat mengerti rasanya utuh, tanpa lagi mencari.
Komentar
Posting Komentar