Langsung ke konten utama

Menata Hidup, atau Menikmati Hidup?






“pekerjaan impianmu yang kaya apa Mi?”
“heeeemmm, apa ya? Yang menyenangkan buat dikerjakan, yang bisa aku kerjain di mana aja, kerjaan yang aku bisa pake sandal jepit waktu aku kerja”

_________________________________________________________________________________

Yah, itu sungguh jawaban ngasal yang sebenarnya serius, kurang lebih sudah tujuh tahun aku bekerja dibanyak bidang, aku pernah bekerja dengan penampilan rapi, sepatu, dan dandanan yang jauh dari umurku yang saat itu masih awal 20-an. Rapat-rapat berjam-jam, bahasan njelimet, bersama orang yang rata-rata baik di depan tapi menjatuhkan di belakang kita. Aku juga pernah bekerja di bidang yang paling aku suka bahasannya, yang jam kerjanya 24 jam full, tapi aku dengan senang hati menjalaninya. Pernah juga aku menjalani pekerjaan yang yahhh gajinya lumayan, beban kerja yang rendah bahkan aku bisa meringkas pekerjaan sebulanku hanya dalam beberapa hari dan selebihnya waktu kerjaku aku habiskan dengan nonton youtube, drama korea, dan ngobrol dengan teman di kantor. Tapi nyatanya pekerjaan seperti itu tidak menyenangkan bagiku.

lalu pekerjaan apa yang harusnya aku jalani?

Pekerjaan yang menyenangkan, sesuai dengan apa yang aku sukai, sesuai passionku, dan tentunya bisa bekerja dengan cuma pakai sandal jepit :D

Beberapa bulan terakhir, sejujurnya urusan pekerjaan ini mengambil lebih banyak porsi di pikiranku, yah seperti yang semua orang tau, hal menyenangkan, biasanya tidak disertai dengan pendapatan yang lumayan. Sedangkan pendapatan yang lumayan punya konsekuensi pekerjaan yang seringnya membosankan.

Lalu apa keputusanku untuk bahasan ini?

Sebulan lalu aku resmi keluar dari perusahaan yang biasa menggajiku lumayan, tanpa tabungan yang cukup. Saat ini aku jadi pegawai tetap untuk clothing line yang aku rintis bersama keluargaku beberapa bulan terakhir. Penghasilan? Kalau boleh dibilang, aku belum mendapatkan “gaji” dari sana, bahkan akulah yang harus menggelontorkan dana sebagai modal, tapi ini mimpiku, mimpi yang berhasil aku wujudkan perlahan, mimpi yang untuk dapat meraihnya aku mempertaruhkan hidupku di sana. Summer Bliss, kebahagian musim panas, begitulah kami menamainya, mimpi sekaligus passionku yang selalu berhasil membawa semangat saat aku lelah dan ingin menyerah.

Tak ada masalah kok saat kamu mengejar passionmu, pun dengan orang-orang yang tau jelas passionnya dan meninggalkan banyak hal yang dianggap bukan passionnya. Pasti ada yang dikorbankan bahkan dirugikan, tapi tak apa. Yang akhirnya jadi masalah adalah saat kita akhirnya berani mengambil keputusan tapi tak berani menghadapi banyak rintangan yang datang. Karna hey, mengejar mimpi dan melakukan hal sesuai passionmu tak sesederhana itu dan sebercanda itu. Banyak yang harus disiapkan, banyak kepala yang butuh diyakinkan, bahkan akan banyak orang yang mengecilkan. Dan yang pasti akan ada ATM dan dompet yang sering rindu isinya. Ya itu konsekuensinya.

Seorang temanku pernah bilang “kamu mau nata hidup, atau menikmati hidup? Kalau mau nikmatin hidup ya terserah kamu mau kerja apa, kalau mau nata hidup ya memang harus susah dan lelah” dan memang semuanya ternyata memang tergantung pilihan kita dan keberanian kita.

Jadi, mau menata hidup atau menikmati hidup?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pada p

#SebulanCurcol #Day12: Aku #SobatDrakor

Hari ini masuk ke tema yang lumayan receh dan ringan nih di #SebulanCurcol setelah kemarin mengharu biru ngomongin pesan buat anak kita kelak. Kalau ngomongin hobi, di CV aku cuma masukin empat padahal sebenarnya ada lima hobi yang aku selalu lakukan. 1. Dengerin musik 2. ‎Baca buku fiksi 3. ‎Nonton 4. ‎Jelajah pantai Dan yang terakhir, yang terlalu random untuk ditulis di CV adalah 5. ‎Nyampul buku Kalau dengerin musik kayanya bukan hobi lagi ya, tapi sudah masuk kebutuhan bagi aku. Disaat apapun, kondisi apapun musik adalah hal esensial buat aku. Musik itu elemen penting untuk menambah konsentrasi bagiku. Belajar, nyetir, bahkan dulu saat rapat-rapat penting dan krusial aku selalu butuh musik supaya tetap waras dan bisa konsentrasi jauh lebih lama. Oke, lain kali mungkin aku akan cerita soal musik di hidupku. Kalau poin kedua dan keempat sepertinya sudah sering masuk dicerita-cerita lainku di blog ini. Soal hobi menyampul buku pun sepertinya pernah aku baha

Senandika

Yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati. Ada banyak hal yang tandang dalam pikir. Sebagian pergi, sebagian mampir sejenak, dan sebagian lagi menetap. Mengakar dan dalam. Pernah ada yang datang mengancapkan akar, cukup kuat nan mengubah perjalanan. Dunia berubah, kenyataan berubah, dan ia pun sama berubahnya. Kemudian kemarin, rasanya baru kemarin satu lagi mampir. Terlampau indah untuk dilewatkan, tapi pun terlalu mengawang membawanya datang di pangkuan. Kemudian pertanyaan datang, apa saatnya rehat? Apa memang saatnya mengembalikannya lagi mengawang? Jalannya redup nan pincang. Hanya saja harapan masih menyala redup menantang. Apakah ini saatnya? Atau apakah boleh merayu sekali lagi? Apakah boleh mengetuk kembali ke pintu yang sama, harapan yang sama? Tapi yang aku tau, Semesta selalu berbaik hati.