Aku
ingat betul saat itu aku masih berseragam putih abu-abu, pagi itu aku dengan
keras kepalanya tak mau berangkat ke sekolah karena alasan sepele yang bahkan
sudah terlupakan, mungkin puluhan kali atau bahkan ratusan kali kau menanggapi
kelakuanku dengan sabar, sayangnya pagi itu tidak. Pagi itu aku telah membuat
engkau marah dan meluapkannya. Pagi itu bukan rasa sakit di tubuhku yang
bedenyut membuatku pusing, tapi hatiku lebih sakit saat engkau memukulku
teramat keras. Aku sadar, aku telah berlaku berlebihan pagi itu. Tetapi sejak
hari itu aku menanamkan satu hal yang sampai saat ini masih selalu aku lakukan “aku
tak akan lagi membuatmu marah”.
Aku
sungguh berhutang teramat banyak padamu, kau mengajarkanku mandiri, kau buat
aku kuat menahan kerasnya dunia karena setiap saat aku melihat engkau
melakukannya di hadapanku. Engkau yang selalu menanggapiku dengan tepat ditiap
emosiku atau bahkan keluhanku pada banyak hal, kau yang selalu cerewet
mengingatkanku akan hal kecil yang sering kali aku gampangkan. Kadang aku
dengan kurang ajarnya menuntut terlalu banyak, sampai aku lupa kau bekerja
keras untuk satu hal yang jadi tujuanmu, membahagiakan aku. Tapi aku? Jangankan
kebahagiaanmu, lelahmu bahkan tak pernah mengambil porsi di pikiranku.
Sungguh
aku tak pandai mengucap kata cinta, bahkan lewat perbuatan, aku tau kau pun
sama. Tapi aku merasakannya, kau yang hampir tiap malam kala aku pulang teramat
larut akan terjaga menungguku. Dikala banyak orang menyudutkanku atas kegagalan
kau diam saja, tak ikut menyudutkan, pun tak membelaku, tapi kau membiarkanku
diam untuk mencerna dan berfikir, karna kau tau aku pasti berhasil melawan
kecewa. Saat itu kau sedang mengajariku bagaimana caranya menelan kekecewaan
dan bertanggung jawab akan apa yang aku putuskan. Sedari aku belasan aku
akhirnya menyadarinya, kau mencintaiku dengan cara percaya padaku.
Di
umurku yang kesekian, diantara banyak rinduku yg selalu punya kamu di nomer
satu, aku menyadari, kau salah satu orang terpenting di hidupku. Sungguh aku
ingin berterima kasih untuk segalanya, untuk hampir 24 tahun selalu ada di
sisiku, untuk banyak keputusan yang kau biarkan bermuara padaku, untuk les
kehidupan yang selalu menakjubkan, hari ini izinkan aku bersyukur telah menjadi
putri pertamamu, karna sungguh aku bersyukur Tuhan mentakdirkanmu menjadi
Ayahku. Selamat ulang tahun Ayah. Semoga bahagia tetap disana, dihatimu dan
ditiap harimu, semoga satu hari nanti aku bisa menebus segala kebaikanmu dengan
kebangganmu. Sekali lagi, selamat ulang tahun Ayah terhebatku.
Komentar
Posting Komentar