Langsung ke konten utama

Teruntuk Ismi Minarsy

Kepada Ismi Minarsy


Aku tau kadang harimu berat, aku sangat paham kalau kamu sering merasa tak berguna dan tak berarti. Aku pun sungguh mengerti kalau kamu hanya ingin dihargai dan dimengerti.

Seberat apapun hari yang kamu harus lalui, ingat untuk menjadi orang baik ya, Mi. Lelah mungkin sering membuatmu marah, ingin dimengerti mungkin sering membuatmu tak lagi merasa, tapi selalu ingat bahwa ada aku yang selalu berharap kamu bahagia selalu.

Aku tau kamu selalu merasa bahwa kamu sendirian, aku tau kamu adalah orang yang percaya bahwa tak ada orang yang paling bisa diandalkan selain dirimu sendiri, tapi ingatlah kamu tak pernah sendirian. Sungguh ada banyak orang yang menyayangimu bahkan melebihi dirimu.

Aku tau kamu sering mengutuk diri karna tak sungguh berusaha, aku pun paham seberapa besar kecewamu akan dirimu yang tak juga sampai di garis mimpimu, tapi ingatlah, kamu sudah berusaha. Setidaknya kamu pernah berusaha.

Besok saat lelahmu menghilangkan logika, saat penatmu membuatmu marah, tolong ingat hari ini. Sungguh masih ada aku yang selalu mau mendengar keluhmu sampai kau kelu. Ada aku yang akan berusaha redamkan marahmu hingga tuntas.

Tetaplah menjadi orang baik
Tetaplah menjadi orang baik
Tetaplah menjadi orang baik, Mi

Aku tau kamu sedang menempati jiwa asing hari ini, aku tau kamu mungkin hanya tersesat di kepribadian yang bukan dirimu, aku tau kamu orang yang bisa aku banggakan, aku tau kamu pasti bisa kembali, aku tau kamu mampu, aku tau dan percaya kamu akan berusaha untuk itu.

Jangan menyerah
Jangan menyerah
Jangan pernah menyerah, Mi



Dari, Ismi Minarsy

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Dan Pengalaman Sakaw Aroma Karsa (Full Spoiler)

“Kalau wewangian bisa berbicara, suaraku pasti sudah habis menyapa mereka satu demi satu”  Jati Wesi (Surat-Surat Dari Grasse. Aroma Karsa – part 8) “Dari semua yang pernah kukenal, kamu orang pertama yang bisa membaui dunia seperti yang kubaui, yang bisa mencium apa yang kucium. Orang pertama yang mengerti.” – Jati Wesi (Separuh Misteri. Aroma Karsa – part 7) “Asmara tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya” – Empu Smarakandi Beberapa bulan ini aku sedang keranjingan satu karya yang berhasil membolak balik pikiranku, yang membuat hatiku berjangkar di sana tanpa mau berpindah sejak awal kalimatnya sampai. Aroma Karsa, satu lagi karya terbaru Dee Lestari yang baru 16 Maret 2018 lalu resmi terbit di toko buku. Aroma Karsa sendiri diterbitkan dalam dua versi, buku dan digital. Secara digital, buku ini diterbitkan dalam format cerbung yang dibagi dalam 18 part setiap hari senin dan kamis mulai Januari lalu oleh Bookslife. Seperti yang terlihat pada p

#SebulanCurcol #Day12: Aku #SobatDrakor

Hari ini masuk ke tema yang lumayan receh dan ringan nih di #SebulanCurcol setelah kemarin mengharu biru ngomongin pesan buat anak kita kelak. Kalau ngomongin hobi, di CV aku cuma masukin empat padahal sebenarnya ada lima hobi yang aku selalu lakukan. 1. Dengerin musik 2. ‎Baca buku fiksi 3. ‎Nonton 4. ‎Jelajah pantai Dan yang terakhir, yang terlalu random untuk ditulis di CV adalah 5. ‎Nyampul buku Kalau dengerin musik kayanya bukan hobi lagi ya, tapi sudah masuk kebutuhan bagi aku. Disaat apapun, kondisi apapun musik adalah hal esensial buat aku. Musik itu elemen penting untuk menambah konsentrasi bagiku. Belajar, nyetir, bahkan dulu saat rapat-rapat penting dan krusial aku selalu butuh musik supaya tetap waras dan bisa konsentrasi jauh lebih lama. Oke, lain kali mungkin aku akan cerita soal musik di hidupku. Kalau poin kedua dan keempat sepertinya sudah sering masuk dicerita-cerita lainku di blog ini. Soal hobi menyampul buku pun sepertinya pernah aku baha

Mengingat yang Dilupakan

Aku pernah di sana menangis meminta diberi seorang yang akan membawakanku segelas air putih hangat beserta sup panas dan sebutir paracetamol saat aku sedang demam. Aku lupa, aku pun pernah dipeluk saat lemas, dirapatkan selimutnya saat aku menggigil, dan dibawakan bubur panas setiap kali ingin makan. Aku pun pernah menangisi keadaan, keadaan dimana aku harus membanting tulang membiayai hidupku sendiri saat belia. Tapi aku lupa aku pernah di sana, tertawa bahagia karna semua keinginanku diwujudkan tanpa aku harus berusaha. Aku pun pernah merasa marah pada semesta karna tak mengabulkan inginku. Aku mengutuknya hingga lelah, bahkan aku mengabaikan rayuannya. Tapi aku melupakannya, semesta yang meringakan jalanku, yang selalu memberi keberuntungan untukku. Semesta yang luar biasa baik mengaminkan banyak keinginanku. Aku melupakannya. Sungguh, aku bukan pemaaf seperti yang banyak orang lihat. Aku pun bukan seorang yang selalu ikhlas menerima segalanya. Sesungguhnya aku hanya se