Langsung ke konten utama

#SebulanCurcol #Day29: Leader

2014. Aku masih menjadi koordinator program di salah satu organisasi remaja. Hari itu adalah hari kami melaunching satu program berskala Internasional di Jawa Timur. dance4life. Program pertama yang aku awali perjalanannya di sini, dan untuk pertama kalinya aku berkesempatan menjadi Project Manager. Kegiatan launching ini adalah kegiatan pertama yang aku lead dari awal sampai selesai. Pertama kali pula aku menjadi penanggung jawab tertinggi. Tanpa seniorku sebagai bayang-bayang dan juga Direktur yang melepas saja kami tanpa peduli.

Kegiatan ini sebetulnya kerja sama antara Dinas Kesehatan dangan organisasiku, dan aku ingat betul organisasi kami baru bergabung 3 minggu sebelum hari H, sedangkan acaranya akan diadakan di salah satu mall besar di Surabaya yang pastinya tidak mentolerir adanya kesalahan.

Aku ingat betul hari-hariku yang penuh dengan rapat persiapan, badan terduduk di depan laptop merevisi banyak hal, telfon yang selalu berdering, dan koordinasi yang tak henti. Aku sungguh bersyukur punya team yang luar biasa. Aku yakin kegiatan ini juga jadi salah satu yang membuat mereka belajar banyak hal. Sama sepertiku.


Hari itu ada sekitar 300 orang menari bersama di tengah mall tersebut. Dan yang paling membuatku bangga bukan karna kami berhasil menyelesaikan acara tersebut tanpa cela, tapi karna semua team melakukan tugasnya dengan baik dan luar biasa. Aku ingat aku melihat mereka satu lantai di atas panggung dan aku luar biasa bangga pada mereka. Mereka yang bertumbuh dari remaja biasa saja menjadi seorang yang bersinar, tau tanggung jawab, dan selalu bisa diandalkan. Dan aku pun akhirnya merasa bangga telah menemani mereka bertumbuh.

Aku bahkan masing mengingat pelukan mereka setelah acara selesai dan ucapan mereka. Hangat. Bagiku mereka bukan hanya sesama relawan yang kebetulan berada dalam wadah yang sama. Mereka adalah adik-adikku, keluarga, tempatku merasakan pulang, dan mereka adalah pelukan nyata yang selalu dapat aku tagih disaat apapun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pa...

Terima Kasih Dewi Lestari

Pagi ini entah mengapa saya iseng membaca twitter teh @deelestari . Penulis favorit saya, dan saya menyadari beberapa hal. Buku pertama yang saya baca adalah Perahu Kertas (tahun 2011) saya masih 20 tahun saat itu. sedang berkasus dengan cinta. Cinta kepada orang yang sedekat hubungan kakak adik tapi tak berani memutuskan untuk melanjutkan atau mengakhiri. Buku ini adalah hal yang tak bisa saya ucapkan maknanya. Saat itu saya stug di satu kondisi. Tak bisa bercerita kepada siapapun. Sangat iseng membuka google dan memasukkan kata kunci “kisah kakak adik ketemu gede” dan dengan lucunya semesta ini mempertemukan saya dengan eBook Perahu Kertas. Tanpa banyak pikir saya mendownloadnya. Membacanya di layar laptop, bahkan sampai empat kali sebelum akhirnya membeli buku cetaknya sebagai penghargaan untuk diri sendiri baru pada 2012. Saya aquarius, pecinta laut, pecinta lelaki pendiam nan misterius. Entah guyonan semesta macam apa ini. Tapi yang pasti setelah membaca buku itu saya ber...

Pelukan Kebebasan

Pukul 22.00. waktu dimana SMSmu hadir. Selalu di waktu ini. Terkadang sebelumnya, saat kamu terlalu cepat pulang dari ritualmu menghirup kopi. Kadang pula setelahnya, saat kamu terlalu sibuk dengan kawan bicaramu. Kita bisa berbicara berjam-jam di waktu malam, sebelum aku akhirnya sempat pensiun sebagai nocturnal. Saat bersamamu, aku selalu berfikir, ternyata jarak Surabaya – Semarang hanya sejengkal di dalam obrolan kita. Tak pernah lebih jauh. Kamu orang yang menyadarkan aku akan banyak hal yang berkaitan dengan hukum. Orang yang selalu berkata padaku, “Sekarang orang baik sudah langka, aku mau kita jadi salah satunya.” Dan kemudian aku selalu mengingat itu saat aku acuh terhadap orang lain. Saat itu kita memang sama-sama mengejar mimpi. Mimpi masing-masing yang memang tinggal selangkah dalam genggaman. Hubungan pertamaku dengan orang yang tak pernah protes dengan segala kesibukanku, karena kamu pun demikian sibuknya. kamu yang sebegitu dewasanya menanggapi aku yang khawa...