Langsung ke konten utama

Lelaki Kecil




Hari itu aku melihat wajahnya, untuk pertama kali aku tenggelam mencintai senyumnya, kedipan matanya, dan jari mungilnya.

Pagi itu untuk pertama kalinya aku tak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan. Yang aku yakini, kalau ini mimpi, tolong jangan bangunkan aku.

Hari itu, usianya baru beberapa jam, bayi lelaki mungil yang bahkan masih keriput dan merah. Lelaki kecil yang berhasil memecahkan tangisku. Lelaki kecil yang akhirnya ku peluk dengan sepenuh hati, yang menggenggam telunjukku dengan yakin. Lelaki kecil yang sering ku sebut dalam banyak obrolan, hari itu aku memeluknya.

Tapi pagi itu aku terbangun dengan patah hati yang begitu dalam, lelaki kecil itu hanya sekedar mimpi di tidurku yang kesiangan. Walau peluk itu begitu nyata, walaupun wajahnya tergambar jelas, dan kulitnya teraba nyata, ia hanya mimpi yang belum jadi nyata.

Hari itu, untuk kali pertama aku terbangun, kemudian menangis. Bukan menangis ketakutan, aku menangis untuk sesuatu yang ingin aku miliki tapi belum berhasil aku wujudkan. Bahkan setelah berbulan pagi itu berlalu, aku masih mengingat semuanya. Berharap suatu hari memori ini akan terputar kembali dan aku tak lagi terbangun dan menangis.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan 30

 Hay Mi, Bagaimana rasanya tumbuh dewasa? Apakah menyenangkan seperti pikiran belasanmu? Aku tau tak mudah berada di titikmu saat ini. Berbanggalah Mi, hari ini kamu bisa meredam amarahmu dengan cukup baik. Berbahagialah Mi, karna hari ini kamu berhasil melewati banyak hal yang sulit. Bersoraklah Mi, karna kamu berhasil mengalahkan egomu yang maha dahsyat itu. Terima kasih untuk selalu berusaha dan kuat Terima kasih sudah melebarkan punggungmu untuk memeluk segala rasa tak nyaman Terima kasih sudah melapangkan dadamu untuk memaafkan segala hal Terima kasih untuk selalu menemukan kebahagian sederhana di sela hari Terima kasih banyak Mi, terima kasih banyak

Terima Kasih Dewi Lestari

Pagi ini entah mengapa saya iseng membaca twitter teh @deelestari . Penulis favorit saya, dan saya menyadari beberapa hal. Buku pertama yang saya baca adalah Perahu Kertas (tahun 2011) saya masih 20 tahun saat itu. sedang berkasus dengan cinta. Cinta kepada orang yang sedekat hubungan kakak adik tapi tak berani memutuskan untuk melanjutkan atau mengakhiri. Buku ini adalah hal yang tak bisa saya ucapkan maknanya. Saat itu saya stug di satu kondisi. Tak bisa bercerita kepada siapapun. Sangat iseng membuka google dan memasukkan kata kunci “kisah kakak adik ketemu gede” dan dengan lucunya semesta ini mempertemukan saya dengan eBook Perahu Kertas. Tanpa banyak pikir saya mendownloadnya. Membacanya di layar laptop, bahkan sampai empat kali sebelum akhirnya membeli buku cetaknya sebagai penghargaan untuk diri sendiri baru pada 2012. Saya aquarius, pecinta laut, pecinta lelaki pendiam nan misterius. Entah guyonan semesta macam apa ini. Tapi yang pasti setelah membaca buku itu saya ber...

Pelukan Kebebasan

Pukul 22.00. waktu dimana SMSmu hadir. Selalu di waktu ini. Terkadang sebelumnya, saat kamu terlalu cepat pulang dari ritualmu menghirup kopi. Kadang pula setelahnya, saat kamu terlalu sibuk dengan kawan bicaramu. Kita bisa berbicara berjam-jam di waktu malam, sebelum aku akhirnya sempat pensiun sebagai nocturnal. Saat bersamamu, aku selalu berfikir, ternyata jarak Surabaya – Semarang hanya sejengkal di dalam obrolan kita. Tak pernah lebih jauh. Kamu orang yang menyadarkan aku akan banyak hal yang berkaitan dengan hukum. Orang yang selalu berkata padaku, “Sekarang orang baik sudah langka, aku mau kita jadi salah satunya.” Dan kemudian aku selalu mengingat itu saat aku acuh terhadap orang lain. Saat itu kita memang sama-sama mengejar mimpi. Mimpi masing-masing yang memang tinggal selangkah dalam genggaman. Hubungan pertamaku dengan orang yang tak pernah protes dengan segala kesibukanku, karena kamu pun demikian sibuknya. kamu yang sebegitu dewasanya menanggapi aku yang khawa...