Langsung ke konten utama

Penutup #SebulanCurcol

Akhirnya #SebulanCurcol sampai pada akhir perjalanannya. 30 hari yang diikat oleh kewajiban menulis yang kadang aku jalani dengan biasa-biasa saja, bersemangat, atau kadang dengan susah payah.

Pengalaman sebulan ini sedikit membuat aku merasakan hidup sebagai penulis yang punya target mengikat. Aku jadi semakin menghormati mereka yang bekerja untuk menulis. Pekerjaan mereka ternyata berat, dan aku belum sanggup menjadi seperti mereka.

Menulis dengan target dan tema ini juga membuat aku bertemu banyak situasi dalam proses menulis (padahal bukan nulis yang serius lho). Ide yang tiba-tiba hilang, harus menulis tema haru biru dan galau saat suasana hati sedang berbunga-bunga, menulis hal membahagiakan saat hari dan hati sedang abu-abu juga pernah aku lakoni. Yang pasti aku jadi sangat belajar untuk dapat menata hati.

Kata siapa menulis nggak butuh suasana hati yang sesuai? Butuh banget ternyata. Tapi kalau ternyata tidak sesuai? Nah, saatnya mengolah hati. Dalam 30 hariku, beberapa diantaranya berhasil, tapi beberapa gagal total dan harus aku tulis hari berikutnya saat suasana hatiku berubah.

Dan seperti tujuan tema #SebulanCurcol yang berupaya mengenal diri sendiri, aku merasa hal itu berhasil untukku. Aku jadi mengingat diriku dimasa lalu yang keras kepala, menggali apa yang sebenarnya aku mau, ketakutanku, dan tentang masa lalu yang aku kenang sekarang dengan senyum. Ternyata projek iseng yang luar biasa random ini sungguh ada manfaatnya.

Dan sebagai penutup, aku mau berterima kasih untuk kalian yang masih mau membaca cerita-cerita randomku yang isinya CURHAT SEMUA ini, yang sepertinya anfaedah ini. Tapi semoga apa yang aku tulis, termasuk kesedihan bisa kita tertawakan bersama sekarang. Kan sungguh kurang afdol rasanya kalau belum pernah menertawakan hidup bersama dengan orang lain.

Terakhir, terima kasih juga untuk beberapa kawan terdekat yang mau ikut serta meramaikan #SebulanCurcol ini. Sejujurnya aku menikmati sekali cerita kalian semua dan merasa kehilangan saat #SebulanCurcol ini selesai. Rasanya ada kebiasaanku yang hilang saat malam, scroll blog kalian dan tak menemukan post baru. Semoga semuanya rajin menulis lagi ya, jangan berhenti di sini. Karna aku selalu menunggu cerita kalian.

-------------------------------------------------


PERTANYAAN TERAKHIR!
Jadi, mau mengulang #SebulanCurcol lagi dengan tema yang lain?

Aku?
Maaf, LEWATIN AJA SHAY! HAHAHA
Cukup lah sebulan 6 post aja, jangan 30.
Aku belum sanggup dikejar deadline menulis. Walaupun tulisan yang nggak serius seperti ini pun, aku belum sanggup. Ini aja penutup #SebulanCurcolnya baru dipost lebih dari seminggu setelah selesai karna (ke)banyak(an) alasan. Hahaha


Byeeee .....
Selamat bertemu di tulisan randomku yang lain ya. 💋

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pa...

Terima Kasih Dewi Lestari

Pagi ini entah mengapa saya iseng membaca twitter teh @deelestari . Penulis favorit saya, dan saya menyadari beberapa hal. Buku pertama yang saya baca adalah Perahu Kertas (tahun 2011) saya masih 20 tahun saat itu. sedang berkasus dengan cinta. Cinta kepada orang yang sedekat hubungan kakak adik tapi tak berani memutuskan untuk melanjutkan atau mengakhiri. Buku ini adalah hal yang tak bisa saya ucapkan maknanya. Saat itu saya stug di satu kondisi. Tak bisa bercerita kepada siapapun. Sangat iseng membuka google dan memasukkan kata kunci “kisah kakak adik ketemu gede” dan dengan lucunya semesta ini mempertemukan saya dengan eBook Perahu Kertas. Tanpa banyak pikir saya mendownloadnya. Membacanya di layar laptop, bahkan sampai empat kali sebelum akhirnya membeli buku cetaknya sebagai penghargaan untuk diri sendiri baru pada 2012. Saya aquarius, pecinta laut, pecinta lelaki pendiam nan misterius. Entah guyonan semesta macam apa ini. Tapi yang pasti setelah membaca buku itu saya ber...

Pelukan Kebebasan

Pukul 22.00. waktu dimana SMSmu hadir. Selalu di waktu ini. Terkadang sebelumnya, saat kamu terlalu cepat pulang dari ritualmu menghirup kopi. Kadang pula setelahnya, saat kamu terlalu sibuk dengan kawan bicaramu. Kita bisa berbicara berjam-jam di waktu malam, sebelum aku akhirnya sempat pensiun sebagai nocturnal. Saat bersamamu, aku selalu berfikir, ternyata jarak Surabaya – Semarang hanya sejengkal di dalam obrolan kita. Tak pernah lebih jauh. Kamu orang yang menyadarkan aku akan banyak hal yang berkaitan dengan hukum. Orang yang selalu berkata padaku, “Sekarang orang baik sudah langka, aku mau kita jadi salah satunya.” Dan kemudian aku selalu mengingat itu saat aku acuh terhadap orang lain. Saat itu kita memang sama-sama mengejar mimpi. Mimpi masing-masing yang memang tinggal selangkah dalam genggaman. Hubungan pertamaku dengan orang yang tak pernah protes dengan segala kesibukanku, karena kamu pun demikian sibuknya. kamu yang sebegitu dewasanya menanggapi aku yang khawa...