Sejujurnya postingan ini adalah postingan terakhir yang aku tulis dari beberapa hutang postingan yang harus aku bayar. Ternyata tema ini adalah tema terberat untuk ditulis. Tema yang aku tak tau harus bagaimana menulisnya dengan positif.
Sebenarnya aku bukan family person. Tidak pernah mengutamakan keluarga, dan bukan juga orang yang menaruh keluarga sebagai gantungan saat aku tak kuat berpijak. Aku terlahir sebagai sulung dari dua bersaudara. Adekku perempuan, hanya berselisih 3 tahun dari umurku. Aku dibesarkan oleh ibu yang keras dan ayah yang penyabar.
Sejak kecil aku terbiasa untuk menahan keinginan. Karna tak semua yang aku butuh dan inginkan selalu berhasil diwujudkan. Setelah aku beranjak dewasa barulah aku dapat sedikit demi sedikin merasakan keinginanku yang menjadi nyata dengan segera, tanpa menunggu terlalu lama seperti saat sebelumnya. Tentunya, segalanya dengan usahaku sendiri. Kemudian aku terlalu terbiasa berjuang sendirian. Memaknai bahwa aku sendiri di dunia ini. Berjuang sampai akhir tak ada bantuan. Bahkan setiap aku kesulitan aku selalu berkata pada diriku "kamu sendirian! Kalau bukan kamu, nggak akan ada yang bisa membantu" dan perkataan ini terus aku ulang sampai benar-benar mengakar dalam. Aku sendirian.
Sampai saat ini, 27 tahun hidupku bersama mereka, bagi mereka aku bukan sosok yang dapat dibanggakan. Aku sadar karna aku tau betul bahwa selama ini aku seperti dua orang yang berbeda saat di rumah dan di luar rumah. Di luar rumah aku adalah sosok menyenangkan, yang rela berkorban dan selalu mau membantu siapapun. Sedangkan di dalam rumah aku adalah sosok menyebalkan yang mau menang sendiri. Sungguh aku sadar akan hal ini. Aku bahkan selalu mencoba mengubah diriku. Tapi selalu gagal, karna aku yang selalu merasa mereka bukan tempatku pulang. Mereka bukan rumah yang nyaman untuk aku tinggali. Mereka bukan tempat aku mendampa peluk saat aku kelelahan menghadapi dunia. Mungkin aku yang salah, mungkin aku yang selama ini terlalu memelihara benci, tapi aku juga berkali gagal memperbaiki.
Sosok paling berharga di hidupku sesungguhnya bukan mereka. Begitupun mungkin aku bagi mereka.
Selama ini aku berusaha dengan segala yang aku bisa untuk membuat mereka bangga, atau sekedar membuat mereka mengakui aku yang bukan sampah. Segala usahaku selama ini sesungguhnya untuk sekedar pengakuan yang belum aku dapat. Mungkin kami memaknai prestasi dengan makna yang jauh berbeda. Dan memang begitulah aku dan keluargaku. Kami berada di daratan yang berbeda, yang belum pernah menemukan jembatan yang dapat menghubungkan kami.
Tapi sesungguhnya aku hanya ingin pulang, aku ingin peluk yang menenangkan, pendengar yang mau memahamiku, aku sungguh ingin menyecap rasanya diberi uluran tangan dan diakui.
Sebenarnya aku bukan family person. Tidak pernah mengutamakan keluarga, dan bukan juga orang yang menaruh keluarga sebagai gantungan saat aku tak kuat berpijak. Aku terlahir sebagai sulung dari dua bersaudara. Adekku perempuan, hanya berselisih 3 tahun dari umurku. Aku dibesarkan oleh ibu yang keras dan ayah yang penyabar.
Sejak kecil aku terbiasa untuk menahan keinginan. Karna tak semua yang aku butuh dan inginkan selalu berhasil diwujudkan. Setelah aku beranjak dewasa barulah aku dapat sedikit demi sedikin merasakan keinginanku yang menjadi nyata dengan segera, tanpa menunggu terlalu lama seperti saat sebelumnya. Tentunya, segalanya dengan usahaku sendiri. Kemudian aku terlalu terbiasa berjuang sendirian. Memaknai bahwa aku sendiri di dunia ini. Berjuang sampai akhir tak ada bantuan. Bahkan setiap aku kesulitan aku selalu berkata pada diriku "kamu sendirian! Kalau bukan kamu, nggak akan ada yang bisa membantu" dan perkataan ini terus aku ulang sampai benar-benar mengakar dalam. Aku sendirian.
Sampai saat ini, 27 tahun hidupku bersama mereka, bagi mereka aku bukan sosok yang dapat dibanggakan. Aku sadar karna aku tau betul bahwa selama ini aku seperti dua orang yang berbeda saat di rumah dan di luar rumah. Di luar rumah aku adalah sosok menyenangkan, yang rela berkorban dan selalu mau membantu siapapun. Sedangkan di dalam rumah aku adalah sosok menyebalkan yang mau menang sendiri. Sungguh aku sadar akan hal ini. Aku bahkan selalu mencoba mengubah diriku. Tapi selalu gagal, karna aku yang selalu merasa mereka bukan tempatku pulang. Mereka bukan rumah yang nyaman untuk aku tinggali. Mereka bukan tempat aku mendampa peluk saat aku kelelahan menghadapi dunia. Mungkin aku yang salah, mungkin aku yang selama ini terlalu memelihara benci, tapi aku juga berkali gagal memperbaiki.
Sosok paling berharga di hidupku sesungguhnya bukan mereka. Begitupun mungkin aku bagi mereka.
Selama ini aku berusaha dengan segala yang aku bisa untuk membuat mereka bangga, atau sekedar membuat mereka mengakui aku yang bukan sampah. Segala usahaku selama ini sesungguhnya untuk sekedar pengakuan yang belum aku dapat. Mungkin kami memaknai prestasi dengan makna yang jauh berbeda. Dan memang begitulah aku dan keluargaku. Kami berada di daratan yang berbeda, yang belum pernah menemukan jembatan yang dapat menghubungkan kami.
Tapi sesungguhnya aku hanya ingin pulang, aku ingin peluk yang menenangkan, pendengar yang mau memahamiku, aku sungguh ingin menyecap rasanya diberi uluran tangan dan diakui.
Komentar
Posting Komentar