Langsung ke konten utama

Depresi? (Kamu Tidak Sendiri)




Depresi dan bunuh diri, ini bahasan yang sepertinya selalu muncul ke permukaan. Satu tokoh hari ini, satu lagi beberapa bulan kemudian, dan begitu selalu seolah tersiklus.

Jujur aku pun pernah mengalaminya pernah ada di sana dan pernah pula terpikir untuk mengakhiri saja. Sebagai gambaran, aku adalah orang yang cerewet, terkesan ceria dan jarang terlihat sedih. Suka bercerita apapun, becanda, jauh dari kesan pendiam, introvert dan lain sebagainya. Dan aku pernah sedepresi itu, pernah mau bunuh diri juga.

"ngga deket sama Tuhan sih" komentar ini lah yang selalu mampir bersamaan pada setiap berita depresi dan bunuh diri. 
Walaupun aku bukan orang yang agamis, tapi aku rasa pernyataan ini kurang tepat jadi kongklusi untuk masalah ini.

Depresi banyak sekali penyebabnya kadang bahkan tak diketahui pasti penyebabnya tapi nyata adanya. Bisa dialami siapapun bahkan mereka yang agamis pun.

Saat kita depresi, kadang bukan jadi saat tersedih kita, tapi yah, alasan kita bangun setiap hari hilang begitu saja. Iya hilang, seolah nggak ada lagi tujuan kita bangun, nggak ada lagi alasan kita melanjutkan hari.

Saat aku depresi, apa yang sebenarnya terjadi? Entahlah, yang pernah aku rasakan, aku merasa aku tak berharga, aku manusia gagal dan lain sebagainya. Dunia seolah menjauh, walaupun sebenarnya akulah yang mencoba menjauh dari dunia. Aku merasa semua orang tak bisa memahami diriku, aku lelah dikomentari. Saat aku cerita, aku takut dijudge yang macam-macam, aku takut makin diremehkan akhirnya aku pun sendirian. 

Solusinya?
Aku memang beruntung saat itu, salah satu teman jauh tiba-tiba menghubungi dan banyak bertukar obrolan via chat. Entah mengapa aku merasa nyaman dan akhirnya aku mau bercerita tetang apa yang sedang aku rasakan dan aku alami. Tak banyak memang yang bisa dia lakukan tapi sungguh itu sangat membantu. Dia hanya cukup ada dan bilang bahwa aku baik-baik aja. Aku pasti kuat :)

Cara lainnya, saat itu yang aku lakukan adalah mencoba untuk menulis. Apapun. Tulisan yang penuh emosi, tulisan yang seberantakan apapun tapi dapat mengurai pikirku. Tulisan yang aku post di blog ini di awal blog ini ada. Iya blog ini adalah healingku yang paling berhasil. 

Lalu apakah depresi itu hilang dengan Cepat? Tidak. Aku butuh berbulan-bulan, aku butuh puluhan post yang berisi banyak emosi (bahkan saat aku mulai menamai blogku dan mempublikasikannya aku harus menyembunyikan beberapa postingan karna tak pantas dipublikasikan). Sama halnya dengan keluar dari lubang yang dalam dan sempit, butuh proses dan butuh ketenangan. Bagiku saat itu, tulisan dan seseorang yang mau mendengar adalah sesuatu yang memberikan ketenangan. Siapa yang membuatku atau kita yang sedang depresi bisa berhasil keluar dari lubang sempit? DIRI KITA SENDIRI dan seseorang yang mau berkata bahwa kita berharga. 

Tapi saat ternyata seseorang itupun tak ada, tak apa, bertahanlah. Bukan untuk siapapun, bertahanlah untuk dirimu sendiri. Bertahanlah, sehancur apapun dirimu, cobalah bangkit, bukan untuk dibanggakan orang lain, tapi untukmu merasa bangga atas dirimu sendiri. Kalaupun pelukan yang kamu harapkan tak ada, peluklah dirimu sediri, dirimu adalah hal terberharga yang pernah kamu miliki.
Yah, satu keyakinan itulah yang berkali-kali membuatku berhasil keluar dari lubang dalam. Karna perjalananku yang cukup panjang, melelahkan dan berat, bunuh diri bukan hal yang dapat aku banggakan. Karna itu aku bangkit.

Tapi apa depresi itu tak akan datang lagi? Belum tentu. Kita mungkin bukan keledai yang akan jatuh di lubang yang sama, tapi apakah ada jaminan bahwa kita tak akan jatuh di lubang yang berbeda? Sejujurnya aku mengalami lebih dari sekali. Depresi yang bisa dibilang parah. Orang sekitarku nggak sepenuhnya tau. Tapi aku sedang di situ, depresi. Cara yang aku lakukan? Kurang lebih sama. Aku lagi-lagi menulis semua emosiku, dan lagi-lagi menghubungi teman terdekat dan bercerita. Jalannya sungguh berat. Tapi tak ada yang tidak mungkin kan?


Depresi adalah permasalahan yang dekat. Bisa jadi orang terdekat atau bahkan kita sendiri yang sedang mengalami. Tapi bertahanlah. Jangan takut meminta pertolongan orang lain. Percayalah dirimu berharga :)

Aku tau, mungkin nggak semua depresi sama beratnya. Nggak semua orang sama kekuatannya, tapi percayalah kamu kuat.


Sebenarnya banyaknya kasus bunuh diri ini mengingatkan kita akan kepedulian, soal empati kita yang sekarang sepertinya sudah terkikis. Kita sekarang terlalu banyak berkata apalagi berkomentar seenaknya, tapi kita lupa mendengarkan, kita lupa berkata hal positif ke orang lain.

Bunuh diri bisa dicegah kok. Orang depresi kadang cuma butuh dipeluk dan didengarkan saja. Tanpa dihakimi atau bahkan dikomentari. Hanya ditemani :)


Siapapun kamu yang butuh bercerita dan kebetulan baca tulisanku ini, DM akun twitter @ismiminarsy selalu terbuka untukmu. Walaupun aku bukan pendengar yang sempurna, tapi aku mau mendengar keluh kesahmu. Mari bertahan bersama, kita berharga :)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pada p

#SebulanCurcol #Day12: Aku #SobatDrakor

Hari ini masuk ke tema yang lumayan receh dan ringan nih di #SebulanCurcol setelah kemarin mengharu biru ngomongin pesan buat anak kita kelak. Kalau ngomongin hobi, di CV aku cuma masukin empat padahal sebenarnya ada lima hobi yang aku selalu lakukan. 1. Dengerin musik 2. ‎Baca buku fiksi 3. ‎Nonton 4. ‎Jelajah pantai Dan yang terakhir, yang terlalu random untuk ditulis di CV adalah 5. ‎Nyampul buku Kalau dengerin musik kayanya bukan hobi lagi ya, tapi sudah masuk kebutuhan bagi aku. Disaat apapun, kondisi apapun musik adalah hal esensial buat aku. Musik itu elemen penting untuk menambah konsentrasi bagiku. Belajar, nyetir, bahkan dulu saat rapat-rapat penting dan krusial aku selalu butuh musik supaya tetap waras dan bisa konsentrasi jauh lebih lama. Oke, lain kali mungkin aku akan cerita soal musik di hidupku. Kalau poin kedua dan keempat sepertinya sudah sering masuk dicerita-cerita lainku di blog ini. Soal hobi menyampul buku pun sepertinya pernah aku baha

Senandika

Yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati. Ada banyak hal yang tandang dalam pikir. Sebagian pergi, sebagian mampir sejenak, dan sebagian lagi menetap. Mengakar dan dalam. Pernah ada yang datang mengancapkan akar, cukup kuat nan mengubah perjalanan. Dunia berubah, kenyataan berubah, dan ia pun sama berubahnya. Kemudian kemarin, rasanya baru kemarin satu lagi mampir. Terlampau indah untuk dilewatkan, tapi pun terlalu mengawang membawanya datang di pangkuan. Kemudian pertanyaan datang, apa saatnya rehat? Apa memang saatnya mengembalikannya lagi mengawang? Jalannya redup nan pincang. Hanya saja harapan masih menyala redup menantang. Apakah ini saatnya? Atau apakah boleh merayu sekali lagi? Apakah boleh mengetuk kembali ke pintu yang sama, harapan yang sama? Tapi yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati.