Masa kanak-kanakku kuhabiskan dengan memikirkan permainan apa yang seru, petualangan apa yang bisa aku lakoni hari ini, atau sekedar berpikir bagaimana caranya mengunyah permen tanpa ketauan ibu. Hidup ini sungguh menyenangkan, hingga bertahun setelahnya, disatu hari aku tak menyadari otakku telah penuh dengan ekspektasi, ekspektasi orang lain, ekspektasi keluarga, dan ekspektasi diri sendiri pun. Bertahun aku menjadi satu dari puluhan juta manusia yang berlari mengejar ekspektasi itu. Sibuk berjibaku dengan hari yang tak henti berdenyut bersama waktu yang membanjir, dan aku tak lagi mengambang, aku tenggelam.
Bagiku, dunia ini bukan lagi tempat bermain, dunia ini area pertandingan. Semua orang berlomba menjadi yang terbaik, kita semua atlet, aku pun seorang atlet, sampai kadang aku lupa bahwa aku manusia. Manusia yang perlu memanusiakan manusia, karna aku pun sama perlunya dimanusiakan.
Setiap hari aku bertemu banyak orang yang tanpa sadar menyakitiku, dan begitu pun aku bagi mereka, sibuk menyakiti mereka demi mempunyai taraf di atas mereka saat nantinya aku perlu membuat komparasi. Komparasi semu demi bahagia yang juga semu.
Aku sibuk mencari rasanya bahagia dan damai.
Aku lupa rasanya menikmati hari tanpa ekspektasi dan komparasi.
Aku sibuk mengutuk dan merasa sedang terluka.
Tapi aku lupa pernah bermain saja di tengah semesta.
Karna aku sungguh lupa rasanya pernah baik-baik saja.
Bagiku, dunia ini bukan lagi tempat bermain, dunia ini area pertandingan. Semua orang berlomba menjadi yang terbaik, kita semua atlet, aku pun seorang atlet, sampai kadang aku lupa bahwa aku manusia. Manusia yang perlu memanusiakan manusia, karna aku pun sama perlunya dimanusiakan.
Setiap hari aku bertemu banyak orang yang tanpa sadar menyakitiku, dan begitu pun aku bagi mereka, sibuk menyakiti mereka demi mempunyai taraf di atas mereka saat nantinya aku perlu membuat komparasi. Komparasi semu demi bahagia yang juga semu.
Aku sibuk mencari rasanya bahagia dan damai.
Aku lupa rasanya menikmati hari tanpa ekspektasi dan komparasi.
Aku sibuk mengutuk dan merasa sedang terluka.
Tapi aku lupa pernah bermain saja di tengah semesta.
Karna aku sungguh lupa rasanya pernah baik-baik saja.
Komentar
Posting Komentar